Makalah Telaah Materi Kurikulum
Oleh : Titin Mai Lestari, Dewi Ratna Sari, Aisyah, Ahmad Reski Mulia, dan Zohiro)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum
di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat. Sehingga,
dalam pengembangan kurikulum dapat menggunakan prinsip-prinsip yang
telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan
sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi
kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan
prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga
pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali
prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar
yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum disusun oleh para ahli
pendidikan atau ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat
pendidikan, politikus, pengusaha, orang tua peserta didik serta
unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan
pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa Pengertian Pengembangan Kurikulum ?
- Model pengembangan Tranmisi, transaksi dan transformasi ?
- Apa prinsip Pengembangan Kurikulum ?Siapa saja pengembang kurikulum ?
- Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ?
1.3 Tujuan
Tujuan
Makalah Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penulis dalam pembuatan
makalah ini agar para pembaca dapat memahami hal apa saja yang
menyangkut pengembangan kurikullum yang ada.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan
pendidikan. Apa yang direncakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita
tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Kurikulum lazim
mengandung harapan-harapan (S. Nasution, 2005:9). Sedangkan pengembangan
ialah kegiatan yang menghasilkan suatu cara yang baru, di mana selama
kegiatan tersebut berlangsung, penilaian dan penyempurnaan terus
dilakukan.
Menurut
N.S Sukmadinata, pengembangan kurikulum berarti penyususnan kurikulum
yang sama sekali baru (curiculum contruction), bisa juga penyempurnaan
kurikulum yang sudah ada (curiculum improvement).
Murray
Print (1993:23), pengembangan kurikulum adalah sebagai peroses
perencanaan, membangun, menerapkan, dan mengevaluasi peluang
pembelajaran diharapkan menghasilkan perubahan dalam belajar.
Pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yang sengaja dan
dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam
proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di Sekolah. Seller dan
Miller (1985) mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukuan secara terus-menerus. Ada dua hal
yang harus dipertimbangkan dalam penentuan isi pengembangan kuriulum,
yaitu rentangan kegiatan dan tujuan kelembagaan yang berhubungan dengan
visi dan misi sekolah.
Pengembangan
kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum
(curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang
dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Secara
umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap sepuluh
tahun sekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum
tidak ketinggalan dengan perkembangan masyarakat, termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologinya.
Kurikulum yang pernah diberlakukan secara nasional di Indonesia dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tingkat Pengembangan Kurikulum Yang ada di Indonesia
- Rencana Pelajaran 1947, Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di
Indonesia setelah kemerdekaan. Istilah kurikulum masih belum
digunakan. Sementara istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran
- Rencana Pelajaran 1954, Kurikulum ini masih sama dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947
- Kurikulum 1968, Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi
pertama di Indonesia. Beberapa masa pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu
Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahuan Sosial (Social Studies). Beberapa mata pelajaran, seperti
Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahun Alam (IPA) atau yang sekarang sering disebut Sains.
- Kurikulum 1975, Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom yang sangat rinci.
- Kurikulum 1984, Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975
- Kurikulum 1994, Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1984
- Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum ini belum diterapkan
di seluruh sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah dijadikan uji
coba dalam rangka proses pengembangan kurikulum ini
- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) • KBK sering disebut
sebagai jiwa KTSP, karena KTSP sesungguhnya telah mengadopsi KBK.
Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan).
- Kurikulum 2013, merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP, dan masih dalam tahap penerapan.
Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Secara
umum langkah-langkah pengembangan kurikulum terdiri atas diagnosis
kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi,
pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat
evaluasi.
1. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan
Langkah
pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan
mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan
mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia
kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan pendidikan).
Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan
psikologis siswa, tuntutan masyarakat, dan dunia kerja dapat dianalisis
dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi
kemajuan masyarakat pada masa yang akan datang, sedangkan harapan
pemerintah dapat dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya
kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek
tersebut, kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian
kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan.
Pendekatan
yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu
survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei kebutuhan
merupakan cara yang relatif sederhana dalam menganalisis kebutuhan.
Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan wawancara dengan sejumlah
orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para ahli terkait
tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah
berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi
kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi-kompetensi yang
dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program pendidikan.
Pendekatan analisis tuga dilakukan dengan cara menganalisis setiap jenis
tugas yang harus diselesaikan. Tugas tersebut bisa berkaitan dengan
aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotorik. Hasil akhir kegiatan
analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai
bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya dalam
pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.
2. Perumusan Tujuan
Setelah
kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan.
Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling
umum (kompleks) sampai pada tujuan yang lebih khusus. Hirearki tujuan
tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional,
tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional umum dan khusus.
Benyamin
S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives membagi tujuan
menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain kognistif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan
intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan
dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai, sedangkan
domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan
keterampilan-keterampilan motorik. Dalam Davies (1976).
3. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi
Dalam
Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M.D. Gall
(1981) mengemukakan Sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum,
yaitu identifikasi kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan
anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan bahan, menganalisis
bahan, menilai bahan, membuat keputusan adopsi, menyebarkan,
mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan.
Secara
spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu
yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari
kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Tugas guru
adalah mengembangkan bahan pelajaran tersebut berdasarkan tujuan
instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.
Penyusunan bahan pelajaran disebut scope. Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum antara lain:
Materi
kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, materi
kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan budaya positf
dari generasi masa lalu.
Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu.
Materi
kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat
manusia, untuk bekal hidup di masa kini, dan masa yang akan datang.
Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat.
Sequence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Untuk penyusunan sequence, perlu dipertimbangkan hal berikut:
• Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum
• Apersepsi atau pengalaman masa lalu
• Kematangan dan perkembangan siswa
• Minat dan kebutuhan siswa
4. Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Setelah
materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya
adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan
dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, serta teknik yang
disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang akan diberikan.
Pengalaman
belajar siswa dapat bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara,
perabaan, dan penciuman. Pengalaman belajar dipilih harus mencakup
berbagai kegiatan mental dan fisik yang menarik minat siswa, sesuai
dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa belajar aktif dan
kreatif
5. Pengembangan Alat Evaluasi
Pengembangan
alat evaluasi yang dimaksud adalah untuk menelaah kembali apakah
kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Mc. Neil (1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu
mendapat jawaban dari penilaian kurikulum yaitu, apakah
kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan dioragnisasikan itu memungkinkan
tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan apakah kurikulum
yang telah dikembangkan dapat diperbaiki dan bagaimana cara
memperbaikinya.
Ada
dua orang beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan pengukuran,
tes, atau pemberian nilai. Ketiganya memang merupakan bagian dari proses
penilaian. Penilai pada dasarnya merupakan suatu proses pertimbangan
terhadap suatu hal. Scriven (dalam Nurgiyantoro, 1988) mengemukakan
bahwa penilaian itu terdiri atas tiga komponen, yaitu pengumpulan
informasi, pembuatan pertimbangan, dan pembuatan keputusan. Evaluasi
kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu
sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap
hasil yang dicapai.
2.2 Model pengembangan kurikulum Menurut S.Miller
Berikut adalah 3 Orientasi yang mendasari kurikulumMenurut Miller & Seller, (1985: 5-8).
A. Orientasi Transmisi
Orientasi
transmisi dibangun berlandaskan pada filsafat empirisme yangberakar
dari filsafat Yunani Kuno, kemudian dilengkapi oleh para filosof seperti
Francis Bacon dan John Locke.Orientasi Transmisi merupakan orientasi
yang menjadikan pengawetan dan pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai fokus.
Pola
ini memfungsikan pendidikan sebagai media transmisi atau media
pemindahan berbagai fakta, keterampilan, dan nilai kepada peserta didik.
Artinya, penekanan pendidikan lebih pada materi akademis dan
kompetensinya (tradisional subject) melalui metoda pengajaran
tradisional.
B. Orientasi Transformasi
Orientasi
transformasi berakar pada filsafat transendentalisme, mistisisme, dan
beberapa bentuk eksistensialisme, yang dalam bahasa Huxley (1970)
disebut dengan filsafat perennial, yaitu suatu ide bahwa seluruh
fenomena merupakan bagian dari keseluruhan interkoneksi dan bagian dari
seluruh kesatuan, demikan pula individu sebagai bagian dari kesatuan
ini.
Dalam
orientasi transformasi ini, kurikulum dan siswa saling menyentuh
(interpenetrate) secara holistik. Transformasi ditujukan pada
pengembangan pribadi dan perubahan sosial, sehingga dikembangkan pola
hubungan yang dekat antar individu dan masyarakat. Untuk mendukungnya,
secara spesifik, model ini menekankan pada pengajaran berbagai keahlian
untuk memajukan transformasi pribadi dan sosial, visi perubahan sosial
sebagai perkembangan yang harmoni dengan lingkungan, dan hubungan
dimensi spiritual dengan lingkungan (orientasi transpersonal).
Teori pendidikan yang digunakan adalah pendidikan progresif.
Orientasi
ini didasarkan pada dua pemikiran. Pertama, elemen romantik yang
menghasilkan argumen bahwa anak pada dasarnya bagus dan pendidik harus
memungkinkan potensi alami anak untuk berkembang dengan sedikit campur
tangan. Kedua, orientasi perubahan sosial yang berargumen bahwa pendidik
harus mengambil pandangan kritis yang lebih terhadap peran sekolah
dalam masyarakat sehingga sekolah tidak sekedar tertarik secara ekonomi,
tapi juga berperan dalam perubahan sosial politik. Transformasi
beranggapan bahwa pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu
mengaktualisasikan diri.
C. Orientasi Transaksi
Orientasi
transaksi merujuk pada filsafat eksperimental pragmatis John Dewey. Dia
meyakini bahwa metode scientific dapat diaplikasikan pada sejumlah
masalah. Paradigma filsafat ini fokus pada pengembangan intelegensi
peserta didik melalui pemecahan masalah. Dalam kondisi ini, Dewey
menekankan interaksi kognitif dan proses mental. Pengetahuan, baginya,
berhubungan dengan pengalaman. Pendidikan memiliki fungsi konservatif
dan rekonstruksi. Di satu sisi, pendidikan berfungsi menanamkan adat
istiadat dan bahasa kepada siswa. Di sisi lain, pendidikan adalah proses
dinamis yang dapat membantu siswa berpartisipasi dalam proses
demokrasi.
Transaksi
berorientasi pada pemecahan masalah sosial. Model ini menempatkan
peserta didik menjadi makhluk rasional dan punya kemampuan inteligen
untuk memecahkan masalah. Pendidikan dipandang sebagai dialog antara
siswa dan kurikulum dimana siswa merekonstruk pengetahuan melalui proses
dialog.
Elemen
inti dalam transaksi ini terletak pada strategi kurikulum yang membantu
pemecahan masalah (orientasi proses kognitif), aplikasi keterampilan
memecahkan masalah di dalam konteks sosial secara umum dan di dalam
konteks proses demokratik (orientasi kewarganegaraan demokratis); dan
pengembangan keterampilan kognitif di dalam berbagai disiplin akademis.
Paradigma filsafat-scientific merupakan metoda ilmiah yang dipakai dalam
orientasi transaksi ini. Pusat orientasi transaksi ini adalah ide yang
diambil dari psikologi perkembangan di atas, dimana siswa harus diberi
kesempatan menyelidiki dunia fisik, moral, dan sosial.
2.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar
yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum disusun oleh para ahli
pendidikan/ ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidikan, pejabat
pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan
ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana
pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai
tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun
masyarakat.
Kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Hal ini
berarti bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar
sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
masyarakat yang sedang membangun. Pengembangan kurikulum harus
didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini
dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan
minat, bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah
sehingga dapat memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka
perwujudan atau pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Terdapat
banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan mejadi dua kategori yaitu pinsip
umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam
setiap pengembangan kurikulum di manapun. Di samping itu prinsip umum
ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan untuk dimiliki oleh
kurikulum ssebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang
membangunnya.
Prinsip
khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di tempat tertentu dari
situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada prinsip-prinsip yang
digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara
tersendiri, misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen
tujuan, prinsip untuk mengembangkan komponen isi kurikulum, dan
prinsip-prinsip untuk mengembangkan komponen-komponen kurikulum yang
lainnya.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengelompokkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ke dalam dua bagian yaitu :
A. Prinsip-Prinsip Umum
1. Prinsip Relevansi
Secara
umum, istilah relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian
atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Dengan kata lain,
pendidikan dipandang relevan bila hasil yang diperoleh dari pendidikan
tersebut berguna atau fungsional bagi kehidupan.
Masalah
relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat kita tinjau
sekurang-kurangnya dari tiga segi, yaitu : pertama, relevansi pendidikan
dengan lingkungan hidup murid, kedua, relevansi pendidikan dengan
perkembangan kehidupan sekarang dan masa yang akan datang, dan ketiga,
relevansi pendidikan dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan.
2. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip
Fleksibiliras artinya bahwa kurikulum itu harus lentur tidak kaku,
terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya kurikulum didesain
untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang
pendidikan tertentu. Akan tetapi, meskipun demikian dalam hal strategi,
yang didalamnya tercakup metode atau teknik, kurikulum harus fleksibel.
Dalam kurikulum, para pengembang kurikulum harus menyadari bahwa
kurikulum harus mampu disesuaiakan dengan situasi dan kondisi setempat
dan waktu yang selalu berkembang tanpa merombak tujuan pendidikan yang
harus dicapai. Selain itu perlu disadari juga bahwa kurikulum
dimaksudkan untuk mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang
akan datang , di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar
belakang dan kemampuanyang berbeda.
3. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)
Perkembangan
dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak
terputus-putus atau berhenti-berhenti. Oleh karena itu,
pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara
satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang
pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan
serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama antara
para pengembangan kurikulum sekolah dasar dengan SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi.
4. Prinsip Praktis
Kurikulum
harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
biayanya juga murah dan efisien. Walaupun bagus dan idealnya suatu
kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-peralatan yang
sangat khusus dan mahal biayanya maka kurikulum tersebut tidak praktis
dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan
dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat,
maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga
praktis.
5. Prinsip Efektivitas
Walaupun
kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya
tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik
secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak
dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan.
Perencanaan dibidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan
dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan.
Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Di
dalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat kita tinjau dari dua
segi efektifitas mengajar guru, dan efektifitas belajar murid.
B. Prinsip-Prinsip Khusus
Ada
beberapa PRINSIP KHUSUS dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip
ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan
penilaian.
1. Prinsip Berkenaan Dengan Tujuan Pendidikan
Tujuan
menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan
komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka
panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan
ini bersumber pada :
- Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen Negara mengenai strategi pendidikan nasional.
- Survey mengenai presepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan
mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
- Survey tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,
dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media
massa.
- Survey tentang man power.
- Pengalaman Negara-negara lain yang sama.
- Penelitian.
2.
Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Isi PendidikanMemilih isi pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para
perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, di anataranya :
- Perlu penjabaran tujuan pendidikan/ pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
- Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
- Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan sistematis dan logis.
Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan
diberikan secara stimulant dalam urutan situasi belajar. Untuk hal ini
diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang
organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.
3. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Proses Belajar Mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang di gunakan hendanknya memeperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Apakah metode yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
- Apakah metode tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
- Apakah metode tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?
4. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Media dan Alat Pegajaran
Proses
belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan
alat-alat bantu pengajaran yang tepat. Syarat-syaratnya adalah :
- Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada apa penggantinya?
- Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan :
bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu
pembuatan?
- Bagaimana mengorganisir alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar dan lain-lain?
- Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
- Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multimedia.
5. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Kegiatan Peniliaian
Penilaian merupakan bagian integral dari pegajaran :
a. Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut :
Rumuskan
tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif,
afektif, dan psikimotor. Uraikan ke dalam bentuk tingkah-tingkah laku
murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuluskan
butir-butir soal test.
b. Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :
- Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan ditest?
- Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
- Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau Objektif?
- Berapa banyak butir teks yang harus disusun?
c. Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
- Apakah digunakan formula quessing?
- Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
- Skor standart apa yang digunakan?
- Untuk apakah hasil-hasil test tersebut digunakan?
2.4 Pengembang Kurikulum
Pada
dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan .
Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen
kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain (Sukmadinata, 2008: 6).
Dan
yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah istilah yang
komprehensif, didalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi.
Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika
pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk
menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta
didik. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan
kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran,
tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan
hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Dalam
pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait
langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan
banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik,
serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan
pendidikan (Sukmadinata, 2008: 42). Proses pengembangan kurikulum
merupakan sesuatu yang kompleks, karena tidak hanya menuntut penguasaan
kemampuan secara teknis pengembangan berbagai komponen kurikulum dari
para pengembang kurikulum akan tetapi lebih dari itu para pengembang
kurikulum harus mampu mengantisipasi berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap pengembangan kurikulum baik yang bersifat internal maupun
eksternal dan juga proses pengembangan kurikulum itu adalah suatu
kegiatan mengahasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah
penyusunan, pelaksanaan dan penyempurnaan kurikulum atas dasar penilaian
yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan kurikulum, dan hal tersebut
bisa dikatakan bahwa terjadinya perubahan-perubahan kurikulum mempunyai
tujuan untuk perbaikan.
Sehingga
keberhasilan kegiatan pengembangan kurikulum dalam proses pengajaran
dan pendidikan. Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang
turut berpartisipasi, yaitu administrator pendidikan, para ahli
pendidikan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat.
A. Peranan Para Administrator Pendidikan
Para
administrator pendidikan ini terdiri dari atas direktur bidang
pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala
kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah.
Peranan
para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun dasar
serta program inti kurikulum.
Kerangka
dasar dan progam inti akan menentukan minimum course yang dituntut.
Administrator tingkat pusat bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan
ahli bidang studi di Perguruan Tinggi serta meminta persetujuannya
terutama dalam penyusunan kurikulum sekolah. Atas dasar kerangka dasar
dan program inti tersebut para administrator daerah (kepala kantor
wilayah) dan administrator lokal (kabupaten, kecamatan, dan kepala
sekolah) mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai
dengan kebutuhan daerah.
Para
kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi sistem
pada masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini sesungguhnya yang
secara terus menerus terlibat dalam pengembangan dan implementasi
kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru-guru.
Administrator lokal harus bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru
dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
mengkomunikasikan sistem pendidikan kepada masyarakat, serta mendorong
pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru dikelas. Peranan kepala sekolah
lebih banyak berkenaan dengan implementasi kurikulum disekolahnya.
Kepala sekolah juga mempunyai peranan penting dalam menciptakan kondisi
untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya.
B. Peranan Para Ahli
Pengembangan
kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi/ bidang
ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta perkembangan
tuntutan masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi bidang ilmu,
yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat sangat
diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan partisipasinya dalam menyusun
materi ajaran yang sesuai dengan struktur keilmuan akan tetapi sangat
memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.
C. Peranan Guru
Guru
memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan maupun
pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembang
kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan
prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai
implementasi kurikulum dalam lingkup yang luas. Hasil-hasil penilaian
demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami
hambatan-hambatan dalam implementasi kurikulum dan juga membantu mencari
cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru.
Guru
tidak hanya berperan sebagai guru didalam kelas, ia juga seorang
komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar,
pencoba penyusunan organisasi, manager system pengajaran, pembimbing
baik di sekolah maupun masyarakat dalam hubungannya dengan pelaksanaan
pendidikan seumur hidup. Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pula
yang harus menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya.
Berkat keahlian, keterampilan, dan kemampuan seninya dalam mengajar,
guru mampu menciptakan situasi belajar yang aktif yang menggairahkan
yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak.
D. Peranan Orang Tua Murid
Orang
tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka
dapat berkenaan 2 hal yaitu dalam penyusunan kurikulum dan dalam
pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua
orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja
yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.
Peranan
orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan
kurikulum diperlukan kerja sama yang erat antara guru atau sekolah
dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut
kurikulum dilaksanakan dirumah, dan orang tua sewajarnya mengikuti atau
mengamati kegiatan belajar anaknya dirumah. Orang tua juga secara
berkala menerima laporan kemajuan anak-anaknya dari sekolah berupa rapor
dan sebagainya.
Orang
tua juga dapat turut serta berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah
melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, seminar, pertemuan orang
tua-guru. Pameran sekolah, dan sebagainya. Melalui pengamatan dalam
kegiatan belajar di rumah, laporan sekolah, partisipasi dalam kegiatan
sekolah orang tua dapat ikut serta dalam pengembangan kurikulum terutama
dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, minat yang
penuh, usaha yang sungguh-sungguh, penyelesaian tugas-tugas serta
partisipasi dalam setiap kegiatan di sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut
akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.
2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurikulum
A. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah.
Pertama,
dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan
diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan
sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis
pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi
pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi
selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan
media pendidikan.
Kedua,
dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan
guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP,
FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga
mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu
dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
Pengusaan
keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta kemampuan
mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan
implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai
jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh
LPTK melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada
Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan
SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan
kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui program diploma dan
sarjana.
B. Masyarakat
Sekolah
merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas
mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermartabat di
masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut
berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat
penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.
Masyarakat
yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang homogen
atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani
aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada
dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada
di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena
sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah,
tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan
yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan
digunakan sekolah.
C. Sistem Nilai
Dalam
kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral,
keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga
masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan
nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem
nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus
terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum
ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat
umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok
vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual
keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak
sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi,
politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek
tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai nilai
yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
- Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
- Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
- Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
- Menghargai nlai-nilai kelompok lain
- Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada
D. Kompetensi Guru
Kemampuan
terpadu dari daya pikir dan daya fisik oleh setiap pengembang kurikulum
dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Yang terdiri atas berbagai
pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru,ilmuan, orang tua,
siswa, dan tokoh masyarakat. Guru merupakan salah satu faktor penting
dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum di
tunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum
itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya
pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif.
Kepala
sekolah dan guru memegang peranan yang sangat besar dan merupakan kunci
keberhasilan pengembangan kurikulum karena mereka berkaitan langsung
dengan implementasi kurikulum
Guru,
merupakan titik sentral dalam pengembangan kurikulum karena guru
sebagai ujung tombak pelaksanaan dilapangan. Pengembangan kurikulum
bertolak dari kelas.Oleh karena itu, hendaknya guru memiliki gagasan
kreatif dan melakukan uji coba kurikulum dikelasnya sebagai fase penting
dan sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan
kurikulum dapat dikonsepsi sebagai suatu siklus lingkasan yang dimulai
dengan analisis mengenai maksud dicirikan sekolah. Sebagai guru yang
profesional, maka guru harus dapat mengetahui prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum, dan peranan guru dalam pengembangan kurikulum.
Hal ini semua bertujuan untuk kemajuan peserta didik dan membentuk
keterampilan peserta didik dalam pemantapan tujuan pendidikan, baik
secara efektif, kognitif, dan psikomotor.
Keprofesioanalan
pengembang kurikulum dalam pengembangan kurikulum implementasi sangat
diterapkan kepada suatu jenjang pendidikan dan pengklasifikasian kepada
peserta didik itu sendiri, karena implementasi kurikulum adalah
penerapan atau pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap
sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan,
sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan
karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional
dan bentuk fisiknya. Dalam pengembangan kurikulum implementasi juga
tidak terlepas dari berbagai komponen-komponen yang mengatur dan
mengarah kepada tujuan dalam dunia pendidikan.
3.2 Saran
Dengan
makalah yang sudah penulis selesaikan ini, apabila dalam makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan, baik dalam bentuk kata maupun
penulisannya. Dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca khususnya dosen pembimbing untuk perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi. Cet kedua. Bandung : Alfabeta.
Murniati Andi. 2010. Pengembangan Kurikulum. Cet pertama. Pekanbaru : Almujtahadah Press.
Sukmadinata,N.S. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Cet keduabelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. KURIKULUM & Pembelajaran. Cet kesatu. Jakarta : Raja Grafindo Persada.