Minggu, 18 Mei 2014

Pengembangan Kurikulum


Print Friendly and PDF

Makalah Telaah Materi Kurikulum
Oleh : Titin Mai Lestari, Dewi Ratna Sari, Aisyah, Ahmad Reski Mulia, dan Zohiro)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat. Sehingga, dalam pengembangan kurikulum dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, politikus, pengusaha, orang tua peserta didik serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa Pengertian Pengembangan Kurikulum ?
  2. Model pengembangan Tranmisi, transaksi dan transformasi ?
  3. Apa prinsip Pengembangan Kurikulum ?Siapa saja pengembang kurikulum ?
  4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ?

1.3 Tujuan

Tujuan Makalah Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini agar para pembaca dapat memahami hal apa saja yang menyangkut pengembangan kurikullum yang ada.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Pengembangan Kurikulum

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Kurikulum lazim mengandung harapan-harapan (S. Nasution, 2005:9). Sedangkan pengembangan ialah kegiatan yang menghasilkan suatu cara yang baru, di mana selama kegiatan tersebut berlangsung, penilaian dan penyempurnaan terus dilakukan.

Menurut N.S Sukmadinata, pengembangan kurikulum berarti penyususnan kurikulum yang sama sekali baru (curiculum contruction), bisa juga penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (curiculum improvement).

Murray Print (1993:23), pengembangan kurikulum adalah sebagai peroses perencanaan, membangun, menerapkan, dan mengevaluasi peluang pembelajaran diharapkan menghasilkan perubahan dalam belajar. Pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yang sengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di Sekolah. Seller dan Miller (1985) mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukuan secara terus-menerus. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan isi pengembangan kuriulum, yaitu rentangan kegiatan dan tujuan kelembagaan yang berhubungan dengan visi dan misi sekolah.

Pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum tidak ketinggalan dengan perkembangan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Kurikulum yang pernah diberlakukan secara nasional di Indonesia dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:


Tingkat Pengembangan Kurikulum Yang ada di Indonesia
  • Rencana Pelajaran 1947, Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di Indonesia setelah kemerdekaan. Istilah kurikulum masih belum digunakan. Sementara istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran
  • Rencana Pelajaran 1954, Kurikulum ini masih sama dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947
  • Kurikulum 1968, Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi pertama di Indonesia. Beberapa masa pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies). Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun Alam (IPA) atau yang sekarang sering disebut Sains.
  • Kurikulum 1975, Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom yang sangat rinci.
  • Kurikulum 1984, Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975
  • Kurikulum 1994, Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1984
  • Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah dijadikan uji coba dalam rangka proses pengembangan kurikulum ini
  • Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) • KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP, karena KTSP sesungguhnya telah mengadopsi KBK. Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
  • Kurikulum 2013, merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP, dan masih dalam tahap penerapan.

Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum terdiri atas diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.

1. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan

Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat, dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat pada masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut, kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan.

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei kebutuhan merupakan cara yang relatif sederhana dalam menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan wawancara dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program pendidikan. Pendekatan analisis tuga dilakukan dengan cara menganalisis setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas tersebut bisa berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotorik. Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.

2. Perumusan Tujuan

Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks) sampai pada tujuan yang lebih khusus. Hirearki tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional umum dan khusus.

Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives membagi tujuan menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognistif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan motorik. Dalam Davies (1976).

3. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi

Dalam Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M.D. Gall (1981) mengemukakan Sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum, yaitu identifikasi kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan, membuat keputusan adopsi, menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan.

Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.

Penyusunan bahan pelajaran disebut scope. Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum antara lain:

Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, materi kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan budaya positf dari generasi masa lalu.
Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu.
Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal hidup di masa kini, dan masa yang akan datang.
Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat.

Sequence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Untuk penyusunan sequence, perlu dipertimbangkan hal berikut:

• Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum
• Apersepsi atau pengalaman masa lalu
• Kematangan dan perkembangan siswa
• Minat dan kebutuhan siswa

4. Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar

Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang akan diberikan.

Pengalaman belajar siswa dapat bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara, perabaan, dan penciuman. Pengalaman belajar dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mental dan fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa belajar aktif dan kreatif

5. Pengembangan Alat Evaluasi

Pengembangan alat evaluasi yang dimaksud adalah untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapat jawaban dari penilaian kurikulum yaitu, apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan dioragnisasikan itu memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan apakah kurikulum yang telah dikembangkan dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya.

Ada dua orang beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan pengukuran, tes, atau pemberian nilai. Ketiganya memang merupakan bagian dari proses penilaian. Penilai pada dasarnya merupakan suatu proses pertimbangan terhadap suatu hal. Scriven (dalam Nurgiyantoro, 1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas tiga komponen, yaitu pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pembuatan keputusan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.


2.2 Model pengembangan kurikulum Menurut S.Miller

Berikut adalah 3 Orientasi yang mendasari kurikulumMenurut Miller & Seller, (1985: 5-8).

A. Orientasi Transmisi

Orientasi transmisi dibangun berlandaskan pada filsafat empirisme yangberakar dari filsafat Yunani Kuno, kemudian dilengkapi oleh para filosof seperti Francis Bacon dan John Locke.Orientasi Transmisi merupakan orientasi yang menjadikan pengawetan dan pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai fokus.

Pola ini memfungsikan pendidikan sebagai media transmisi atau media pemindahan berbagai fakta, keterampilan, dan nilai kepada peserta didik. Artinya, penekanan pendidikan lebih pada materi akademis dan kompetensinya (tradisional subject) melalui metoda pengajaran tradisional.

B. Orientasi Transformasi

Orientasi transformasi berakar pada filsafat transendentalisme, mistisisme, dan beberapa bentuk eksistensialisme, yang dalam bahasa Huxley (1970) disebut dengan filsafat perennial, yaitu suatu ide bahwa seluruh fenomena merupakan bagian dari keseluruhan interkoneksi dan bagian dari seluruh kesatuan, demikan pula individu sebagai bagian dari kesatuan ini.

Dalam orientasi transformasi ini, kurikulum dan siswa saling menyentuh (interpenetrate) secara holistik. Transformasi ditujukan pada pengembangan pribadi dan perubahan sosial, sehingga dikembangkan pola hubungan yang dekat antar individu dan masyarakat. Untuk mendukungnya, secara spesifik, model ini menekankan pada pengajaran berbagai keahlian untuk memajukan transformasi pribadi dan sosial, visi perubahan sosial sebagai perkembangan yang harmoni dengan lingkungan, dan hubungan dimensi spiritual dengan lingkungan (orientasi transpersonal).

Teori pendidikan yang digunakan adalah pendidikan progresif.

Orientasi ini didasarkan pada dua pemikiran. Pertama, elemen romantik yang menghasilkan argumen bahwa anak pada dasarnya bagus dan pendidik harus memungkinkan potensi alami anak untuk berkembang dengan sedikit campur tangan. Kedua, orientasi perubahan sosial yang berargumen bahwa pendidik harus mengambil pandangan kritis yang lebih terhadap peran sekolah dalam masyarakat sehingga sekolah tidak sekedar tertarik secara ekonomi, tapi juga berperan dalam perubahan sosial politik. Transformasi beranggapan bahwa pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu mengaktualisasikan diri.

C. Orientasi Transaksi

Orientasi transaksi merujuk pada filsafat eksperimental pragmatis John Dewey. Dia meyakini bahwa metode scientific dapat diaplikasikan pada sejumlah masalah. Paradigma filsafat ini fokus pada pengembangan intelegensi peserta didik melalui pemecahan masalah. Dalam kondisi ini, Dewey menekankan interaksi kognitif dan proses mental. Pengetahuan, baginya, berhubungan dengan pengalaman. Pendidikan memiliki fungsi konservatif dan rekonstruksi. Di satu sisi, pendidikan berfungsi menanamkan adat istiadat dan bahasa kepada siswa. Di sisi lain, pendidikan adalah proses dinamis yang dapat membantu siswa berpartisipasi dalam proses demokrasi.

Transaksi berorientasi pada pemecahan masalah sosial. Model ini menempatkan peserta didik menjadi makhluk rasional dan punya kemampuan inteligen untuk memecahkan masalah. Pendidikan dipandang sebagai dialog antara siswa dan kurikulum dimana siswa merekonstruk pengetahuan melalui proses dialog.

Elemen inti dalam transaksi ini terletak pada strategi kurikulum yang membantu pemecahan masalah (orientasi proses kognitif), aplikasi keterampilan memecahkan masalah di dalam konteks sosial secara umum dan di dalam konteks proses demokratik (orientasi kewarganegaraan demokratis); dan pengembangan keterampilan kognitif di dalam berbagai disiplin akademis. Paradigma filsafat-scientific merupakan metoda ilmiah yang dipakai dalam orientasi transaksi ini. Pusat orientasi transaksi ini adalah ide yang diambil dari psikologi perkembangan di atas, dimana siswa harus diberi kesempatan menyelidiki dunia fisik, moral, dan sosial.

2.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidikan, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang sedang membangun. Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah sehingga dapat memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan atau pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan mejadi dua kategori yaitu pinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum di manapun. Di samping itu prinsip umum ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan untuk dimiliki oleh kurikulum ssebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang membangunnya.

Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di tempat tertentu dari situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara tersendiri, misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen tujuan, prinsip untuk mengembangkan komponen isi kurikulum, dan prinsip-prinsip untuk mengembangkan komponen-komponen kurikulum yang lainnya.

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengelompokkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ke dalam dua bagian yaitu :

A. Prinsip-Prinsip Umum

1. Prinsip Relevansi

Secara umum, istilah relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, pendidikan dipandang relevan bila hasil yang diperoleh dari pendidikan tersebut berguna atau fungsional bagi kehidupan.

Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat kita tinjau sekurang-kurangnya dari tiga segi, yaitu : pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup murid, kedua, relevansi pendidikan dengan perkembangan kehidupan sekarang dan masa yang akan datang, dan ketiga, relevansi pendidikan dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan.

2. Prinsip Fleksibilitas

Prinsip Fleksibiliras artinya bahwa kurikulum itu harus lentur tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Akan tetapi, meskipun demikian dalam hal strategi, yang didalamnya tercakup metode atau teknik, kurikulum harus fleksibel. Dalam kurikulum, para pengembang kurikulum harus menyadari bahwa kurikulum harus mampu disesuaiakan dengan situasi dan kondisi setempat dan waktu yang selalu berkembang tanpa merombak tujuan pendidikan yang harus dicapai. Selain itu perlu disadari juga bahwa kurikulum dimaksudkan untuk mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang , di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuanyang berbeda.

3. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)

Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-berhenti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama antara para pengembangan kurikulum sekolah dasar dengan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

4. Prinsip Praktis

Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah dan efisien. Walaupun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-peralatan yang sangat khusus dan mahal biayanya maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.

5. Prinsip Efektivitas

Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan dibidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Di dalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat kita tinjau dari dua segi efektifitas mengajar guru, dan efektifitas belajar murid.


B. Prinsip-Prinsip Khusus

Ada beberapa PRINSIP KHUSUS dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian.

1. Prinsip Berkenaan Dengan Tujuan Pendidikan

Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan ini bersumber pada :
  • Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen Negara mengenai strategi pendidikan nasional.
  • Survey mengenai presepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
  • Survey tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
  • Survey tentang man power.
  • Pengalaman Negara-negara lain yang sama.
  • Penelitian.

2. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Isi PendidikanMemilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, di anataranya :
  • Perlu penjabaran tujuan pendidikan/ pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
  • Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
  • Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan sistematis dan logis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara stimulant dalam urutan situasi belajar. Untuk hal ini diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.

3. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Proses Belajar Mengajar

Pemilihan proses belajar mengajar yang di gunakan hendanknya memeperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  • Apakah metode yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
  • Apakah metode tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
  • Apakah metode tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?

4. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Media dan Alat Pegajaran

Proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat. Syarat-syaratnya adalah :
  • Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada apa penggantinya?
  • Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan : bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan?
  • Bagaimana mengorganisir alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar dan lain-lain?
  • Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
  • Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multimedia.

5. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Kegiatan Peniliaian

Penilaian merupakan bagian integral dari pegajaran :
a. Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut :

Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikimotor. Uraikan ke dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuluskan butir-butir soal test.

b. Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :
  • Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan ditest?
  • Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
  • Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau Objektif?
  • Berapa banyak butir teks yang harus disusun?

c. Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  • Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
  • Apakah digunakan formula quessing?
  • Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
  • Skor standart apa yang digunakan?
  • Untuk apakah hasil-hasil test tersebut digunakan?

2.4 Pengembang Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan . Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain (Sukmadinata, 2008: 6).

Dan yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.

Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan (Sukmadinata, 2008: 42). Proses pengembangan kurikulum merupakan sesuatu yang kompleks, karena tidak hanya menuntut penguasaan kemampuan secara teknis pengembangan berbagai komponen kurikulum dari para pengembang kurikulum akan tetapi lebih dari itu para pengembang kurikulum harus mampu mengantisipasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum baik yang bersifat internal maupun eksternal dan juga proses pengembangan kurikulum itu adalah suatu kegiatan mengahasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan penyempurnaan kurikulum atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan kurikulum, dan hal tersebut bisa dikatakan bahwa terjadinya perubahan-perubahan kurikulum mempunyai tujuan untuk perbaikan.

Sehingga keberhasilan kegiatan pengembangan kurikulum dalam proses pengajaran dan pendidikan. Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu administrator pendidikan, para ahli pendidikan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat.

A. Peranan Para Administrator Pendidikan

Para administrator pendidikan ini terdiri dari atas direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah.

Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun dasar serta program inti kurikulum.

Kerangka dasar dan progam inti akan menentukan minimum course yang dituntut. Administrator tingkat pusat bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan ahli bidang studi di Perguruan Tinggi serta meminta persetujuannya terutama dalam penyusunan kurikulum sekolah. Atas dasar kerangka dasar dan program inti tersebut para administrator daerah (kepala kantor wilayah) dan administrator lokal (kabupaten, kecamatan, dan kepala sekolah) mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah.

Para kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi sistem pada masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini sesungguhnya yang secara terus menerus terlibat dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru-guru. Administrator lokal harus bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mengkomunikasikan sistem pendidikan kepada masyarakat, serta mendorong pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru dikelas. Peranan kepala sekolah lebih banyak berkenaan dengan implementasi kurikulum disekolahnya. Kepala sekolah juga mempunyai peranan penting dalam menciptakan kondisi untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya.

B. Peranan Para Ahli

Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi/ bidang ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta perkembangan tuntutan masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi bidang ilmu, yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan partisipasinya dalam menyusun materi ajaran yang sesuai dengan struktur keilmuan akan tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.

C. Peranan Guru

Guru memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang luas. Hasil-hasil penilaian demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-hambatan dalam implementasi kurikulum dan juga membantu mencari cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru.

Guru tidak hanya berperan sebagai guru didalam kelas, ia juga seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, pencoba penyusunan organisasi, manager system pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun masyarakat dalam hubungannya dengan pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pula yang harus menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Berkat keahlian, keterampilan, dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak.

D. Peranan Orang Tua Murid

Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan 2 hal yaitu dalam penyusunan kurikulum dan dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.

Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah, dan orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya dirumah. Orang tua juga secara berkala menerima laporan kemajuan anak-anaknya dari sekolah berupa rapor dan sebagainya.

Orang tua juga dapat turut serta berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, seminar, pertemuan orang tua-guru. Pameran sekolah, dan sebagainya. Melalui pengamatan dalam kegiatan belajar di rumah, laporan sekolah, partisipasi dalam kegiatan sekolah orang tua dapat ikut serta dalam pengembangan kurikulum terutama dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, minat yang penuh, usaha yang sungguh-sungguh, penyelesaian tugas-tugas serta partisipasi dalam setiap kegiatan di sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurikulum

A. Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah.

Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.

Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.

Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.

B. Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermartabat di masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.

Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.

C. Sistem Nilai

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.

Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
  • Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
  • Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
  • Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
  • Menghargai nlai-nilai kelompok lain
  • Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada

D. Kompetensi Guru

Kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik oleh setiap pengembang kurikulum dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Yang terdiri atas berbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru,ilmuan, orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum di tunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif.

Kepala sekolah dan guru memegang peranan yang sangat besar dan merupakan kunci keberhasilan pengembangan kurikulum karena mereka berkaitan langsung dengan implementasi kurikulum
Guru, merupakan titik sentral dalam pengembangan kurikulum karena guru sebagai ujung tombak pelaksanaan dilapangan. Pengembangan kurikulum bertolak dari kelas.Oleh karena itu, hendaknya guru memiliki gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum dikelasnya sebagai fase penting dan sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan kurikulum dapat dikonsepsi sebagai suatu siklus lingkasan yang dimulai dengan analisis mengenai maksud dicirikan sekolah. Sebagai guru yang profesional, maka guru harus dapat mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, dan peranan guru dalam pengembangan kurikulum. Hal ini semua bertujuan untuk kemajuan peserta didik dan membentuk keterampilan peserta didik dalam pemantapan tujuan pendidikan, baik secara efektif, kognitif, dan psikomotor.

Keprofesioanalan pengembang kurikulum dalam pengembangan kurikulum implementasi sangat diterapkan kepada suatu jenjang pendidikan dan pengklasifikasian kepada peserta didik itu sendiri, karena implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional dan bentuk fisiknya. Dalam pengembangan kurikulum implementasi juga tidak terlepas dari berbagai komponen-komponen yang mengatur dan mengarah kepada tujuan dalam dunia pendidikan.



3.2 Saran


Dengan makalah yang sudah penulis selesaikan ini, apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, baik dalam bentuk kata maupun penulisannya. Dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya dosen pembimbing untuk perbaikan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Gunawan,Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi. Cet kedua. Bandung : Alfabeta.

Murniati Andi. 2010. Pengembangan Kurikulum. Cet pertama. Pekanbaru : Almujtahadah Press.

Sukmadinata,N.S. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Cet keduabelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. KURIKULUM & Pembelajaran. Cet kesatu. Jakarta : Raja Grafindo Persada.




Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

 

JADWAL SHALAT

PENGUNJUNG

CONTACT US


 
Cara Seo Blogger