Jumat, 23 Mei 2014

Jadwal Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tahun 2014




Assalamualaikum wr. wb.

Diberitahukan kepada seluruh Mahasiswa Peserta KKN Tahun 2014, bahwa berdasarkan kalender Akademik Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dan Hasil rapat pimpinan UIN Suska Riau bahwa jadwal Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk tahun 2014 ditetapkan pada tanggal 1 Juli s.d 31 Agustus 2014.
Demikian hal ini disampaikan kepada seluruh Mahasiswa peserta KKN Tahun 2014 agar dapat dimaklumi dan dilaksanakan, demikian informasi ini disampaikan atas perhatiannya diucapkan terimakasih.



Minggu, 18 Mei 2014

Pengembangan Kurikulum

Makalah Telaah Materi Kurikulum
Oleh : Titin Mai Lestari, Dewi Ratna Sari, Aisyah, Ahmad Reski Mulia, dan Zohiro)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat. Sehingga, dalam pengembangan kurikulum dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, politikus, pengusaha, orang tua peserta didik serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa Pengertian Pengembangan Kurikulum ?
  2. Model pengembangan Tranmisi, transaksi dan transformasi ?
  3. Apa prinsip Pengembangan Kurikulum ?Siapa saja pengembang kurikulum ?
  4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ?

1.3 Tujuan

Tujuan Makalah Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini agar para pembaca dapat memahami hal apa saja yang menyangkut pengembangan kurikullum yang ada.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Pengembangan Kurikulum

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncakan biasanya bersifat idea, suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk. Kurikulum lazim mengandung harapan-harapan (S. Nasution, 2005:9). Sedangkan pengembangan ialah kegiatan yang menghasilkan suatu cara yang baru, di mana selama kegiatan tersebut berlangsung, penilaian dan penyempurnaan terus dilakukan.

Menurut N.S Sukmadinata, pengembangan kurikulum berarti penyususnan kurikulum yang sama sekali baru (curiculum contruction), bisa juga penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (curiculum improvement).

Murray Print (1993:23), pengembangan kurikulum adalah sebagai peroses perencanaan, membangun, menerapkan, dan mengevaluasi peluang pembelajaran diharapkan menghasilkan perubahan dalam belajar. Pengembangan kurikulum adalah proses atau kegiatan yang sengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di Sekolah. Seller dan Miller (1985) mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukuan secara terus-menerus. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan isi pengembangan kuriulum, yaitu rentangan kegiatan dan tujuan kelembagaan yang berhubungan dengan visi dan misi sekolah.

Pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Secara umum, perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Perubahan kurikulum tersebut dilakukan agar kurikulum tidak ketinggalan dengan perkembangan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Kurikulum yang pernah diberlakukan secara nasional di Indonesia dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:


Tingkat Pengembangan Kurikulum Yang ada di Indonesia
  • Rencana Pelajaran 1947, Kurikulum ini merupakan kurikulum pertama di Indonesia setelah kemerdekaan. Istilah kurikulum masih belum digunakan. Sementara istilah yang digunakan adalah Rencana Pelajaran
  • Rencana Pelajaran 1954, Kurikulum ini masih sama dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Rencana Pelajaran 1947
  • Kurikulum 1968, Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi pertama di Indonesia. Beberapa masa pelajaran, seperti Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies). Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun Alam (IPA) atau yang sekarang sering disebut Sains.
  • Kurikulum 1975, Kurikulum ini disusun dengan kolom-kolom yang sangat rinci.
  • Kurikulum 1984, Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975
  • Kurikulum 1994, Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1984
  • Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum ini belum diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia. Beberapa sekolah telah dijadikan uji coba dalam rangka proses pengembangan kurikulum ini
  • Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) • KBK sering disebut sebagai jiwa KTSP, karena KTSP sesungguhnya telah mengadopsi KBK. Kurikukulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
  • Kurikulum 2013, merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP, dan masih dalam tahap penerapan.

Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum terdiri atas diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.

1. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan

Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat, dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat pada masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut, kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan.

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei kebutuhan merupakan cara yang relatif sederhana dalam menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan wawancara dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program pendidikan. Pendekatan analisis tuga dilakukan dengan cara menganalisis setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas tersebut bisa berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotorik. Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.

2. Perumusan Tujuan

Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks) sampai pada tujuan yang lebih khusus. Hirearki tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional umum dan khusus.

Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives membagi tujuan menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognistif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan motorik. Dalam Davies (1976).

3. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi

Dalam Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M.D. Gall (1981) mengemukakan Sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum, yaitu identifikasi kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan, membuat keputusan adopsi, menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan.

Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.

Penyusunan bahan pelajaran disebut scope. Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum antara lain:

Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, materi kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan budaya positf dari generasi masa lalu.
Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu.
Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal hidup di masa kini, dan masa yang akan datang.
Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat.

Sequence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Untuk penyusunan sequence, perlu dipertimbangkan hal berikut:

• Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum
• Apersepsi atau pengalaman masa lalu
• Kematangan dan perkembangan siswa
• Minat dan kebutuhan siswa

4. Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar

Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang akan diberikan.

Pengalaman belajar siswa dapat bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara, perabaan, dan penciuman. Pengalaman belajar dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mental dan fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa belajar aktif dan kreatif

5. Pengembangan Alat Evaluasi

Pengembangan alat evaluasi yang dimaksud adalah untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapat jawaban dari penilaian kurikulum yaitu, apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan dioragnisasikan itu memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan apakah kurikulum yang telah dikembangkan dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya.

Ada dua orang beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan pengukuran, tes, atau pemberian nilai. Ketiganya memang merupakan bagian dari proses penilaian. Penilai pada dasarnya merupakan suatu proses pertimbangan terhadap suatu hal. Scriven (dalam Nurgiyantoro, 1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas tiga komponen, yaitu pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pembuatan keputusan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.


2.2 Model pengembangan kurikulum Menurut S.Miller

Berikut adalah 3 Orientasi yang mendasari kurikulumMenurut Miller & Seller, (1985: 5-8).

A. Orientasi Transmisi

Orientasi transmisi dibangun berlandaskan pada filsafat empirisme yangberakar dari filsafat Yunani Kuno, kemudian dilengkapi oleh para filosof seperti Francis Bacon dan John Locke.Orientasi Transmisi merupakan orientasi yang menjadikan pengawetan dan pewarisan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai fokus.

Pola ini memfungsikan pendidikan sebagai media transmisi atau media pemindahan berbagai fakta, keterampilan, dan nilai kepada peserta didik. Artinya, penekanan pendidikan lebih pada materi akademis dan kompetensinya (tradisional subject) melalui metoda pengajaran tradisional.

B. Orientasi Transformasi

Orientasi transformasi berakar pada filsafat transendentalisme, mistisisme, dan beberapa bentuk eksistensialisme, yang dalam bahasa Huxley (1970) disebut dengan filsafat perennial, yaitu suatu ide bahwa seluruh fenomena merupakan bagian dari keseluruhan interkoneksi dan bagian dari seluruh kesatuan, demikan pula individu sebagai bagian dari kesatuan ini.

Dalam orientasi transformasi ini, kurikulum dan siswa saling menyentuh (interpenetrate) secara holistik. Transformasi ditujukan pada pengembangan pribadi dan perubahan sosial, sehingga dikembangkan pola hubungan yang dekat antar individu dan masyarakat. Untuk mendukungnya, secara spesifik, model ini menekankan pada pengajaran berbagai keahlian untuk memajukan transformasi pribadi dan sosial, visi perubahan sosial sebagai perkembangan yang harmoni dengan lingkungan, dan hubungan dimensi spiritual dengan lingkungan (orientasi transpersonal).

Teori pendidikan yang digunakan adalah pendidikan progresif.

Orientasi ini didasarkan pada dua pemikiran. Pertama, elemen romantik yang menghasilkan argumen bahwa anak pada dasarnya bagus dan pendidik harus memungkinkan potensi alami anak untuk berkembang dengan sedikit campur tangan. Kedua, orientasi perubahan sosial yang berargumen bahwa pendidik harus mengambil pandangan kritis yang lebih terhadap peran sekolah dalam masyarakat sehingga sekolah tidak sekedar tertarik secara ekonomi, tapi juga berperan dalam perubahan sosial politik. Transformasi beranggapan bahwa pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang mampu mengaktualisasikan diri.

C. Orientasi Transaksi

Orientasi transaksi merujuk pada filsafat eksperimental pragmatis John Dewey. Dia meyakini bahwa metode scientific dapat diaplikasikan pada sejumlah masalah. Paradigma filsafat ini fokus pada pengembangan intelegensi peserta didik melalui pemecahan masalah. Dalam kondisi ini, Dewey menekankan interaksi kognitif dan proses mental. Pengetahuan, baginya, berhubungan dengan pengalaman. Pendidikan memiliki fungsi konservatif dan rekonstruksi. Di satu sisi, pendidikan berfungsi menanamkan adat istiadat dan bahasa kepada siswa. Di sisi lain, pendidikan adalah proses dinamis yang dapat membantu siswa berpartisipasi dalam proses demokrasi.

Transaksi berorientasi pada pemecahan masalah sosial. Model ini menempatkan peserta didik menjadi makhluk rasional dan punya kemampuan inteligen untuk memecahkan masalah. Pendidikan dipandang sebagai dialog antara siswa dan kurikulum dimana siswa merekonstruk pengetahuan melalui proses dialog.

Elemen inti dalam transaksi ini terletak pada strategi kurikulum yang membantu pemecahan masalah (orientasi proses kognitif), aplikasi keterampilan memecahkan masalah di dalam konteks sosial secara umum dan di dalam konteks proses demokratik (orientasi kewarganegaraan demokratis); dan pengembangan keterampilan kognitif di dalam berbagai disiplin akademis. Paradigma filsafat-scientific merupakan metoda ilmiah yang dipakai dalam orientasi transaksi ini. Pusat orientasi transaksi ini adalah ide yang diambil dari psikologi perkembangan di atas, dimana siswa harus diberi kesempatan menyelidiki dunia fisik, moral, dan sosial.

2.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidikan, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang sedang membangun. Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah sehingga dapat memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan atau pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan mejadi dua kategori yaitu pinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum di manapun. Di samping itu prinsip umum ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan untuk dimiliki oleh kurikulum ssebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang membangunnya.

Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di tempat tertentu dari situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara tersendiri, misalnya prinsip yang digunakan untuk mengembangkan komponen tujuan, prinsip untuk mengembangkan komponen isi kurikulum, dan prinsip-prinsip untuk mengembangkan komponen-komponen kurikulum yang lainnya.

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengelompokkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ke dalam dua bagian yaitu :

A. Prinsip-Prinsip Umum

1. Prinsip Relevansi

Secara umum, istilah relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Dengan kata lain, pendidikan dipandang relevan bila hasil yang diperoleh dari pendidikan tersebut berguna atau fungsional bagi kehidupan.

Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat kita tinjau sekurang-kurangnya dari tiga segi, yaitu : pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan hidup murid, kedua, relevansi pendidikan dengan perkembangan kehidupan sekarang dan masa yang akan datang, dan ketiga, relevansi pendidikan dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan.

2. Prinsip Fleksibilitas

Prinsip Fleksibiliras artinya bahwa kurikulum itu harus lentur tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Akan tetapi, meskipun demikian dalam hal strategi, yang didalamnya tercakup metode atau teknik, kurikulum harus fleksibel. Dalam kurikulum, para pengembang kurikulum harus menyadari bahwa kurikulum harus mampu disesuaiakan dengan situasi dan kondisi setempat dan waktu yang selalu berkembang tanpa merombak tujuan pendidikan yang harus dicapai. Selain itu perlu disadari juga bahwa kurikulum dimaksudkan untuk mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang , di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuanyang berbeda.

3. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)

Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-berhenti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama antara para pengembangan kurikulum sekolah dasar dengan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

4. Prinsip Praktis

Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah dan efisien. Walaupun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan peralatan-peralatan yang sangat khusus dan mahal biayanya maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.

5. Prinsip Efektivitas

Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan dibidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Di dalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat kita tinjau dari dua segi efektifitas mengajar guru, dan efektifitas belajar murid.


B. Prinsip-Prinsip Khusus

Ada beberapa PRINSIP KHUSUS dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian.

1. Prinsip Berkenaan Dengan Tujuan Pendidikan

Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan ini bersumber pada :
  • Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen Negara mengenai strategi pendidikan nasional.
  • Survey mengenai presepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
  • Survey tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
  • Survey tentang man power.
  • Pengalaman Negara-negara lain yang sama.
  • Penelitian.

2. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Isi PendidikanMemilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, di anataranya :
  • Perlu penjabaran tujuan pendidikan/ pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
  • Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
  • Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan sistematis dan logis. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan diberikan secara stimulant dalam urutan situasi belajar. Untuk hal ini diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pengajaran secara lebih mendetail.

3. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Proses Belajar Mengajar

Pemilihan proses belajar mengajar yang di gunakan hendanknya memeperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  • Apakah metode yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
  • Apakah metode tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
  • Apakah metode tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?

4. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Media dan Alat Pegajaran

Proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat. Syarat-syaratnya adalah :
  • Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada apa penggantinya?
  • Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan : bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan?
  • Bagaimana mengorganisir alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar dan lain-lain?
  • Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
  • Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multimedia.

5. Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Kegiatan Peniliaian

Penilaian merupakan bagian integral dari pegajaran :
a. Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut :

Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikimotor. Uraikan ke dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuluskan butir-butir soal test.

b. Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :
  • Bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan kelompok yang akan ditest?
  • Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan test?
  • Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau Objektif?
  • Berapa banyak butir teks yang harus disusun?

c. Dalam pengolahan suatu hasil penilaian hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  • Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil test?
  • Apakah digunakan formula quessing?
  • Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak?
  • Skor standart apa yang digunakan?
  • Untuk apakah hasil-hasil test tersebut digunakan?

2.4 Pengembang Kurikulum

Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan . Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen kurikulum yang lain (Sukmadinata, 2008: 6).

Dan yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri.

Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan (Sukmadinata, 2008: 42). Proses pengembangan kurikulum merupakan sesuatu yang kompleks, karena tidak hanya menuntut penguasaan kemampuan secara teknis pengembangan berbagai komponen kurikulum dari para pengembang kurikulum akan tetapi lebih dari itu para pengembang kurikulum harus mampu mengantisipasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum baik yang bersifat internal maupun eksternal dan juga proses pengembangan kurikulum itu adalah suatu kegiatan mengahasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan penyempurnaan kurikulum atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan kurikulum, dan hal tersebut bisa dikatakan bahwa terjadinya perubahan-perubahan kurikulum mempunyai tujuan untuk perbaikan.

Sehingga keberhasilan kegiatan pengembangan kurikulum dalam proses pengajaran dan pendidikan. Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu administrator pendidikan, para ahli pendidikan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat.

A. Peranan Para Administrator Pendidikan

Para administrator pendidikan ini terdiri dari atas direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah.

Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun dasar serta program inti kurikulum.

Kerangka dasar dan progam inti akan menentukan minimum course yang dituntut. Administrator tingkat pusat bekerja sama dengan para ahli pendidikan dan ahli bidang studi di Perguruan Tinggi serta meminta persetujuannya terutama dalam penyusunan kurikulum sekolah. Atas dasar kerangka dasar dan program inti tersebut para administrator daerah (kepala kantor wilayah) dan administrator lokal (kabupaten, kecamatan, dan kepala sekolah) mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan daerah.

Para kepala sekolah mempunyai wewenang dalam membuat operasionalisasi sistem pada masing-masing sekolah. Para kepala sekolah ini sesungguhnya yang secara terus menerus terlibat dalam pengembangan dan implementasi kurikulum, memberikan dorongan dan bimbingan kepada guru-guru. Administrator lokal harus bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mengkomunikasikan sistem pendidikan kepada masyarakat, serta mendorong pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru dikelas. Peranan kepala sekolah lebih banyak berkenaan dengan implementasi kurikulum disekolahnya. Kepala sekolah juga mempunyai peranan penting dalam menciptakan kondisi untuk pengembangan kurikulum di sekolahnya.

B. Peranan Para Ahli

Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli bidang studi/ bidang ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang pendidikan serta perkembangan tuntutan masyarakat. Sumbangan mereka dalam memilih materi bidang ilmu, yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan partisipasinya dalam menyusun materi ajaran yang sesuai dengan struktur keilmuan akan tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.

C. Peranan Guru

Guru memegang peranan yang sangat penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang luas. Hasil-hasil penilaian demikian akan sangat membantu pengembangan kurikulum, untuk memahami hambatan-hambatan dalam implementasi kurikulum dan juga membantu mencari cara untuk mengoptimalkan kegiatan guru.

Guru tidak hanya berperan sebagai guru didalam kelas, ia juga seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, pencoba penyusunan organisasi, manager system pengajaran, pembimbing baik di sekolah maupun masyarakat dalam hubungannya dengan pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Sebagai pelaksana kurikulum maka guru pula yang harus menciptakan kegiatan belajar mengajar bagi murid-muridnya. Berkat keahlian, keterampilan, dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belajar yang aktif yang menggairahkan yang penuh kesungguhan dan mampu mendorong kreativitas anak.

D. Peranan Orang Tua Murid

Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan 2 hal yaitu dalam penyusunan kurikulum dan dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.

Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah, dan orang tua sewajarnya mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anaknya dirumah. Orang tua juga secara berkala menerima laporan kemajuan anak-anaknya dari sekolah berupa rapor dan sebagainya.

Orang tua juga dapat turut serta berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, seminar, pertemuan orang tua-guru. Pameran sekolah, dan sebagainya. Melalui pengamatan dalam kegiatan belajar di rumah, laporan sekolah, partisipasi dalam kegiatan sekolah orang tua dapat ikut serta dalam pengembangan kurikulum terutama dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar yang sewajarnya, minat yang penuh, usaha yang sungguh-sungguh, penyelesaian tugas-tugas serta partisipasi dalam setiap kegiatan di sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum.

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurikulum

A. Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah.

Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.

Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.

Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.

B. Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermartabat di masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.

Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.

C. Sistem Nilai

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat.

Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
  • Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
  • Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
  • Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
  • Menghargai nlai-nilai kelompok lain
  • Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada

D. Kompetensi Guru

Kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik oleh setiap pengembang kurikulum dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Yang terdiri atas berbagai pakar ilmu pendidikan, administrator pendidikan, guru,ilmuan, orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya suatu kurikulum di tunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif.

Kepala sekolah dan guru memegang peranan yang sangat besar dan merupakan kunci keberhasilan pengembangan kurikulum karena mereka berkaitan langsung dengan implementasi kurikulum
Guru, merupakan titik sentral dalam pengembangan kurikulum karena guru sebagai ujung tombak pelaksanaan dilapangan. Pengembangan kurikulum bertolak dari kelas.Oleh karena itu, hendaknya guru memiliki gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum dikelasnya sebagai fase penting dan sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan kurikulum dapat dikonsepsi sebagai suatu siklus lingkasan yang dimulai dengan analisis mengenai maksud dicirikan sekolah. Sebagai guru yang profesional, maka guru harus dapat mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, dan peranan guru dalam pengembangan kurikulum. Hal ini semua bertujuan untuk kemajuan peserta didik dan membentuk keterampilan peserta didik dalam pemantapan tujuan pendidikan, baik secara efektif, kognitif, dan psikomotor.

Keprofesioanalan pengembang kurikulum dalam pengembangan kurikulum implementasi sangat diterapkan kepada suatu jenjang pendidikan dan pengklasifikasian kepada peserta didik itu sendiri, karena implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional dan bentuk fisiknya. Dalam pengembangan kurikulum implementasi juga tidak terlepas dari berbagai komponen-komponen yang mengatur dan mengarah kepada tujuan dalam dunia pendidikan.



3.2 Saran


Dengan makalah yang sudah penulis selesaikan ini, apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, baik dalam bentuk kata maupun penulisannya. Dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya dosen pembimbing untuk perbaikan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Gunawan,Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi. Cet kedua. Bandung : Alfabeta.

Murniati Andi. 2010. Pengembangan Kurikulum. Cet pertama. Pekanbaru : Almujtahadah Press.

Sukmadinata,N.S. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Cet keduabelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. KURIKULUM & Pembelajaran. Cet kesatu. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Model Pengembangan Kurikulum

Makalah Telaah Materi Kurikulum
Oleh :
Desi Dwi Martati Ritonga
Fitriani
Nurhasanah
Siti Lumayan
Tika Maryanti
Zarra Zettira

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jika ingin membangun suatu bangsa, maka bangunlah yang pertama sistem pendidikannya, dan jika ingin membangun pendidikan, maka bangunlah yang pertama sistem kurikulum, karena kurikulum merupakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan pada hakekatnya kurikulum merupakan ilmu tentang proses mencerdaskan anak bangsa agar ia bermakna bagi kehidupannya. Sebab kurikulum merupakan jantung dunia pendidikan, dan kurikulum itu mutlak harus ada.

Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Sementara itu, dunia yang semakin cepat mengglobal sekaligus menyempit menyeret kurikulum pendidikan harus bersifat dinamis agar tidak ketinggalan. Dinamis mengikuti dinamika perubahan lingkungan yang ada serta dinamis mengantisipasi segala kemungkinan perubahan masa depan. Berdasarkan alasan tersebut, kurikulum apa pun perlu senantiasa adaptif dan dikelola dengan baik, dalam semua jenjang dan jenis pendidikan.

Kemudian dalam perubahan pengembangan kurikulum tersebut, tidak dapat ditinggalkan yaitu model, pendekatan, orientasi, dan strategi dan yang lain-lainnya yang dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum. Karena dengan seperti itu kurikulum dapat dirubah dengan baik dan benar. Sehingga tujuan pendidikan itu dapat tercapai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah, maka implementasinya juga berjalan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dalam setiap model, pendekatan, orientasi, dan strategi pengembangan kurikulum tersebut.

Akan tetapi sebelum diimplementasikan model-model tersebut dalam pengembangan kurikulum, terlebih dahulu harus dikaji dan ditelaah sehingga pelaksanaannya dapat terlaksana dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan pendidikan khususnya di indonesia ini. Sebab model-model tersebut berbeda-beda, tidak harus semua model harus sama, langkah-langkahnya harus sama maka dari itu hasilnya juga berbeda-beda tergantung pada pengembang kurikulum.

B. Rumusan Masalah

Mengaplikasikan tentang model-model pengembangan kurikulum, dimana model-model tersedut adalah:

1. The Administrative Model
2. The grass roots model
3. Beauchamp’s system
4. The Demonstration Model
5. Taba’s Inverted Model
6. Roger’s Interpersonal Relation Model

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan model-model pengembangan kurikulum agar para calon guru dan para pembaca dapat mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

Model model pengembangan kurikulum merupakan model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.

A. The Administrative Model

Merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrasi atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari administrator pendidikan dan mengunakan prosedur administrasi.

Dengan wewenang administrasinya , administratorpendidikan membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum . anggota anggota komisi atau tim terdiri dari pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan , ahli kurikulum , ahli disiplin ilmu. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep konsep dasar, landasan landasan , kebijaksanaan , dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum, setelah hal hal yang mendasar ini terumuskan dan mendapatkan pengkajian yang seksama , administrator pendidikan menyusun tim atau komisi kerja pengembangan kurikulum . para anggota tim atau komisi ini terdiri atas para ahli pendidikan atau kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi , guru guru bidang studi yang senior. Tim kerja pengembangan kurikulum bertugas menyusun kurikulum yang sesunggunya yang lebih operasional, dijabarkan dari konsep konsep dan kebijaksanaan dasar yang telah digariskan oleh tim pengarah. Tugas tim kerja ini merumuskan tujuan tujuan yang lebih operasionaldari tujuan tujuan yang lebih umum, memilih dan menyusun sekuens bahan pelajaran, memilih strategi pengajran dan evaluasi, serta menyusun pedoman pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru guru.

Setelah semua tugas dari tim kerja pengembang kurikulum tersebut selesai, hasil nya dikaji ulang oleh tim pengarah serta para ahli lain yang berwenang atau pejabat yang kompenten. Setelah mendapatkan penyempurnaan , dan dinilai telah cukup baik , administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut serta memerintahkan sekolah sekolah untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Karena sifatnya yang datang dari atas , model pengembangan kurikulum demikian disebut juga model top down atau line staff. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak selalu segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari pelaksanaannya, terutama dari guru guru. Mereka perlu mendapatkan petunjuk dan penjelasan atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan . kebutuhan akan adanya penataran sering tidak dapat dihindarkan.

Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, selama tauhun tahun permulaan diperlukan pula adanya kegiatan monitoring, pengaman dan pengawasan serta bimbingan dalam pelaksanaan nya . setelah berjalan beberapan saat perlu juga dilakukan suatu evaluasi untuk menilai bauik validitas komponen komponennya , prosedur pelaksanaan maupun keberhasilannya . penilaian menyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus dari tingkat pusat atau daerah, sedang penilaian persekolah dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik bagi instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah, maupun sekolah.


B. The grass roots model

Sejarah Grass Roots

Model akar rumput dikembangkan oleh Smith, Stanley & Shores pada tahun 1957. Model akar rumput atau disebut dengan the grass roots model berbeda dengan rekayasa model administrasi. Misalnya model ini diawali oleh guru, pembina disekolah dengan mengabaikan metode pembuatan keputusan kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang lemah kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu yang lebih spesifik atau kelas-kelas tertentu.

Dalam model ini didasarkan pada pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna pengajaran dikelasnya. Jadi bedanya pada bila model Administrasi bersifat sentralisasi pada model akar rumput ini bersifat desentralisasi. Hal ini memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan menghasilkan manusia-manusia yang mandiri dan kreatif.

Orientasi yang demokratis dari rekayasa ini bertanggung jawab membangkitkan 2 asumsi yang sangat penting yaitu :
  • bahwa kurikulum hanya dapat diterapkan secara berhasil apabila guru dilibatkan secara langsung dengan proses pembuatan dan pengembangannya.
  • bukan hanya para profesional, tetapi murid, orang tua, anggota masyarakat lain harus dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum.

Dilihat dari cakupan pengembangannya ada dua pendekatan yang dapat diterapkan. Pertama, pendekatan top down atau pendekatan administrative, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah; dan kedua adalah pendekatan grass root, atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.

Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction).

Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini :
  • menyadari adanya masalah. Pendekatan grass roots biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidakcocokan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebaginya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung.
  • mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.

Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa :
  1. Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menentukan pengalaman pembelajaran.
  2. Setiap penglaman belajar harus memuaskan siswa.
  3. Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
  4. Mungkin dalam satu penglaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda. Terdapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu siswa dalam mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat.

Adapun ciri-ciri dari grass roots model yaitu :
  1. Guru memiliki kemampuan yang professional.
  2. Keterlibatan langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi.
  3. Muncul konsensus tujuan, prinsip – prinsip maupun rencana – rencana diantara para guru.
  4. Bersifat desentralisasi dan demokratis.

Pengembang Kurikulum Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi yaitu administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah administrator, guru dan orang tua


Pengembang Kurikulum

Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi yaitu administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah administrator, guru dan orang tua.

Kelebihan Model Akar Rumput Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kelebihan dari Model Akar Rumput ini adalah pengikutsertaan semua komponen sekolah dari kepala sekolah, guru, siswa bahkan orang tua siswa. Meskipun dalam hal ini tidak mengetahui apakah itu kurikulum akan tetapi demi tanggung jawab dan kepentingan dari siswa maka hal-pengembangan kurikulum yang dilakukan harus melibatkan orang tua siswa.

Kelemahan Model Akar Rumput Kelemahan model ini adalah menerapkan metode partisipasi yang demokratis dalam proses yang khusus, bersifat teknis yang kompleks. Ini tidak berarti bahawa keputusan masyarakat umumnya tidak perlu diperhatikan atau para guru tidak boleh diberi peran dalam rekayasa kurikulum. Ini hanya untuk menyatakan bahwa peran dasar pemikiran satu suara tidak atau belum tentu menghasilkan sesuatu yang terbaik dalam suatu situasi, otoritas tertentu amat diperlukan. Namun perlu diingat bahwa model ini lebih memberikan konstribusi awal dalam memperkuat landasan pembuatan keputusan kurikulum dan dalam hal itu model ini bertanggung jawab terhadap keinginan-keinginan masyarakat.


C. Beauchamp’s system

Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno, namun dalam lingkungan dan hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang. Banyak orangtua bahkan juga para guru, kalau ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar mata pelajaran. Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.

Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya telah beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar, bahkan juga menunjukkan adanya perubahan lingkup dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas.

George A.Beauchamp (1968) lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran, sedangkan pelaksanaan rencana itu sudah masuk pengajaran.

Dalam Sukmadinata (2005:5), Beauchamp mengatakan: A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the education of pupils during their enrollment in given school.Senada dengan pendapat tersebut, Ansyar dan Nursain (1991:25) merekam pendapat Beauchamp (1981) sebagai berikut: Kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk pendidikan peserta didik selama belajar di sekolah. Selanjutnya Beauchamp (1976) mendefinisikan teori kurikulum sebagai: … a set of related statements that gives meaning to a schools’s curriculum by pointing up the relationships among its elements and by directing its development, its use, and its evaluation. (Sukmadinata, 2005: 6). Bidang cakupan teori atau bidang studi kurikulum meliputi: konsep kurikulum, penentuan kurikulum, pengembangan kurikulum, desain kurikulum, implementasi dan evaluasi kurikulum.

Selain sebagai bidang studi, menurut Beauchamp, kurikulum juga sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian dari sistem persekolahan. Sebagai suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu sistem, kurikulum merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem sekolah. Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan segala kebijakan tentang kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangan kurikulum, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya. Fungsi utama sistem kurikulum adalah dalam pengembangan, penerapan, evaluasi, dan penyempurnaannya, baik sebagai dokumen tertulis maupun aplikasinya dan menjaga agar kurikulum tetap dinamis.

Langkah –langkah pengembangan kurikulum menurut Beauchamp :

Menurut Beauchamp, ada lima langkah atau pentahapan dalam mengembangkan suatu kurikulum (Beauchamp’s System).
  1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut: sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara. Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijakan dalam pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum.Walaupun daerah yang menjadi wewenang kepala kanwil pendidikan dan kebudayaan mencakup suatu wilayah propinsi, tetapi arena pengembangan kurikulum lianya mencakup satu daerah kabupaten saja sebagai pilot proyek.
  2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum.

Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum:
  • para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar
  • para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih
  • para profesional dalam sistem pendidikan
  • profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat.

Beauchamp mencoba melibatkan para ahli dan tokoh-tokoh pendidikan seluas mungkin, yang biasanya pengaruh mereka kurang langsung terhadap pegembangan kurikulum, dibanding dengan tokoh¬tokoh lain seperti, para penulis dan penerbit buku, para pejabat pemerintah, politikus, dan pengusaha serta industriawan. Penetapan personalia ini sudah tentu disesuaikan dengan tingkat dan luas wilayah arena. Untuk tingkat propinsi atau nasional tidak terlalu banyak melibatkan guru.Sebaliknya untuk tingkat kabupaten, kecamatan atau sekolah keterlibatan guru-gurusemakinbesar.

Mengenai keterlibatan kelompok-kelompok personalia ini, Beauchamp mengemukakan tiga pertanyaan: (1) Haruskah kelompok ahli/pejabat/profesi tersebut dilibatkan dalam pengembangan kurikulum?, (2) Bila ya, apakah peranan mereka?, (3) Apakah mungkin ditemukan alat dan cara yang paling efektif untuk melaksanakan peran tersebut?

3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.

Beauchamp membagi keseluruhan kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu:
a. membentuk tim pengembang kurikulum
b. mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang ada yang sedang digunakan
c. studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru
d. merumuskan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru
e. penyusunan dan penulisan kurikulum baru.

4. Implementasi kurikulum.

Langkah ini merupakan langkah mengimplementasikan atau melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh,baik kesiapan guru-guru, siswa, fasilitas, bahan maupun biaya, di samping kesiapan manajerial dari pimpinan sekolah atau administrator setempat.

5. Evaluasi kurikulum.

Merupakan langkah terakhir yang mencakup empat hal, yaitu:
a. evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru
b. evaluasi desain kurikulum
c. evaluasi hasil belajar siswa
d. evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.

Data yang diperoleh dari hasil kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum serta prinsip pelaksanaannya.


D. The Demonstration Model

Model demonstration pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup sesuatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.

Menurut Smith, Stanley, dan shores ada dua variasi model demonstrasi ini.

Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum. Proyek ini bertujuan mengadakan penelitian dan pengembangan tentang salah satu atau beberapa segi / komponen kurikulum. Hasil pengembangan ini diharapkan dapat digunakan bagi lingkungan yang lebih luas. Kegiatan penelitian dan pengembangan ini biasanya diprakarsai dan diorganisasi oleh instansi pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan, dan sebagainya.

Bentuk yang kedua, kurang bersifat formal. Beberapa orang guru yang merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri. Mereka mencoba menggunakan hal-hal lain yang berbeda dengan yang berlaku. Dengan kegiatan ini mereka mengharapkan ditemukan kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih baik, untuk kemudian digunakan didaerah yang lebih luas.

Ada beberapa kebaikan dari pengembangan kurikulum dengan model demonstrasi ini.
  1. Karena kurikulum disusun dan dilaksanakan dalam situasi tertentu yang nyata, maka akan dihasilkan suatu kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih praktis.
  2. Perubahan atau penyempurnaan kurikulum dalan skala kecil atau aspek tertentu yang khusus, sedikit sekali untuk ditolak oleh administrator, dibandibg dengan perubahan dan penyempurnaan yang menyeluruh
  3. Pengembangan kurikulum dalam skala kecil dengan model demontrasi dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu dokumentasinya bagus tapi pelaksanaannya tidak ada.
  4. Model ini sifatnya yang grass roots menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan nara sumber yang dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru.
Sedangkan kelemahan dari model demostration ini adalah bagi guru-guru yang tidak turut berpartisipasi mereka akan menerimanya dengan enggan-enggan, dalam keadaan terburuk mungkin akan terjadi apatisme.

E. Taba’s Inverted Model

Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif. Itulah sebabnya model ini disebut “model terbalik”. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model taba ini, yaitu :

1. Mengadakan unit-unit eksperimen kerjasama guru-guru.

Didalam unit eksperimen ini diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dan praktek.
Ada delapan langkah kegiatan dalam unit eksperimen ini .

a. mendiagnosis kebutuhan

Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.

b. Merumuskan tujuan khusus.

Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan meliputi: Konsep atau gagasan yang akan dipelajari Sikap kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan, Cara befikir untuk memperkuat, Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai.

c. Memilih isi

Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.

d. Mengorganisasi isi

Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.

e. Memilih pengalaman belajar.

Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar yag harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.

f. Mengorganisasi pengalaman belajar.

Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.

g. Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa.

Pada penentuan alat evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.

h. Menguji keseimbangan isi kurikulum.

Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.


2. Menguji unit eksperimen

Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang pertama harus diujicobakan pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan.

3. Mengadakan revisi dan konsulidasi

Dari langkahh pengujian di peroleh beberapa data,data tersebut di gunakan untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan. selain perbaikan dan penyempurnaan di adakan juga kegiatan konsulidasi,yaitu penarikan kesimpulan tentang hal-hal yang lebi bersifat umum dan luas.Hal itu di lakukan,sebab meskipun suatu unit ekseterimen telah cukup valid dan praktis pada sekolah belum tentu demikian juga pada sekolah yang lainnya.untuk menguji keberlakuannya pada daerah yang lebih luas perlu adanya kegiatan konsulidasi.

4. Menyusun kerangka kerja teoritis.

Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional.

5. Impelementasi dan di seminasi

yang dikembangkan secara menyeluruh dan mendiseminasikan (menerapkan kurikulum pada daerah atau sekolah yang lebih luas),atau Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.

Jadi kurikulum ini sangat cocok digunakan di Indonesa karena dalam pemgembangan Model Terbalik Hilda Taba realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan antara teori dan praktek.

Menurut Wheeler berpendapat bahwa pengembangan kurikulum teridri dari 5 tahap yaitu:
  1. Mementukan tujuan umum dan tujuan khusus.
  2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam dalam langkah pertama. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar disini adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi denagn lingkungan. Menentukan pengalaman belajar merupakan hal yang penting untuk materi - materi yang sesuai dalam proses pembelajaran.
  3. Menentukan isi dan materi pelajaran sesuai dengan pengalaman belajar
  4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi pelajaran.
  5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.
Berdasarkan dari langkah- langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Wheeler terlihat bahwa pengembangn kurikulum itu berbentuk sebuah siklus (lingkaran) yang mana pada setiap tahap dalam siklus tersebut membentuk suatu sistem yang terdiri dari komponen- komponen pengembangan yang saling berhubungan satu sama lain.


F. Roger’s Interpersonal Relation Model

Meskipun Rogers bukan seorang ahli pendidikan (ia ahli psikologi atau psikoterapi) tetapi konsep-konsepnya tentang psikoterapi khususnya bagaimana membimbing individu juga dapat diterapkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan kuriulum. Memang ia banyak mengemukakan konsepnya tentang perkembangan dan perubahanindividu. Menurut When Crosby (1970: 388) perubahan kurikulum adalah perubahan individu.

Menurut Rogers manusiaberadadalam proses perubahan (becoming, developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri , tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan juga tidaklain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar perkembangan anak.

Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers. Pertama, pemilihan target dari sistem pendidikan. Di dalampenentuan target inisatu-satunyakriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turutserta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satuminggu parapejabat pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal. Melalui kegiatan kelompok ini mereka akan mengalami perubahan-perubahan sebagaiberikut.
  1. He is less protective of his own beliefs and can listen more accurately.
  2. He finds it easier and less threatening to accept innovative ideas.
  3. He has less need to protect bureaucratic rules.
  4. He communicates more clearly and realistically to superiors, peers, and sub-ordinates because he is more open and less self-protective.
  5. He is more person oriented and democratic.
  6. He openly confronts personal emotional frictions between him self and colleagues.
  7. He is more able to accept both positive and negative feeback and use it constructively (Rogers, 1967:722)

Langkah kedua dalam pengembangan kurikulum model Rogers adalah partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Samaseperti yang dilakukan para pejabat pendidikan, guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok. Keikutsertaan guru dalam kelompok tersebut sebaiknya bersifat sukarela, lama kegiatan kalau bisa satuminggu lebih baik, tetapi dapat juga kurang dari satuminggu.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
  • Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
  • Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
  • Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
  • Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
  • Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspydan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpanbalik positif.

Ciri-ciri guru yang fasilitatifadalah :
  • Merespon perasaan siswa.
  • Menggunakan ide-ide siswauntukmelaksanakaninteraksi yang sudahdirancang.
  • Berdialogdanberdiskusidengan siswa.
  • Menghargaisiswa.
  • Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
  • Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa).
  • Tersenyum pada siswa.

Langkah ketiga, pengembanganpengalamankelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator para guru atau administrator ataufasilitatordariluar.Dan kegiatan ini para siswa akan mendapatkan:
  1. He feels freer to express both positive and negative feelings in class.
  2. He works through these feelings toward a realistic solutin.
  3. He has more energy for learning because he has less fear of constant evaluation and punishment.
  4. He discovers that he is responsible for his own learning.
  5. He awe anal tear of authority diminish as he finds teachers and administratorsto be fallible human beings.
  6. He finds that the learning process enables him to deal with his lily (Rogers, 1967:725).

Langkah keempat, partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat dikoordinasi oleh masing-masing sekolah. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru. Rogers juga menyarankan, kalau mungkin ada pengalaman kegiatan kelompok yang bersifat campuran. Kegiatan merupakan kulminasi dari semua kegiatan kelompok di atas.

Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya. Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seorang Eksistensi alis Humanis, is tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data, dansebagainya. Bagi Rogers yang penting adalah aktivitas dan interaksi. Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah. Metodependidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter group dan Training Group (T Group).


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas pada Makalah Model – Model Pengembangan Kurikulum , maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara lain:

Model model pengembangan kurikulum merupakan model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.

Dimana Model Pengembangan Kurikulum menurut Robert S. Zails ada 6 macam yaitu:
  1. The Administrative Model
  2. The grass roots model
  3. Beauchamp’s system
  4. The Demonstration Model
  5. Taba’s Inverted Model
  6. Roger’s Interpersonal Relation Model


B. Kritik Dan Saran

Dengan selesainya makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi yang dapat menambah wawasan kita. Meskipun demikian penulis masih membutuhkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata, Nana Sy. 2010. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arifin, Zainal.2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Widya.

http://Modelpengembangankurikulum.com

Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Makalah Telaah Materi Kurikulum
Oleh:
Sri Wahyuni
Safarunsah Yudi Utama
Yola Satria
Siti May Mona
Syaifuddin Al Khairi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan  pendidiakan.Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak di tentukan oleh kurikulum yang di gunakan oleh bangsa itu tersebut sekarang. Nilai sosial, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat cenderung dan selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi.Kurikulum harus dapat mengatasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara – cara yang di anggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Kurikulum dapat merencanakan  hasil pendidikan atau pengajaran yang diharapkan karena dapat menunjukan apa yang harus dilakukan dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera atau setelah anak didik menyelesaikan program pendidikan. Pembaharuan kurikulum harus segera  dilakukan sebab tidak ada kurikulum yang sesuai  sepanjang masa.Kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senan tiasa cenderung berubah.

Perubahan Kurikulum dapat bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen komponen. Perubahan kurikulum menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam dalam pendidikan dan  faktor penunjang dalam pelaksanaan pendidikan sebagai konsekuensi dan perubahan kurikulum juga akan mengakibatkan perubahan dalam oprasionalisasi kurikulum tersebut baik orang yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam melaksanakan kurikulum.
Perubahan kurikulum biasanya di mulai dari perubahan konseptual dan fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagain bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja, misalnya pada tujuan saja, isi saja, atau sistem penilaian saja.Perubahan kurikulum bersifat menyuluruh bila mencakup perubahan semua komponen .

Sejak perjalanan sejarah sejak tahun tahun 1945 kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006.Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan Iptek, berbangsa dan negara, sebab kurikulum seperangkat rencana pendidikan yang  perlu di kembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional di rancang berdasarkan landasan yang sama yaitu pancasila dan UUD 45.


1.2. Rumusan Masalah

    Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana perkembangan kurikulum tahun 1947 – 1968 ?
  2.  Bagaimana perkembangan kurikulum tahun 1975 – 1994 ?
  3.   Bagaimana perkembangan kurikulum tahun 2004 ?
  4. Bagaimana perkembangan kurikulum tahun 2006 ?
  5.  Bagaimana perkembangan kurikulum tahun 2013 ?

1.3 Tujuan


Adapun tujan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum dari tahun 1947 hingga kurikukum 2013.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KURIKULUM RENCANA PELAJARAN (1947 – 1968)

Kurikulum yang digunakan di Indonesia dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia. Negara-negara penjajah yang mendiami wilayah Indonesia ikut juga mempengaruhi sistem pendidikan nasional di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda setidaknya ada tiga sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu:
  1. Sistem pendidikan Islam yang di selenggarakan  pesantren.
  2. Sistem pendidikan Belanda  yang diatur dengan prosedur yang ketat dari mulai aturan siswa, mengajar, sistem pengajaran dan kurikulum semua di atur oleh pemerintahan Belanda.
  3. Sistem pendidikan pribumi yang diselenggarakan oleh pemerintah Belanda, peserta didiknya hanya orang-orang ningrat saja.
Prosedur pendidikan Belanda diatur dengan prosedur yang ketat di mulai aturan siswa, pengajaran, sistem pengajaran. kurikulum sistem prosedural seperti ini sangat berbeda dengan  sistem pendidikan Islam yang telah di kenal sebelumya. Sistem pendidikan Belanda pun bersifat diskriminatif.  Sekolah-sekolah di bentuk dengan membedakan pendidikan antara anak belanda  anak Timur asing dan anak pribumi.

Setelah Indonesia merdeka, yakni tahun 1945, di awal-awal pemerintahannya pemerintah secara bertahap mulai mengkontruksi kurikulum sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu. Tiga tahun setelah Indonesia merdeka mulailah pemerintah membuat kurikulum yang sederhana yang dinamakan “Rencana pelajaran” pada tahun 1947.  Kurikulum ini terus berjalan dengan beberapa perubahan terkait dengan orientasinya,  arah,  dan kebijakan yang ada,  hingga bertahan sampai 1968 saat pemerintaham beralih pada masa Orde Baru. 

a. Rencana pelajaran 1947

Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rentjana Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947 baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. bentuknya memuat dua hal pokok:
1.    Daftar mata pelajaran dan jam mengajar
2.    Garis-garis besar pengajaran (GBP)


Rencana pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif namun yang diutamakan pendidikan watak atau kepribadian (value attitude)  meliputi:
1.    Kesadaran bernegara dan bermasyrakat.
2.    Materi  pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari.
3.    Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

Ciri-ciri Kurikulum 1947
  • Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
  • Bentuknya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis pengajarannya.


Kelebihan dan kekurangan kurikulum tahun 1947

Kelebihan :
  • Lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.

Kelemahan :
  • Kurikulum pendidikan Indonesia masih dipengaruhi system pendidikan kolonial belanda dan jepang.

Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara berbicara, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik. Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952.


b. Rencana Pelajaran Terurai 1952


Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952. Pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran pada masa Mr.  Soewandi  sebagai Menteri PP dan K (Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan) adalah dalam rangka mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Sebagai konsekuensi dari perubahan sistem itu, maka kurikulum pada semua tingkat pendidikan mengalami perubahan pula, sehingga yang semula diorientasikan kepada kepentingan kolonial maka kini diubah selaras dengan kebutuhan bangsa yang merdeka. Salah satu hasil panitia tersebut yang menyangkut kurikulum adalah bahwa setiap rencana pelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
•   Pendidikan pikiran harus dikurangi
•   Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian
•   Pendidikan watak
•   Pendidikan jasmani
•   Kewarganegaraan dan masyarakat

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya jelas. seorang guru mengajar satu mata pelajaran. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu, Daya cipta, Rasa, Karsa, Karya, Moral.
Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran No. 04 Tahun 1950 dikeluarkan, maka:
  • Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak memiliki dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin, serta mengembangkan bakat dan kesukaannya
  • Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi, serta mendidik tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus, sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat.
  • Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajaran agar dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup kemasyarakatan.

Ciri-ciri Kurikulum 1952
  • setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
  • pada pengembangan pancawardhana dan mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi :moral, kecerdasan, emosional, keterampilan dan jasmani.

Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan:
  • Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu system pendidikan nasional.


Kelemahan:
  • Masih kurangnya tenaga pengajar.
  • Tidak di dukung dengan fasilitas yang memadai.



c. Kurikulum 1964


Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional, keterampilan, dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

Kurikulum 1964 tidak bertahan lama. Situasi politik mengalami perubahan pesat dan terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama G.30.S/PKI. Pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang memberikan wewenang kepada Mayjen Soeharto untuk mengamankan ajaran Panglima Besar Revolusi. Dengan kewenangan yang dimilikinya, Mayjen Soeharto kemudian membubarkan PKI, sesuai dengan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura). Manipol-USDEK dan Nasakom tidak lagi menjadi ideologi negara. Revolusi menemukan titik akhir perjalanannya. Pada tahun 1966, MPRS menetapkan kebijakan pendidikan untuk menghilangkan pengaruh Manipol dan melarang ajaran komunis. TAP MPRS XXVI tahun 1966 menentukan bahwa pendidikan haruslah diarahkan pada
  • mempertinggi mental-moral-budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama,
  • mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan, dan
  • Membina atau memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Oleh karena itu maka kurikulum baru diperlukan untuk membersihkan pikiran dan hati generasi muda dari ideologi tersebut. Meski pun demikian, pendidikan ideologi terus berlanjut. Kurikulum baru segera dikembangkan untuk menggantikan kurikulum 1964, dibersihkan dari Manipol-USDEK dan Nasakom.


d. Kurikulum 1968


Lahirnya Orde Baru memberikan warna tersendiri dalam sistem pendidikan Indonesia. Sesuai dengan  ketetapan TAP MPRS No. XXVII/MPRS/1966  tentang Agama,  Pendidikan,  dan Kebudayaan, maka dirumuskan mengenai tujuan pendidikan sebagai bentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945. Isi dari kurikulum 1968 ialah mempertinggi mental. Moral, budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina atau mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 istilah yang digunakan adalah Rencana Pendidikan –bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya Sembilan.

Karakteristik kurikulum 1968
  • Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
  • Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.

Ciri-ciri kurikulum 1968
  • Mata pelajaran yang dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain, walaupun batas demokrasi antar mata pelajaran masih terlihat jelas.
  • Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II, dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yaitu sastra social budaya dan ilmu pengetahuan alam.
  • Menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran. Kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.

Kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan:
  • Bertujuan pada pembentukan manusia pancasila sejati.
  • Struktur pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

Kelemahan:
  • Muatan materi masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.


2.2 KURIKULUM BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-1994)

Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pngetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.

Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta didik.

a) Kurikulum 1975
Latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran di sekolah menurut Menteri Pendidikan Republik Indonesia Sjarif Thajeb, adalah:
  1. Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
  2. Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan.”
  3. Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional.
  4. Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
  5. Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang kini sedang berlaku.
  6. Diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut.
  1. Berorientasi pada tujuan. Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan hirarki tujuan pendidikan.
  2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.
  3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
  4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).
  5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.

Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur :

1)    Tujuan institusional.
Berlaku mulai SD, SMP maupun SMA. Tujuan Institusional adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya.

2)    Struktur Program Kurikulum.
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah.

3)    Garis-Garis Besar Program Pengajaran
Garis-Garis Besar Program Pengajaran, memuat hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran, yaitu.
  • Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.
  • Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun.
  • Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan bahan pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
  • Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu ke tahun pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke semester berikutnya.

4)    Sistem Penyajian dengan Pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)

Sistem PPSI berpandangan bahwa proses belajar-mengajar sebagai suatu system yang senantiasa diarahkan pada pencapaian tujuan. PPSI sendiri merupakan sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007). Oemar Hamalik mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan berguna untuk menyusun satuan pelajaran. Komponen PPSI meliputi:
  1. Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan memberikan petunjuk bagi guru dalam merumuskan tujuan-tujuan khusus.
  2. Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Tes yang digunakan dalam PPSI disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk mengukur efektifitas program/ pelaksanaan pengajaran.
  3. Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses kegiatan belajar siswa merupakan petunjuk bagi guru untuk menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus instruksional yang harus dicapai oleh para siswa
  4. Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan guru merupakan petunjuk-petunjuk bagi guru untuk merencanakan program kegiatan bimbingan sehingga para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK.
  5. Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program merupakan petunjuk-petunjuk dari program yang telah disusun.
  6. Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi yang merupakan pengembangan program setelah selesai dilaksanakan.

5)    Sistem Penilaian

Penilaian menggunakan PPSI diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu., inilah yang membedakan kurikulum 1975 dengan kurikulum sebelumnya yaitu memberikan penilaian pada akhir semester akhir tahun saja


6)    Sistem Bimbingan dan Penyuluhan

Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak sama. Sehingga mereka memerlukan pengarahan yang akan mengembangkan mereka menjadi manusia yang mampu meraih masa depan yang lebih baik.


7)    Supervisi dan Administrasi

Sebagai suatu lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan yang terarah, baik yang digunakan oleh para guru, administrator sekolah, maupun para pengamat sekolah menggunakan teknik supervisi dan administrasi sekolah yang dapat dipelajari pada Pedoman pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan administrasi.
Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 adalah
  1. Pendidikan agama
  2. Pendidikan Moral Pancasila
  3. Bahasa Indonesia
  4. IPS
  5. Matematika
  6. IPA
  7. Olah raga dan kesehatan
  8. Kesenian
  9. Keterampilan khusus

Kelebihan Kurikulum 1975
  • Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu
  • Menganut sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa

Kelemahan Kurikulum 1975

Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran


b) Kurikulum 1984

Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratkan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena sudah dianggap tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi . Secara umum dasar perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut.
  1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
  2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan anak didik.
  3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
  4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
  5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.
  6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.

Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif.
  2. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
  3. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
  4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
  5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.
  6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.

Kebijakan dalam penyusunan Kurikulum 1984 adalah sebagai berikut.
  1. Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984 memiliki enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah: Agama, Pendidikan Moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa , Bahasa dan sastra Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, biolagi, Matematika, Bahas Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan olah raga, Sejarah dunia dan Nasional.
  2. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.
  3. Perubahan program jurusan. Kalau semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A dan B. Program A terdiri dari :
  • A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
  • A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
  •  A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
  • A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.

Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan yang akan dapat menrjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat, Tetapi mengingat program B memerlukan sarana sekolah yang cukup , maka program ini untuk sementara ditiadakan


4  Pentahapan waktu pelaksanaan

Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas 1 SMA berturut – turut sampai berikutnya di kelas yang lebih rendah


Kelebihan kurikulum 1984
  • Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektip, maupun psikomotor.

Kekurangan Kurikulum 1984
  • Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
  • Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.


c) Kurikulum 1994


Adapun yang menjadi latar belakang di berlakukan kurikulum 1994 adalah sebagai berikut:
  1. Bahwa sesuai dengan undang – undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang di atur oleh undang-undang
  2. Untuk mewujudkan pembangunan Nasional di bidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan Nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian , perkembangan masyrakat serta kebutuhasn pembangunan .
  3. Dengan berlakunya undang-undang Republik Indonesia  Nomor 2 tahun 1989 tentanmg sistem pendidikan Nasional maka kurikulum sekolah menengah umum perlu disesuaikan denga peraturan perundang – undang tersebut.

Pada kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1984 proses  pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada tiori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan  muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena  disesuaikan dengan suasana pendidikan di  LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu dibentuk tim basic science  yang salah satu tugasnya ikut mengambangkan kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak kepada siswa , sehingga siswa selesai mengikuti pelajara pada priode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurna kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan undang –undang  no 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem catur wulan, dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.


POKOK KURIKULUM 1994

Terdapat ciri-ciri yang dominan  dari pemberlakuan kurikulum 1994 di antaranya:
  1. Pembagian  tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan
  2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi pada materi (isi)
  3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat  kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat itu sendiri.
  4. Dalam melaksanakan kegiatan , guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen. Divergen  (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
  5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berfikir siswa,  sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep  dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan sola dan pemecahan masalah.
  6. Pengajaran dari hal yang kongkrit ke hal yang abestrak, dari hal yang mudah ke yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
  7. Pengulangan – pengulangan materi yang di anggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan , terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented) di antaranya sebagai adalah:
  1. Bahan belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
  2. Materi pelajaran dianggap terlalu sulit karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berfikir siswa dan kurang bermakna karena kurang terkait denga aplikasi kehidupan sehari-hari.
  3. Permasalahan  yang dihadapi ketika berlangsung pe;aksanaan kurikulum 1994. Hal ini mendorong pera pembuat kebijakan untuk penyempurnaan kurikulum tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan tersebut dilkakukannya suplemen kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum  yaitu (a) penyempurnaan kurikulum secara berterus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum denga perkembangan ilmun pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan perkembangan ilmun pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuah masyarakat, (b) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin di capai dengan beban belajar, potensi siswa dan keadaan lingkungan serta sarana pendukung.
  4. Penyempurna kurikulum dikukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa
  5. Penyempurnaan kurikulum memprtimbangkan berbagai aspek terkait seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi dan sarana dan prasarana termasuk buku pelajaran.
  6. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikan dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan saran prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah. penyempurnaan 1994 di pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan jangka panjang.

Kelebihan Kurikulum 1994
  • Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
  • Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
Kekurangan Kurikulum 1994
  • Aspek yang di kedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat.
  • Konsep pengajaran satu arah, dari guru ke murid.
  • Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
  • Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
  • Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.

PERSAMAAN KURIKULUM 1968, 1975, 1984, dan 199
  1. Dirancang berdasarkan  landasan  yang  sama,  yaitu  Pancasila  dan  UUD  1945.
  2. Tujuan dan isi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan pada setiap tahunnya.
  3. Peningkatan mutu pendidikan mencakup pengembangan dimensi manusia seutuhnya yakni aspek-aspek moral, ahlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, ketrampilan, dan seni yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik.

PERBEDAAN KURIKULUM 1968, 1975, 1984, DAN 1994

a. Kurikulum 1968

“Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar 1945”.


b. Kurikulum 1975

“Membentuk manusia pembangunan yang berpancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang bermaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945”.

c. Kurikulum 1984

“Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah airagar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

d. Kurikulum 1994

“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.

   


2.3 KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI  (2004)


Pengertian Kurikulum 2004 (KBK)

Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar,dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah (Depdiknas 2002).

KBK menuntut keragaman penggunaan berbagai sumber informasi, yang tidak hanya mengandalkan dari mulut guru, akan tetapi dari sumber lainnya termasuk dari media elektronik semacam komputer dan internet, video, dan lain sebagainya. Dengan demikian kemajuan bidang teknologi khususnya teknologi informasi, memungkinkan siswa bisa belajar dari berbagai sumber belajar sesuai dengan minat, kemampuan, dan kecepatan masing-masing.

Kurikulum ini menitik beratkan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap serangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggungjawab.

Latar belakang Perubahan Kurikulum

KBK tidak ditetapkan dalam UU atau Peraturan Pemerintah. Alasan diubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK karena mutu pendidikan di Indonesia yang kurang baik dan banyak siswa yang tidak menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, selain itu mereka dituntut untuk menghapal materi tanpa memahaminya sehingga apa yang telah di ujikan maka materi itu akan dengan mudah lupa.

Oleh karena itu dengan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK diharapkan dapat menekankan kurikulum pada kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai siswa dalam menyelesaikan pembelajaran. Menurut Paul (2007:43) kompetensi merupakan  “kemampuan yang dapat berupa keterampilan, nilai hidup siswa yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak”.
Dalam kurikulum KBK ini sekolah diberi keleluasaan dalam menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.

Ciri-ciri Kurikulum KBK
  1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupaun klasikal. Artinya isi KBK pada intinya adalah menekankan pada pencapaian sejumlah kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Kompetensi inilah yang selanjutnya dinamakan standar minimal atau kemampuan dasar.
  2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan sudah tercapai atau belum.
  3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. Dalam KBK proses menerima informasi dari guru harus ditinggalkan. Belajar adalah proses mencari dan menemukan. Jadi menuntut keaktifan siswa, oleh sebab itu proses pembelajaran harus bervariasi.
  4. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi bagaimana cara mereka menguasai pelajaran tersebut. Jadi hasil dan proses adalah dua sisi yang sama penting.


Kelebihan Kurikulum KBK
  1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi siswa pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri
  2. Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Siswa dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, siswa dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir. Pengalaman-pengalaman itu dapat diperoleh melalui kegiatan mengindra, mengingat, berpikir, merasa, berimajinasi, menyimpulkan, dan menguraikan sesuatu. Kegiatan tersebut dijabarkan melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
  3. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik.
  4. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten.


Kelemahan Kurikulum KBK
  1. Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented
  2. Kualitas guru, hal ini didasarkan pada statistik, 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43% SMA, 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya. Kualitas SDM kita adalah urutan 109 dari 179 negara berdasarkan Human Development Index.
  3. Sarana dan pra sarana pendukung pembelajaran yang belum merata di setiap sekolah, sehingga KBK tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif.
  4. Kebijakan pemerintah yang setengah hati, karena KBK dilaksanakan dengan uji coba di beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2001/2002 tetapi tidak ada payung hukum tentang pelaksanaan tersebut.
  5. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara berkelanjutan.

Komponen Utama Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen dasar yaitu: Kurikulum dan Hasil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah.

1.    Kurikulum Hasil Belajar (KHB).

KHB berisi tentang perencaan pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indicator. KHB memberikan suatu rentang kompetensi dan hasil belajar siswa yang bermanfaat bagi guru untuk menentukan apa yang harus dipelajari oleh siswa, bagaimana seharusnya mereka dievaluasi, dan bagaimana pembelajaran disusun.


2.    Penilaian Berbasis Kelas (PBK).

Memuat prinsip, sasaran, dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) dengan mengumpulkan kerja siswa (fortofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis. Penilaian ini mengidentifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, dan memuat pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.


3.    Kegiatan Belajar Mengajar

KBM diarahkan pada kegiatan aktif siswa dala membangun makna atau pemahaman, guru tidak bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai motivator yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar secara penuh dan optimal.


4.    Pengelolaan Kurikulum Berbasis sekolah.

Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum, pengembangan perangkat kurikulum (antara lain silabus), pembinaan profesional tenaga kependidikan, dan pengembangan sistem informasi kurikulum.


Perbandingan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum 1994

PERSAMAAN
  1. Pendidikan dasar 9 tahun
  2. Penekanan pada kemampuan Membaca, Menulis, dan Berhitung
  3. Konsep-konsep dan materi pokok (esensial) pada setiap mata pelajaran untuk mencapai kompetensi
  4. Adanya muatan lokal
  5. Alokasi waktu setiap jam pelajaran tetap 45 menit untuk SMP/MTs dan SMA/MA

PERBEDAAN
  1. Pemberdayaan sekolah dan daerah --> Sentralistik
  2. Memuat Standar Kompetensi ---> Tidak memuat standar kompetensi
  3. Kegiatan pembiasaan perilaku terintegrasi dan terprogram ---> Tidak ada kegiatan pembiasaan perilaku terintegrasi dan terprogram
  4. Pengenalan mata pelajaran TIK ---> belum ada mata pelajaran TIK
  5. Penilaian Berbasis Kelas (PBK) --> Meskipun sudah disarankan untuk melakukan PBK, kenyataannya masih didominasi penilaian pilihan ganda
  6. Pendekatan tematik di kelas I dan II SD/MI untuk memperhatikan kelompok usia --> Pendekatan tematik di kelas I dan II SD/MI hanya disarankan
  7. Kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan kajian dari kelas I sampai kelas XI --> Tidak ada kesinambungan pemeringkatan kompetensi bahan kajian dari kelas I sampai kelas XII
  8. Silabus disusun oleh daerah dan atau sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya --> Memberikan peluang pada guru/sekolah/daerah untuk mengembangkan potensinya


2.4 KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (2006)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikukulum terbaru di indonesia yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan.
KTSP merupakan kurikulum yang disempurnakan dari kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini disusun oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. Prinsipnya hampir sama dengan KBK. KTSP diberlakukan mulai tahun 2006/2007. Dalam kurikulum ini pemerinyah hanya sebagai pengembang kompetensi standar isi dan kelulusan. Selanjutnya sekolah bebas menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan sekolah dan siswa didik.

KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam UU RI no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam KTSP pendekatan belajar berbasis materi, jam belajar dan struktur program.

Perubahan kurikulum harus beranjak pada kompetensi yang berdasar pada kebutuhan di masyarakat. Harapannya dengan kurikulum KTSP lebih mudah diterapkan guru karenha guru diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi siswa. Keberhasilan pendidikan bergantung pada sekolah dan guru yang menerapkan kurikulum tersebut. Harapannya dapat meningkatkan kualitas SDM.
KTSP lahir dari semangat otonomi daerah, di mana urusan pendidikan tidak semuanya tanggung jawab pusat, akan tetapi menjadi tanggung jawab daerah. Oleh sebab itu, dari pola atau model pengembangannya KTSP merupakan salah satu model kurikulum yang bersifat desentralistik.

A Konsep Dasar KTSP

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan KTSP adalah sebagai berikut :
  1. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
  2. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar lulusan, di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
  3. KTSP untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
KTSP meruapakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Pemberdayaan sekolah dan satuan pendidikan dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukkan sikap tanggap pemerintah terhadap masyarakat juga merupakan sarana peningkatan kualitas, efisiensi dan pemerataan pendidikan.

Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat. Komisi pendidikan pada DPRD, pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan orang tua peserta didikk, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebuijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku. Selanjutnya komite sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.

B. Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pembrian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk :
  1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan seuber daya yang tersedia.
  2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
  3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

C. Landasan Pengembangan KTSP

KTSP dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut :
  1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dikemukkan bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetisi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
  2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dikemukakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
  3. Permendikas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
  4. Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan dasar pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
  5. Permendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan permendiknas no. 22 dan 23, dikemukakan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan.
D. Karakteristik KTSP

Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga kependidikan serta sistem penilaian.

1.    Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan

Sekolah dan satuan pendidikan juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan  peserta didik serta tuntutan masyarakat.


2.    Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi

Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.


3.    Kepemimpinan yang demokratis dan profesional

Kepala sekolah dan guru-guru yang direkrut sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional.


4.    Tim-kerja yang kompak dan transparan

Dalam pelaksanaan pembelajaran, pihak-pihak terkait bekerjasama secara profesional untuk mencapai tujuan-tujan yang disepakati bersama.



E. Pembelajaran dan Penilaian Berbasis KTSP

1. Prinsip Pelaksanaan KTSP
  • Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
  • Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar, yaitu : a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yng Maha Esa, b) belajar untuk memahami dan menghayati, c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang efekti, aktif, kreatif dan menyenangkan.
  • Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembngan dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral.
  • Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan mengahrgai, akrab, terbuka, dan hangat dengan prinsip di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa dan di depan memberikan contoh dan teladan.
  • Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai dan memanfaatkan lingkungan sekita dengan sumber belajar.
  • Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
  • Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggrakan dalam keseimbangan, keterkaitan dalam kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

2. Pengembangan Program KTSP

a. Program Tahunan

Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran karena merupakan program bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni program semester, program mingguan dan program harian.
Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain :
  1. Daftar kompetensi standar yang dikembangkan dalam silabus setiap mata pelajaran.
  2. Ruang lingkup dan urutan kompetensi disusun dalam topik atau tema dan sub topik atau sub tema yang mengandung ide-ide pokok sesuian dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran.
  3. Kalender pendidikan. Dapat dilihat berapa jam waktu yang efektif digunakan untuk kegiatan pembelajaran, termasuk waktu libur dan lain-lain.
b. Program Semester

Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan. Pada umumnya progam semester ini berisikan tentang pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan  dan keterangan-keteranagan.


c. Program Mingguan dan Harian

Program ini merupakan penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang bagi peserta didik, juga dapat mengidentifikasi kemajuan belajar setiap peserta didik yang medapat kesulitan dalam pembelajaran.


d. Program Pengayaan dan Remedial

Peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan dan menguasai pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas  dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas.Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus terhdap peserta didik yang mendapati kesulitan belajar melalui kegiatan remedial.


e. Program Pengembangan Diri

Sekolah berkewajiban memberikan program pengembangan diri melalui bimbingan dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar dan karier.


3. Pelaksanaan Pembelajaran KTSP

a. Pre Tes (tes awal)

Pada umumnya pelaksanaan proses pembealajaran dimulai dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fungsi pre tes antara lain :
1)    Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar.
2)    Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik.
3)    Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik.
4)    Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai.


b. Pembentukan kompetensi

Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi dibentuk peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujan pembelajaran direalisasikan.

Kualitas pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, dapat dikatakan berhasil apabila 75% dari peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembentukan kompetensi. Sedangkan dari segi hasil, dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik sebesar 75% sesuai dengan kompetensi dasar.


c. Post Tes

Pada umumnya pembelajaran diakhiri dengan post tes. Fungsi post tes anatara lain :
  1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok.
  2. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai peserta didik serta kompetensi dan tujuan-tujan yang belum dikuasainya.
  3. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu melakukan pengayaan serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
  4. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilaksanakan baik terhadap perencanaan , pelaksanaan maupun evaluasi.

4. Penilaian Hasil Belajar KTSP

a.    Penilaian Kelas

Penilaian kelas dapat dilakukan dengan ulangan harian yang dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu, ulangan umum dilaksanakan pada setiap akhir semester dan ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan.


b.     Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (remedial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap akhir kelas III.


c.    Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan di dalam STTB tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jrnjang sekolah.


d.    Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan.


e.    Penilaian Program

Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta kesesuainnya dengan tunututan perkembanagan masyarakat dan kemajuan zaman.


5.    Tindak Lanjut KTSP

Dalam KTSP terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.


a.    Peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik.

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.


b.    Peningkatan motivasi belajar

Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran. Dalam kaitan ini, guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan belajar.



F.    Kelebihan dan Kelemahan KTSP

Kelebihan KTSP :
  • Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
  • Mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
  • KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.
  • KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dang memberatkan kurang lebih 20%.
  • KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.
Kelemahan KTSP
  • Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
  • Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
  • Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
  • Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang pendapatan guru.
G. Persamaan dan Perbedaan antara KBK dengan KTSP


Persamaan KBK dan KTSP
  • Memiliki tujuan yang sama terhadap kemajuan dunia pendidikan yaitu untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsa, berbudi pekerti yang luhur serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
  • Sama-sama bergantung pada materi yang mengacu kepada silabus.

Perbedaan KBK dan KTSP
  • Dalam KBK guru lebih aktif menjelaskan, sedangkan KTSP guru cenderung menunggu pendapat siswa.
  • KBK lebih mengutamakan diskusi kelompok, sedangkan KTSP  kelompok kerja.
  • Jumlah pelajaran KBK lebih banyak dari KTSP.
  • KBK alokasi waktu pada setiap pertemuan lebih banyak, sedangkan KTSP alokasi waktu pada pertemuan lebih sedikit.



2.5 KURIKULUM 2013


Pengertian Kurikulum secara umum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. (BSNP,2006: 1)

Sedangkan kurikulum terbaru saat ini yang digunakan di Indonesia yaitu Kurikulum Tahun 2013, di mana kurikulum ini lebih mirip dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ini ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Walaupun hampir mirip dengan model Kurikulum Berbasis Kompetensi, akan tetapi masih ada juga perbedaan-perbedaannya. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang mereka miliki. Di dalam kurikulum ini memandang bahwa setiap peserta didik itu memiliki potensinya masing-masing yang perlu digali dan dikembangkan, sehingga kelak potensinya tersebut dapat bermanfaat di dalam kehidupan si peserta didik nantinya dalam bermasyarakat. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa setiap peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa guru hanya sebagai fasilitator saja. Peran peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran itu lebih diutamakan, sehingga potensi-potensi yang ada di dalam diri peserta didik menjadi lebih tersalurkan dan dapat berkembang. Penyelenggaraan pendidikan seperti yang disampaikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan.


Latar belakang perubahan kurikukulum

Dalam system suatu pendidikan perlunya sebuah kurikulum yang menjadi mesin untuk pencapaian tujuan pendidikan yang sesuai dengan harapan suatu bangsa. Kurikulum besifat dinamis, yang dimana sewaktu-waktu bisa berubah sesuai situasi dan kondisi tuntutan zaman. Meskipun demikian perubahan sebuah kurikulum dilakukan secara sistematis dan terarah agar tidak melenceng dari jalur yang diharapkan. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa kemana pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut.

Sejak wacana perubahan dan pengembangan kurikulum digulirkan, telah muncul berbagai tanggapan pro dan kontra mengenai perubahan dan pengembangan kurikulum 2013. Sehubungan dengan itu untuk menanggapi tanggapan miring tersebut, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh dalam berbagai kesempatan menegaskan perlunya perubahan dan pengembangan kurikulum 2013. Mendikbut mengungkapkan bahwa pengembangan dan perubahan  kurikulum merupakan persoalan yang sangat penting, karena kurikulum harus bisa disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perubahan dan pengembangan kurikulum ini didasarkan oleh beberapa hasil studi kasus tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah Internasional. Hasi survey “ Trend in International Math and science” Tahun 2007, yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukkan hanya 5% dari peserta didik di Indonesia yang mampu menyelesaikan soal penalaran tingkat tinggi, padahal peserta didik korea dapat mencapai 71% , sebaliknya 78% pesrta didik Indonesia dapat mengerjakan soal hafalan berkategori rendah, sedangkan peserta didik Korea hanya 10%, dari 65% Negara peserta PISA. Jadi bisa disimpulkan bahwa kemampuan peserta didik Indonesia hanya sampai pada level 3 saja, sedangkan banyak peserta didik Negara lain bisa mencapai level 4,5 bahkan level 6. Dalam rangka inilah diperlukan adanya perubahan dan pengembangan kurikulum, yang dimulai dengan penetapan standar kopetnsi kelulusan, standar isi, standar proses d an standar penilaian.

Menurut E. Mulyasa perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yag ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut:
  1. Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat, yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak
  2. Kurikulum belum mengembangkan kopetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.
  3. Kopetensi yang dikembangkan lebih didominasi oleh aspek pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik(pengetahuan, keterampilan dan sikap).
  4. Berbagai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti pendidikan berkarakter, peduli lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruksifistik, keseimbangan soft skill and hard skill, jiwa kewirahusaan, belum terakomodasi di dalam kurikulum.
  5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan social yang terjadi pada tingkat local, nasional, maupun global.
  6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang etrperinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beranekaragam yang berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
  7. Penilaian belum menggunakan standar penilaian yang berbasis kompetensi, serta belum tegas memberikan layanan remediasi dn pengayaan secara berkala.
Disamping beberapa kelemahan sebagaimana yang telah dikemukan di atas, perubahan dan pengembangan kurikulum diperlukan karena adanya beberapa kesenjangan kurikulum yang sedang berlaku dahulunya( KTSP).


Landasan perubahan dan pengembangan kurikulum 2013

Pengembangan dan pengembangan kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yudiris, dan konseptual sebagai berikut.

1. Landasan filosofis
  • Filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan pendidikan
  • Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

2. Landasan yuridis
  • RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kuruikulum.
  • PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
  • IMPRES No.1 Tahun 2010, tentang Percepatan pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional , penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdsarkan nilai-nilai budaya bangasa untuk membentuk daya saing dan karakter bengsa.

3. Landasan konseptual
  • Relevansi pendidikan
  • Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
  • Pembelajaran konstektual
  • Pembelajaran aktif
  • Penilaian yang valid, untuh, dan menyeluruh

Keunggulan kurikulum 2013

Kurikulum sebagai bidang kajian yangyang sangat sulit dipahami, tetapi sangat terbuka untuk didiskusikan. Berbagai cara para ahli menemukan, bereksperimen dan meneliti bagaimana menemukan kurikulum yang sesuai dengan karakter bangsa, nilai luhur dan tuntutan zaman. Sampai kepada kurikulum yang kita kenal dengan kurikulum 2013,. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum 2006, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dunia kerja. Kurikulum 2013 merupakan slah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara. dengan demikian, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi belakangan ini, dan menjawab tuntutan zaman yang telah memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai tantangan.

Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat mengahasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Menurut E. Mulyasa, kurikulum berbasis karakter dan kompetensi ini, secara konseptual memiliki beberapa keunggulan yaitu:
  • Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensi masing-masing. Dalam hal ini pesrta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlansung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan. Dengan kata lain siswa dituntut untuk bisa berbuat dengan kemampuannya sendiri sesuai dengan potensi yang telah dimilikinya.
  • Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembanganaspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.
  • Dalam bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

Kelemahan kurikulum 2013

Walaupun kurikulum belum sepenuhnya terlaksana tetapi mempunyai beberapa kelemahan yaitu sebagai berikut.
  1. Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
  2. Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.
  3. Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda

Persamaan kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya
  • Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 sama-sama menampilkan teks sebagai butir-butir KD.
  • Untuk struktur kurikulumnya baik pada KTSP atau pada 2013 sama-sama dibuat atau dirancang oleh pemerintah tepatnya oleh Depdiknas.
  • Beberapa mata pelajaran masih ada yang sama seperti KTSP.
  • Terdapat kesamaan esensi kurikulum, misalnya pada pendekatan ilmiah yang pada hakekatnya berpusat pada siswa. Dimana siswa yang mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan.

Jadi, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan untuk perbaikan sistem pendidikan. Setiap kurikulum pastilah memiliki kekurangan dan perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Perubahan kurikulum dilakukan dengan dua cara, yakni dengan mengganti beberapa komponen di dalam kurikulum ataupun mengganti secara keseluruhan komponen-komponen kurikulum. Di Indonesia, semenjak pasca kemerdekaan tercatat sembilan kali perubahan kurikulum.

Pada kurikulum periode 1947 sampai 1994 kurikulum di Indonesia bersifat sentralistik. Namun, ketika penerapan kurikulum KBK dan KTSP telah diberlakukan kurikulum secara desentralistik di mana sekolah mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum untuk diterapkan di setiap satuan pendidikan masing-masing.

3.2 Saran

Beberapa saran yang bisa kami sampaikan kepada para praktisi pendidikan ialah:

•    Guru

Guru hendaknya mempelajari serta memahami setiap kurikulum-kurikulum baru yang akan diterapkan oleh pemerintah, dan harus lebih meningkatkan kompetensi-kompetensi diri sebagai guru yang professional


•    Kepala sekolah

Kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan setiap perubahan kurikulum agar tidak terjadi salah komunikasi kepada anggota sekolahnya


•    Pemerintah

Perubahan kurikulum hendaknya ditinjau dulu baik buruknya dari semua aspek. Jika memang harus terjadi perubahan kurikulum maka segeralah mensosialisasikannya kepada semua msyarakat serta memberikan pelatihan kepada guru dan kepala sekolah agar kurikulum yang baru akan berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 1990. Pengembangan Kurikulum, Dasar-dasar dan Pengembangannya. Bandung: Mandar Maju

Sanjaya Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2010. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.

http://etykurniyati.wordpress.com/2013/07/15/analisis-sejarah-kurikulum-di-indonesia/

Mulyasa, E. 2014. pengembangan dan Implementasi kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.
 

JADWAL SHALAT

PENGUNJUNG

CONTACT US


 
Cara Seo Blogger