Makalah Telaah Kurikulum
Oleh : Hidayati, Wenti Gussari, Yohana Susanti, dan Siti Rodiyah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini Pembinaan kurikulum merupakan kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan, mempertahankan, dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada, guna memperoleh hasil yang maksimal. Pelaksanaan kurikulum sendiri diwujudkan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip dan tuntutan kurikulum yang dikembangkan sebelumnya bagi pendidikan/sekolah tertentu.
Dengan demikian, pembinaan kurikulum di sekolah dilakukan, setelah melalui tahap pengembangan kurikulum, atau setelah terbentuknya kurikulum baru. Pengembangan kurikulum sebagai tahap lanjutan dari pembinaan, yakni kegiatan yang mengacu untuk menghasilkan suatu kurikulum baru. Dalam kegiatan tersebut meliputi penyususnan-penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan. Melalui tahap-tahap tersebut akan menghasilkan kurikulum baru. Dan dengan terbentuknya kurikulum baru, maka tugas pengembangan telah selesai.
Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsure-unsur dalam kurikulum, yang didalamnya meliputi tujuan, metode, material, penilaian dan balikan (feed back). Berdasarkan uraian tersebut, makalah ini bertujuan untuk mengetahui desain apa saja yang ada dalam kurikulum
1.2 Manfaat Penulisan
Untuk dapat menambah wawasan bagi penulis dan memberikan informasi kepada pembaca tentang Anatomi dan Desain Kurikulum sehingga dapat bermanfaat bagi yang membaca untuk kedepannya.
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang Anatomi dan Desain Kurikulum
- Sebagai tugas pelengkap mata kuliah Telaah materi kurikulum
1.4 Rumusan Masalah
a. Sebutkan Komponen-komponen kurikulum!
b. Jelaskan tentang desain kurikulum
- Subject centered design
- Learner centered design
- Problem centered design
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Komponen-komponen kurikulum
a. Tujuan
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut :
- Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
- Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
- Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
- Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan negara
- Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi
- Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara
- Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional
- Ada beberapa definisi yang disampaikan oleh para tokoh sepertiRobert F. Magner (1962) mendefinisikan tujuan instruksionalsebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai kompetensi. (Fred Percival dan Henry Ellington (1984) mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses belajar.
Ada dua macam tujuan instruksional yaitu:
- Tujuan instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan prilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat dilihat dan diukur.Contoh TIU: “setelah melakukan pelajaran siswa diharapan dapat memahami penjumlahan dengan benar”. Kata kerja “memahami penjumlahan” merupakan kata kerja- yang bersifat umum karena pemahaman penjumlahan dapat ditafsirkan berbeda.
- Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan prilaku telah dapat dilihat dan diukur.Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”.
b. Bahan Ajar
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan yang dikembangkan, penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama.Pada prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :
- Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
- Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
- Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
- Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
c. Strategi Mengajar
Strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi.Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar, yaitu :
a) Reception/Exposition Learning - Discovery Learning
Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna yang sama, hanya berbeda dalam pelakunya. Reception learning dilihat dari sisi siswa sedangkan exposition dilihat dari sisi guru. Dalam discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
b) Rote Learning - Meaningful Learning
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan ajar dengan menghafalkannya. Dalam meaningful learning penyampaian bahan mengutamakan maknanya bagi siswa.
c) Group Learning - Individual Learning
Pelaksanaan discovery learning menuntut aktivitas belajar yang bersifat individual atau dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Discovery learning dalam bentuk kelas pelaksanaannya agak sukar dan mempunyai beberapa masalah, diantaranya adalah karena kemampuan dan kecepatan belajar siswa tidak sama, maka kegiatan discovery hanya akan dilakukan oleh siswa-siswa yang pandai dan cepat, siswa-siswa yang kurang dan lambat akan mengikuti saja kegiatan dan menerima temuan-temuan anak-anak cepat. Anak-anak yang kurang dan lambat akan sangat menderita motivasi belajarnya.
d. Media Pengajar
Pengelompokkan media mengajar menurut Rowntree (1974: 104-113) adalah:
- Interaksi Insani. Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih.
- Realita. Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang-orang, binatang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang diamati siswa. Dalam interaksi insani siswa berkomunikasi dengan orang-orang, sedangkan dalam realita orang-orang tersebut hanya menjadi objek pengamtan, objek studi siswa.
- Pictorial. Media ini menunjukkan penyajian berbagai bentuk variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak atau tidak, dibuat di atas kertas, film, kaset, disket dan media lainnya.
- Simbol Tertulis. Media penyajian informasi yang paling umum, tetapi tetap efektif.
- Rekaman Suara. Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam bentuk rekaman suara.
e. Evaluasi Pengajaran
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditujukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
1. Evaluasi Hasil Belajar-Mengajar.
Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan – tujuan khusus yang telah ditentukan, diadakan suatu evaluasi. Evaluasi ini disebut juga evaluasi hasil belajar mengajar. Dalam evaluasi ini disusun butir – butir soal untuk mengukur pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan. Menurut lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif ditunjukkan untuk menilai penguasaan siawa terhadap tujuan – tujuan belajar dalam jangka waktu yang relatif pendek. Haasil evaluasi formatif ini terutama digunakan untuk memperbaiki proses belajar – mengajar dan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa.
Evaluasi sumatif ditunjukkan untuk menilai penguasaan siswa terhadap tujuan –tujuan yang lebih luas, sebagai hasil usaha belajar dalam jangka waktu yang cukup lama. Evaluasi sumatif mempunyai fungsi yang lebih luas daripada evaluasi formatif.
2. Evaluasi Pelaksanaan Mengajar.
Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran, yang meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan pengajaran, strategi dan media pengajaran, serta komponen evaluasi mengajar itu sendiri.
Untuk mengevaluasi komponen-komponen dan proses pelaksanaan mengajar bukan hanya digunakan tes tetapi juga digunakan bentuk-bentuk non tes seperti observasi, studi dokumenter, analisis hasil, angket. Evaluasi dapat dilakukan oleh guru sendiri ataupun pihak-pihak lain yang berwenang seperti kepala sekolah dan pengawas.
f. Penyempurnaan Pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Sesuai dengan komponen-komponen yang dievaluasi, pada dasarnya semua komponen mengajar mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen mendapatkan prioritas lebih dulu atau mendapatkan penyempurnaan lebih banyak, dilihat dari peranannya dan tingkat kelemahannya ( Rowntree, 1974 Rowntree, 1974: 150-151).
Penyempurnaan juga mungkin dilakukan secara langsung begitu didapatkan sesuatu informasi umpan balik, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu bergantung pada urgensinya dan kemungkinannya mengadakan penyempurnaan. Penyempurnaan mungkin dilaksanakan sendiri oleh guru, tetapi dalam hal-hal tertentu mungkin dibutuhkan bantuan atau saran-saran orang lain baik sesame personalia sekolah atau ahli pendidikan dari luar sekolah. Penyempurnaan juga mungkin bersifat menyeluruh atau hanya menyangkut bagian-bagian tertenu. Semua hal tersebut bergantung pada kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi.
2.2 Pengertian Desain Kurikulum
Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata. Dalam kaitannya hal ini di artikan sebagai proses daripada pelaksanaan atau penerapan model kurkulum dalam dunia pendidikan
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli, diantaranya adalah :
- Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan. Fred Percival dan Henry Ellington (1984)
- Menurut Nana S. Sukmadinata (2007:113) desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum.
- Dari uraian diatas dapat DIsimpulan bahwa Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan.
2.3 Bentuk-Bentuk Desain Kurikulum
1. Subject Centered Design
Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada is atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-matapelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka kurikulum ini disebut juga separated subject curiculum. Subject centered design curiculum memiliki berbagai kelebihan maupun kekurangan diantaranya yaitu :
Kelebihan Subject Centered Curriculum (berpusat pada bahan ajar) diantaranya :
- Mudah disusun, dilaksanakan , di evaluasi dan disempurnakan
- Para pengajarnya tidak perlu persiapan khusus, , asal menguasai ilmu atau bahan yang diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.
- Kekurangan Subject Centered Curriculum (berpusat pada bahan ajar) diantaranya:
- Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentagan dengan kenyataan, sebab dalam kenyataan pengetahuan merupakan satu kesatuan
- Karena mengutamakan bahan ajar maka peran serta didik sangat pasif.
- Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis/verbalism dan kurang praktis.
1. The subject design
2. The disciplines design
3. The broad fields desaign
a. Subject design
Pada subject design, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya: mata pelajaran sejarah,ilmu bumi, kimia, fisika, berhitung dan lain sebagainya. Mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan kurikulum di dalam kelas atau pada kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada mata pelajaran yang diberikannya.
Desain ini berdasarkan pada keyakinan bahwa yang membuat manusia memiliki ciri khas dari makhluk lain adalah kecerdasan mereka. Dengan kata lain, dalam merencanakan suatu kurikulum akan lebih baik jika dipusatkan pada mata pelajaran yakni pengetahuan-pengetahuan sehingga manusia akan bertambah cerdas.
b. Disciplines design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih menekankan kepada isi atau materi kurikulum. Perbedaannya, pada subject design belum ada kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Sementara pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu. Perbedaan lain terletak pada tingkat penguasaan, discipline design tidak seperti subject design yang menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi tetapi pada pemahaman (understanding).
Bentuk ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan subject design, diantaranya: pertama, kurikulum ini memiliki organisasi yang sistemik dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas intelektual manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai serentetan fakta tetapi dapat menguasai konsep, hubungan, dan proses-proses intelektual yang berkembang pada siswa.
c. Broad-field design
Broad-filed design merupakan pengembangan dari subject design dan disciplines design. Dari dua desain tersebut masih menunjukkan adanya pemisahan antar-mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah dengan mengembangkan the broad field design yakni desain yang menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah, geografi, dan ekonomi digabung dalam pengetahuan sosial, dan sebagainya.
Broad field sudah merupakan perpaduan atau fusi dari sejumlah mata pelajaran yang berhubungan. Ciri umum dari broad-fields ini adalah kurikulum terdiri dari suatu bidang pengajaran dimana di dalamnya berpadu sejumlah mata pelajaran yang saling berhubungan.
Tujuan dari desain ini adalah menyiapkan para siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh.
2. Learner Centered Design
Pada awalnya, namanya adalah subject centered designkemudian berkembang menjadi learner centered design.Learner centered berarti memberikan tempat utama kepada peserta didik.
Didalam pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik itu sendiri dimana, guru dan peserta didik hanya berperan menciptakan situasi belajar-mengajar,mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Learner centered design ini bersumber dari konsep rousseau tentang pendidikan alam,menekankan perkembangan peserta didik sedangkan pengorganisasi kurikulumnya didasarkan atas minat,kebutuhan dan tujuan peserta didik.
Ada dua ciri utama yang membedakan design model learner centered design dengan subject centered design yaitu antara lain:
- Mengembangkan kurikulum yang bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi.
- Bersifat not-preplainned(kurikulum tidak diorganisasian sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah dan topik-topik yang menarik untuk diperhatikan dan dibutuhkan peserta didik dan sekuensnya disesuaikan dengan tingkat perkembangan mereka.
a.. The activity atau experience design
model design ini berawal pada abad ke 18 kemudian berkembang pesat pada tahun 1920-1930 pada masa kejayaan pendidikan progresif.
Beberapa ciri utama activity atau experience design antara lain:
- struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik dalam mengimplentasikan ciri ini guru hendaknya
- menemukan minat dan kebutuhan pesrta didik
- membatu para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen
- karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik,maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya,tetapi disusun bersama oleh guru dengan para siswa.
- Design kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah.dalam menghadapi dan mengatasi masalah tersebut peserta didik melakukan proses belajar yang nyata dan relavan dengan kehidupannya.
Ada beberapa kelebihan kurikulum ini antara lain:
- Kegiatan pendidikan berdasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik maka motivasi belajar instrinsik dan tidak perlu dirancang dari luar,jadi belajar benar-benar relavan dan bermakna.
- Pengajaran memperhatikan perbedaan individual, mereka ikut serta dalam belajar kelompok karena membutuhkannya.
- Kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk mengahadapi kehidupan diluar sekolah.
Ada beberapa kelemahan kurikulum ini antara lain:
- Penekana terhadap minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kehidupan dunia modren yang sangat kompleks.
- Hanya menekankan pada minat dan kebutuhan peserta didik dan dasar yang digunakan untuk menyusun struktur kurikulum.
- Kurikulumnya sangat lemah dalam kontinuitas dan sekuesn bahan karena dasar minat peserta didik tidak memberikan landasan yang kuat untuk menyusun sekuens,sebab minat mudah sekali karena pengaruh perubahan perkembagan, dan faktor-faktor lingkungan.
3. Problem Centered Design
Problem Centered Design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan manusia. Model ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan dan pengembang model ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makluk social selalu hidup bersama.
a. The areas of living desain
Model ini menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. ciri lain model ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan. Desain ini menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam bermasyarakat.
b. The core desain
Terdapat banyak vasiasi pandangan tentang the core desain. Mayoritas memadang the core kurikulum sebagai suatu model pendidikan atau program pendidikan yang memberikan pendidikan umum. The core kurikulum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Variasi the core kurikulum:
1. The Sparate Subjects Core
Merupakan salah satu usaha mengatasi keterpisahan angtar mata pelajaran,beberapa mata pelajaran yang di pandang menjadi mendasari atau menjadi inti mata pelajaran lainnya dijadikan core.
2. The Correlated Core
Merupakan salah satu model kurikulum yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang erat hubungannya.
3. The Fused Core
Merupakan salah satu model kurikulum yang pengintegrasiannya bukan hanya dua atau tiga pelajaran tetapi lebih banyak. Dimana dalam studi ini dikembangkan tema-tema masalah umum yang dapat di tinjau dari berbagai sudut pandang.
4. The Activity Core
Merupakan model kurikulum yang berkembang dari pendidikan progresif dengan leaner centerd design-nya. Dimana di pusatkan kepada minat-minat dan kebutuhan peserta didik.
5. The Areas Of Living Core
Merupakan model kurikulum yang berpangkal pada pendidikan progresif, tetapi organisasinya berstruktur dan di rancang sebelumnya. Bentuk pendidikan umum yang isinya diambil dari masalah-masalah yang muncul di masyarakat yang paling cocok untuk program pendidikan umum.
6. The Social Problems Core
Merupakan model desain ini pun merupakan produk dari pendidikan progresif . dalam beberapa hal model ini sama dengan the areas of living core. Dimana perbedaan nya terletak pada the areas of cifing core didasarkan atas kegiatan- kegiatan manusia yang universal , sedangkan the social problems core didasarkan atas kegiatan- kegiatan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makalah yang berjudul Anatomi dan Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut, strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi kelangsungan kurikulum.
Desain kurikulum merupakan rencana pembelajran yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Desain kurikulum yang dapat digunakan diantaranya adalah subject centered design, learned centered design, problem centered design. Setiap design kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setian design kurikulum dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam melakukan proses pembelajaran. Jadi setiap design kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat maupun menambah wawasan bagi yang membacanya. Terlebih lagi dapat menjadi sumbangsih bagi terciptanya suatu kurikulum pendidikan yang mana nantinya dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Makalah yang berjudul Anatomi dan Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang dapat digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut menyebutkan bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, diantaranya adalah tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut, strategi mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting sekali bagi kelangsungan kurikulum.
Desain kurikulum merupakan rencana pembelajran yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Desain kurikulum yang dapat digunakan diantaranya adalah subject centered design, learned centered design, problem centered design. Setiap design kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setian design kurikulum dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam melakukan proses pembelajaran. Jadi setiap design kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat maupun menambah wawasan bagi yang membacanya. Terlebih lagi dapat menjadi sumbangsih bagi terciptanya suatu kurikulum pendidikan yang mana nantinya dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan KurikulumTeori Dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
http://dhyrahcahayacinta.wordpress.com/2013/04/20/makalah-desain-kurikulum/
http://imanbella.wordpress.com/2012/05/29/makalah-tentang-desain-kurikulum/
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan KurikulumTeori Dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
http://dhyrahcahayacinta.wordpress.com/2013/04/20/makalah-desain-kurikulum/
http://imanbella.wordpress.com/2012/05/29/makalah-tentang-desain-kurikulum/