Minggu, 18 Mei 2014

Model dan Konsep Kurikulum


Print Friendly and PDF

Makalah Telaah Materi Kurikulum
Oleh : Siti Masrifah, Tika Susanti, Yurliza, dan Chinta Prajawalita

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kurikulum dapat dikategorikan kedalam empat kategori umu yaitu: humanistic, reskontruksi social, teknologi dan akademik. Masing-masing kategori memiliki perbedaan dalam hal apa yang harus diajarkan, oleh siapa diajarkan, kapan, dan bagaimana mengerjakannya.

Konsep kurikulum humanistic lebih mengarah pada kurikulum yang dapat memuaskan setiap individu, agar mereka dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi dan keunikan masing-masing.Adapun konsep kurikulum rekostruksi social tidak sekedar nenekankan pada pada minat individu, tetapi juga pada kebutuhan sosialnya. Konsep kurikulum teknologi member pandangan bahwa kurikulum harus dibuat sebagai suatu proses teknologi untuk dapat memenuhi keinginan pembuat kebijakan. Konsep kurikulum akademik, disisi lain dipandang sebagai wahana untuk mengendalikan mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.


B. Rumusan masalah
  1. Apa pengertian kurikulum subject akademis?
  2. Apa pengertian kurikulum humanistic?
  3. Apa pengertian kurikulum rekonstruksi social?
  4. Apa pengertian kurikulum technology?
C. Tujuan penulisan
  1. Agar mahasiswa mampu mengetahui apa itu kurikulum subject akademis.
  2. Supaya  mahasiswa mampu memahami tentang kurikulum humanistic.
  3. Agar mahasiswa mengetahui kurikulum reskontruksi social.
  4. Supaya mahasiswa mampu mengerti kurikulum technology.

BAB II
PEMBAHASAN



MODEL KONSEP KURIKULUM
Model konsep kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang diambil dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep kurikulum merupakan dasar untuk pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep kurikulum yang ada.

A. Kurikulum subjek akademis
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.  Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau yang disiapkan oleh guru. Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya sangat bersifat intelektual, nama-nama mata pelajaran yang menjadi isi kurikulum hampir sama dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman, sejarah dsb.

Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis, yaitu:

1. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan.
Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta, serta bukan sekedar mengingatnya.


2. Studi yang bersifat integrative
Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan atas fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang ada. Maka, dikembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi (integrated curriculum).

Ada beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan:
  • Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying them)
  • Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu.
  • Menyatukan berbagai cara/metode belajar.
3. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.

Mereka tetap mengajar berdasar mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah matematis. Pelajaran yang lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecahan masalah dalam kehidupan.

Ciri-ciri kurikulum subjek akademis yaitu sebagai berikut:
  1. Bertujuan untuk pemberian  ide pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
  2. Metode yang paling sering digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri.
  3. Materi/ide-ide diberikan oleh guru yang kemudian dielaborasi oleh siswa sampai terkuasai, dengan proses sebagai berikut: konsep utama disusun secara sistematis, kemudian dikaji, selanjutnya dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.

Pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis antara lain:

1. Correlated curriculum

Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara organisasi materi atau konsep yang dipelajari dari satu pelajaran dengan pelajaran yang lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensia dari setiap mata pelajaran. Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut, cakupan ruang lingkup materi semakin luas. Kurikulum ini didesain berdasarkan pada konsep pedagogis dan psikologis yang dipelopori oleh Hearbat dengan teori asosiasi yang menekankan pada dua hal, yaitu konsentrasi dan korelasi (Ahmad:1998,131). Sebagai ilustrasi sederhana, setiap orang pernah mendapatkan konsep 2 x 50, yang jika dihitung menghasilkan 100. Hal ini bisa dihubungkan dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari


2. Unified atau concentrated curriculum

Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran disusun dalam tema-tema dalam pelajaran tertentu. Salah satu aplikasi kurkulum saat ini terdapat pada pembelajaran yang sifatnya tematik. Dari satu tema yang diajukan misalnya ”lingkungan“ selanjutnya dikaji dari berbagai disiplin ilmu misalnya, sain, matematika, sosial dan bahasa.


3. Integrated curriculum

Pola organisasi kurikulum ini memperhatikan warna disiplin ilmu. Bahan ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antara pelajaran serta berbagai kegiatan siswa. Dengan keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman materi secara utuh. Oleh karena itu, inti yang diajarkan kepada siswa harus memenuhi kebutuhan hidup dilingkungan masyarakat. Ahmad (1998,39) mempunyai ciri-ciri kurikulum ini sebagai berikut:
  • Unit haruslah merupakan satu kesatuan yang bulat dari seluruh bahan pelajaran.
  • Unit didasarkan pada kebutuhan anak, baik yang pribadi maupun sosial serta yang bersifat jasmani maupun ohani.
  • Unit memuat kegitan yang berhubungan dengan kehidipan sehari-hari.
  •  Unit merupakan motifasi sehingga anak dapat berkreasi.
  • Pelaksanaan unit sering memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan percobaan atau perolehan pengalaman yan membutuhkan waktu yang lama.

4. Problem solving curriculum

Hal ini berisi tentang pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pada kurikulum model ini guru cenderung dimaknai sebagai seseorang yang harus “ digugu “ dan “ ditiru “. Menurut Idi (200:126), ada empat cara dalam menyajikan pelajaran dari kurikulum dengan model subjek akademis.
  • Materi disampaikan secara hierarkhi naik, yaitu materi disampaikan dari yang lebih mudah hingga ke materi yang lebih sulit. Sebagai contoh, dalam pengajaran pada jenjang kelas yang rendah diperlukan alat bantu mengajar yang masih kongkret. Hal ini dilakukan guna membentuk konsep riil ke konsep yang lebih abstrak pada jenjang beriikutnya.
  • Penyajian dilakukan berdasarkan prasyarat. Untuk memahami suatu konsep tertentu diperlukan pemahaman konsep lain yang telah diperoleh atau dikuasai sebelumnya.
  • Pendekatan yang dilakukan cenderung induktif, yaitu disampaikan dari hal-hal yang bersifat umum menuju kepada bagian-bagian yang lebih spesifik.
  • Urutan penyajian bersifat kronologis. Penyajian materi selalu diawali dengan menggunakan matari-materi terdahulu. Hal ini dilakukan agar sifat kronologis atau urutan materi tidak terputus.
Tujuan dan sifat mata pelajaran merupakan dua hal yang mempengaruhi model evaluasi kurikulum subjek akademis (Sukmadinata, 2005:85). Ilmu yang termasuk kategori ilmu-ilmu alam mempunyai model evaluasi yang berbeda dengan ilmu-ilmu sosial.


Pemilihan disiplin ilmu.

Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaimana memilih mata pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Ada bebrapa saran untuk mengatasi masalah tersebut yaitu:
  • Mengusahakanadanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
  • Mengutamakan kebutuhan masyarakat ( social utility).
  • Menekankan pengetahuan dasar.
Kurikulum subjek akademis bersumber pada pendidikan klasik. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya yaitu, pengetahuan, idi-ide, atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan meneruskan budaya tersebut kepada generasi berikutnya, sehingga kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Oleh karenanya kurikulum ini lebih bersifat intelektual.


 B. Kurikulum Humanistik
Pendidikan humanistik merupakan model pendidikan yang berorientasi dan memandang manusia sebagai manusia (humanisasi), yakni makhluk ciptaan tuhan dengan fitrahnya. Sesuai dengan namanya kurikulum humanistik lebih mengedepankan sifat humanisme dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai reaksi terhadap kurikulun yang terlalu mengedepankan intelektualitas. Kurikulum model humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik, diantaranya adalah Neal (1977).

Kurikulum humanistik didasarkan pada aliran pendidikan humanisme atau pribadi. Aliran pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa peserta didik adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Peserta didik adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, yang mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.

Prioritas pendekatan ini adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Pendekatan ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan unsur efeksi. Pendidikan ini diarahkan kepada pembina manusia yang utuh, bukan saja segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afeksi (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain). Hal ini mendatangakan bahwa pendekatan ini berpegang pada prinsip peserta didik merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu.

Penganut model kurikulum ini beranggapan bahwa siswa merupakan subjek utama yang mempunyai potensi, kemampuan dan kekuatan yang dikembangkan. Hal ini sejalan dengan teori Gestalt yang mengatakan bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh (Sukmadinata:2005,86).

Pendidikan yang menggunakan kurikulun ini selalu mengedepankan peran siswa di sekolah. Dengan situasi seperti ini, anak diharapkan mampu mengembangkan segala potensi yang dimilikinya pendidikan dianggap sebagai proses yang dinamis serta maerupakan upaya yang mampu mendorong siswa untuk bisa mengembangkan potensi dirinya. Karena itu, seseorang yang telah mampu mengaktualisasilan diri adalah orang yang telah mencapai keseimbangan perkembanagan diri dari aspek kognitif, estetika, dan moral.

Kurikulum humanistik merupakan kurikulun yang lebih mementingkan proses daripada hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah bagaimana memaksimalkan perkembangan anak supaya menjadi manusia yang yang mandiri. Proses belajar yang baik adalah aktivitas yang mampu memberikan pengalaman yang bisa membantu siswa untuk menembangkan potensinya. Dalam evaluasi guru lebih cenderung memberikan penilaian yang bersifat subjektif.

Sukma dinata (2005:87) mengklasifikasikan pendidikan humanistik menjadi 3 macam yaitu:
1.    Pendidikan konfluen.
2.    Pendidikan kritikisme radikal.
3.    Mistikisme modern.


Dari ketiga aliran tersebut akhirnya berkembang tiga macam jenis kurikulum sesuai dengan konsep dasar yang dianut oleh aliran tersebut.

Ahli pendidikan konfluen berupaya menyatukan segi efektif dn kognitif dalam kurikulum. Pendidikan harus mampu memperoses secara utuh kedua aspek tersebut. Dasar dari kurikulum ini adalah teori Gestalt yang menekankan keutuhan dan kesatuan secara keseluruhan. Ada lima hal yang mencirikan kurikulum konfuensi, yaitu partisipasi, integrasi, relavasi, pribadi anak dan tujuan.
Isi pendidikan dalam model konfluen ini diambil dari dunia siswa sehingga sesuai dengan kebutuhan pribadi anak. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan satu kegiatan yang bersifat pengembangan pribadi atau aktualisasi segala potensi setta pribadi secara utuh. Pengembangan pribadi yang utuh merupakan tujuan utama dari pendidikan ini.

Aliran pendidikan kritikisme radikal memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak dalam menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi dirinya. Dengan hal ini upaya peningkatan pengembangan dirinya bisa belajar secara optima. Proses pendidikan cenderung dilakukan secara demokratis dan tidak ada pemaksaan. Pemberian rangsangan atau dorongan ke arah perkembangan merupakan dua hal yang diutamakan.

Langkah-langkah penyusunan urutan kegiatan dalam pengajaran yang bersifat efektif menurut Shiflett (1975 dalam sukmadinata, 1997) adalah sebagai berikut:
  1. Menyusun kegiatan yang dapat memunculkan sikap, minat, atau perhatian tertentu.
  2. Memperkenalkan bahan-bahan yang akan dibahas dalam setiap kegiatan. Di dalamnya tercakup topik-topik, bahan, serta kegiatan belajar yang akan membantu peserta dalam merumuskan apa yang akan mereka pelajari.
C. Kurikulum Rekontruksi Sosial

1. Pengertian Kurikulum Kontruksi Sosial.

Kurikulum rekonstruksi sosial merupakan model kurikulum yang lebih memusatkan perhatian pada problem-problem yang di hadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri melainkan kegiatan bersama, kerjasama dan interaksi.

Tujuan utama kurikulum jenis ini adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan, termasuk di dalamnya ancaman dan hambatan. Tantangan dianggap sebagai bidang garapan salah satu disiplin ilmu, namun perlu juga di dekati dengan ilmu-ilmu lain.

Pandangan kontruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold rug mulai melihat dan meyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para siswa dengan pengetahuan dan konsep–konsep baru yang di prolehnya dapat mengidentifikasi dan masalah-masalah sosial.

Theodore brameld, pada awal tahun 1950-an menyampaikan gagasannya tentang rekontruksi sosial. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat harus turut serta dalam perkembangan dana pembaharuan masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu sekolah mempunyai posisi yang cukup penting. Sekolah bukan saja dapat membantu individu berpartisipasi sebaik baiknya dalam kegiatan sosial.

para rekontruksionis sosial tidak mau terlalu menekannkan kebebasan individu. Mereka ingin meyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat membuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana masyarakt memnuhi kebutuhan pribadai warganya melalui konsensus soasial.


2. Desain Kurikulum Kontruksi Sosial

Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini, yaitu :
  • Asumsi. Tujuan utama kurikulum kontruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang di hadapi manusia. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan studi sosial, yang perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosiologi, psikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam dan metetika.
  • Masalah-masalah yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak. Masalah-masalah tersebut di rumuskan dalam pertanyaan, seperti : dapatkah kehidupan seperti sekarang ini memberikan kekuatan untuk menghadapi ancaman-ancaman yang akan mengganggu integritas kemanusian? Dapatkah tata ekonomi dan politik yang ada di bangun kembali agar setiap orang dapat memanfaatkan sumber daya manusia seadil mungkin.
  • Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menegah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas.
1. Komponen-komponen Kurikulum Kontruksi Sosial

Kurikulum ini memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum lain tetapi isi da bentuk-bentuknya berbeda.

a. Tujuan dan isi kurikulum.

Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Dalam program pendidikan ekonomi-politik, umpanya untuk tahun pertama tujuannya membangun kembali dunia ekonomi-politik. Adapun kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebuat adalah sebagai berikut :
  • Mngadakan survei secara kritis terhadap masyarakat
  • Mengadakan studi tetang hubungan antara keadaan ekonomi lokal dan nasianal dan dunia
  • Mengadakan studi tentang latar belakang historis dan kecendrungan-kecendrungan perkembangan ekonomi
  • Mengkaji praktik politik dalam hubungannya dengan faktor ekonomi
  • Memantapkan rencana perubahan praktik politik.
  • Mengevaluasi semua rencana dengan kriteria, apakah telah memenuhi kepentingan sebagian besar orang.
b. Metode

Dalam pengajaran kontruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa.guru-guru berusaha membantu para siswa dalam menemukan minat dan kebutuhannya.

c. Evaluasi

Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga di libatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menysusun, dan menilai bahan yang akan di ujiakan.evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah di kuasia oleh siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.


2. Pelaksanaan Pengajaran Kurikulum Kontruksi Sosial

Pengajaran rekontruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-darah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini di arahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari hal-hal tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mgembangkan potensi tersebut.

Salah satu badan yang banyak mengembangkan baik teori maupun praktik pengajaran kontruksi sosial adalah paulo freize. Mereka banyak membantu mengembangkan daerah-daerah amerika latin. Untuk memerangi kebodohan dan keterbelakanga mereka menggerakkan budaya akal budi (conscientization).

Sekolah berusaha memberikan penerangan dan melatih kemampuan untuk melihat dan mengatasi hambatan-hambatan yang di hadapi. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang di hadapi.degan gerakan conscientization mereka membantu masyarakat dalam memahami fakta-fakta dan masalah-masallah yang di hadapinya dalam konteks kondisi masyarakat mereka. Keterbatasan dan potensi yang mereka miliki. Bertolak dari keyataan-kenyataan tersebut mereka membina diri dan membangun masyarakat.

Para ahli kurikulum yang berorientasi dimasa deepan menyarankan agar isi kurikulum di fokuskan pada : penggalian sumber-sumber alam dan bukan alam, populasi, kesejahteraan masyarakat, masalah air, akibat pertumbuhan penduduk, ketidakseragaman pemanfataan sumber-sumber alam dan lain-lain.

Pandangan rekontruksi sosial berkembang karena keyakinan pada kemampuan manusia untuk membangun dunia lebih baik. Juga penenkanannya tentang peranan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Beberapa kritikus pendidikan menilai pandangan ini sukar diterapkan langsung dalam kurikulum (pendidikan). Penyebabnya adalah interpretasi para ahli tentang perkembangan dan masalah-masalah sosial berbeda. Kemampuan warga untuk ikut serta dalam pemecahan masalah juga bervariasi.


 D. Kurikulum Teknologis


Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, dan lain-lain. Dewasa iini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju seperti audio, overhead projector, komputer dan lain-lain.

Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
  • Perangkat lunak ( softwere ) atau disebut juga teknologi sistem ( system technology ). Pada bentuk ini pengajaran tidak membutuhkan alat dan media yang canggih , tetapi bahan ajar dan proses pembelajaran disusun secara sistem , alat dan media disesuaikan tetapi tidak terlalu dipentingkan.
  • Perangkat keras ( hardwere ) atau disebut teknologi alat ( tools technology ). Pada bentuk ini pengajaran disusun secara sistem dan ditunjang dengan penggunaan alat dan media pembelajaran. Penggunaan alat dan media belum terintegrasi dengan program pembelajaran, bersifat “on-off”, yaitu apabila digunakan alat dan media akan lebih baik tetapi bila tidak menggunakan alat pun pengajaran masih tetap berjalan.
Selain bentuk kedua tersebut, ada satu lagi bentuk sebuah program pembelajaran yang telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan pembelajaran dengan alat dan media. Bahan ajar telah disusun dalam kaset audio, video atau film atau diprogramkan dalam komputer. Pembelajaran tidak bisa berjalan tanpa melibatkan penggunaan alat-alat dan program tersebut.

1. Beberapa ciri kurikulum teknologis

Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan, memiliki beberapa ciri khusus, yaitu :
  • Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk prilaku.
  • Metode.  Metode yang digunakan biasanya bersifat individual, kemudian pada saat tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Penegasan tujuan
  2. Pelaksanaan pengajaran
  3. Pengetahuan tentang hasil
  4. Organisasi bahan ajar
  5. Evaluasi

Kelebihan dan kelemahan kurikulum teknologis antara lain adalah ;
  • Kelebihan : Dengan model pengajaran teknologis ini tingkat penguasaan siswa lebih tinggi dibandingkan dengan model-model lainnya. Apalagi kalau digunakan program-program yang lebih terstruktur seperti pengajaran terprogram dengan bantuan video dan komputer dilengkapi dengan sistem umpan balik dan bimbingan yang teratur dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan siswa.
  • Kekurangan : Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau membutuhkan penguasaan tingkat tinggi ( analisis, sintesis, evaluasi ) juga bahan-bahan ajar yang efektif.

2. Pengembangan kurikulum


Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria, yaitu :
  • Prosedur pengembagan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain.
  • Hasil pengembangan terutama yang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.

Dalam pengembangan kurikulum teknologis kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media elektronik serta media cetak. Pengembangan pengajaran yang betul-betul berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini merupakan hambatan utama dalam pengembangan kurikulum teknologis.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Kurikulum yang digunakan dalam lingkungan pendidikan dapat berupa realisasi dari masing-masing model kurikulum hal dapat disesuaikan berdasarkan kebijakan yang diputuskan pemerintah dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan.

Kebijakan kurikulum yang ada dapat berdasarkan kepada satu model kurikulum atau berdasarkan gabungan dari setiap model kurikulum yang tercermin dari landasan filosofis, tujuan, materi, kegiatan belajar, mengajar dan smapai kepada evaluasi.

Porsi dari setiapkurikulum yang digunakan pada setiap jenjang pendidikan tidak sama, porsi penggunaan kurikulum harus disesuaikan dengan karakterisitik dari setiap jenjan pendidikan, baik itu pendidikan didasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi dan penyesuaian juga harus dilakukan terhadap karakter perkembangan pesertadidik.

Pendidikan tinggi juga memiliki porsi yang berbeda terhadap penggunaan setiap kurikulum yang didasarkan pada output pendidikan yang diharapkan dan in terjadi pada pendidikan vokasional, pendidikan profesi, dan pendidikan akademik.



DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, oemar. 2007. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Syaodik, sukmadinata. 2008. Pengembangan kurikulum . bandung: PT Remaja rosdakarya.
Nana syaodik sukmadinata. 1998. Prinsip dan landasan pengembangan kurikulum. Jakarta: PT Rosdakarya.




Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

 

JADWAL SHALAT

PENGUNJUNG

CONTACT US


 
Cara Seo Blogger