Senin, 13 Januari 2014

Kondisi Belajar dan Masalah Belajar


Print Friendly and PDF

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Kondisi Belajar

Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Definisi lain tentang kondisi belajar adalah suatu yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Sedangkan menurut Gagne dalam bukunya “Condition of learning” (1977) menyatakan “The occurence of learningis inferred from a difference in human being’s performance before and after being placed in a learning situation”.

Terjadinya belajar pada manusia terdapat perbedaan dalam penampilan/ kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada situasi belajar. Dengan kata lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut.

Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu:

  1. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi (ingat information processing theory Gagne).
  2. Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar diri si belajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk setiap kasus. Begitu pula dengan jenis kemampuan belajar yang berbeda akan membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi eksternal yang berbeda pula.

2.2  Kondisi Belajar Untuk Berbagai Jenis Belajar

Gagne (dalam Richey, 2000) menyatakan bahwa dibutuhkan kondisi belajar yang efektif untuk berbagai jenis/ kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar dibagi atas lima kategori belajar sebagai berikut:

a. Keterampilan intelektual (intellectual skill): Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan-ketrampilan bawahan (yang sebelumnya), pembimbingan dengan kata-kata atau alat lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan diberikan balikan, pemberian reviu.

b. Informasi verbal (verbal information): Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang bermakna, kinerja (performance) dari pengetahuan baru yang direkonstruksi, balikan

c.Strategi kognitif (Cognitive Strategy/problem solving): Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan dan konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa.

d .Sikap (attitude): Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali informasi dan ketrampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi yang diharapkan,  pembentukan atau pengingatan kembali model manusia yang  dihormati, penguatan tindakan pribadi dengan pengalaman langsung yang berhasil maupun yang dialami oleh orang lain dengan mengamati orang yang dihormati.

e. Keterampilan motorik (Motor Skill): Untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali rangkaian unsur motorik, pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan ketrampilan-ketrampilan keseluruhan, balikan yang tepat.


2.3  Masalah-Masalah Belajar Internal dan Eksternal

Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa itu sendiri  ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa.

Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi itu antara lain, pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan di sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika kondisi emosional siswa sedang labil maka proses belajarpun akan mengalami gangguan. Ketiga, lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang berada di sekitar siswa juga turut mempengaruhi bagaimana seorang siswa belajar.

Masalah-masalah internal yang dialami siswa yang berpengaruh pada proses belajar terurai sebagai berikut:


•   Sikap Terhadap Belajar

Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif.

•   Motivasi Belajar                                  

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.

•   Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.

•   Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar.

•   Kemampuan Berprestasi

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.

•   Rasa Percaya Diri Siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.

•   Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar

Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.

•   Kebiasaan Belajar

Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.

•   Cita-Cita Siswa

Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.

Contoh dari masalah belajar internal dapat dilihat dari kasus berikut:

Ita gadis cilik berusia 9 tahun. Akhir-akhir ini prestasinya sangat menurun. Hasil ulangannya selalu buruk kalau soal-soal ulangan ditulis di papan tulis. Namun ketika ujian sumatif, hasil ulangan Ita tidak begitu buruk. Soal-soal ulangan dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Ita di kelas turun drastis, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari kasus di atas dapat dilihat, masalah yang ditekankan adalah kemampuan indera untuk menangkap rangsangan. Ita tampaknya mempunyai kesulitan dalam penglihatan. Ini terbukti dari berbedanya hasil yang dicapai antara ulangan harian yang soalnya ditulis di papan tulis dengan ulangan sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada setiap murid.

Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar internal dapat bersifat : (1) Biologis dan (2) Psikologis.

Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan dan sebagainya. Sementara hal yang bersifat Psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, IQ, konstelasi psikis yang terwujud emosi dan gangguan psikis.



Masalah-masalah eksternal yang dialami siswa yang berpengaruh pada proses belajar terurai sebagai berikut:

1.  Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.

2. Prasarana Dan Sarana Pelajaran

Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang Ibadah dan ruang kesenian. Sedangkan sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, fasilitas laboratorium dan berbagai media pembelajaran.

Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasaranapembelajaran sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.

3. Kebijakan Penilaian

Hasil belajar merupakan hasil proses belajar, pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses pembelajaran, pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru.

4. Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah.

Tiap siswa berada di dalam lingkungan social siswa di sekolah, ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesame. Jika seorang siswa, diterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya jika ia ditolak, maka ia akan merasa tertekan.

5. Kurikulum Sekolah

Kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.

Contoh dari masalah belajar eksternal dapat dilihat dari kasus berikut:

Talia seorang gadis cilik duduk di kelas III SD. Ia termasuk salah seoprang dari sejulah anak di kelasnya yang belum dapat membaca dengan lancar. Setiap pelajaran membaca, ia menjadi ketakutan karena setiap membuka mulut, ia ditertawakan oleh teman-temannya. Gurunya hanya membiarkan saja dan mengalihkan giliran kepada murid lain. Akibatnya, Talia selalu ketinggalan dari teman-temannya. Di rumah, Talia selalu dimarahi karena dalam membaca ia dikalahkan Doli adiknya yang duduk di kelas II. Pada kasus ini tampaknya lebih banyak menekankan pada pengaruh lingkungan, ketinggalan Talia dalam membaca tampaknya lebih banyak disebabkan oleh “rasa takut” dan tertekan yang ditimbulkan oleh sikap lingkungan yang tidak mendorong Talia untuk belajar.


2.4  Cara Mendiagnosa Masalah Belajar dan Mengatasinya

Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya.

Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.  Mengidentifikasi adanya masalah belajar

Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat keterampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belakang kurang efektif. Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunnya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagi bentuk seperti: suka mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran dan lain sebagainya.

2.  Menelaah atau menetapkan status siswa

Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:
  • Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid
  • Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat yang tepat.
  • Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.

3.  Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar

Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar:
  • Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
  • Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda
  • Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.

Analisis kasus

Seorang ibu datang kepada seorang psikolog untuk berkonsultasi tentang apa yang dialami oleh anaknya. Anak ibu tersebut yang berumur delapan tahun dan masih di kelas 1 SD karena tahun kemarin tidak naik kelas. Tahun ini, si ibu merasa kuatir anaknya tidak naik kelas lagi karena nilainya pas-pasan. Padahal, standar nilai sekarang kan tinggi. Pernah si ibu mendaftarkan anaknya untuk mengikuti tes intelejensi dan hasil IQ-nya 85.

Ayahnya sangat keras dan mengancam tidak akan menyekolahkan anaknya kalau sampai tidak naik kelas lagi. Sepintas, si anak bisa komunikasi dengan baik dan tidak terlihat bodoh. Namun, kalau materi terlalu banyak tidak bisa mengikuti. Si ibu merasa kebingungan. Dan bertanya kepada psikolog : Apa yang harus ibu lakukan ? Apa anak saya mengalami kelainan? Bagaimana solusi terbaik?

dari hasil IQ, putra ibu memang termasuk di bawah rata-rata. Kemungkinannya, anak mengalami kelambatan belajar. Namun, bukan karena dia tidak mau tetapi terbatas pada kemampuannya. Misalnya ibu sudah menyuruhnya belajar dan anak sudah melakukannya dengan waktu cukup lama dan berusaha maksimal.

Tetapi, sesampai di sekolah anak lupa atau tidak bisa mengerjakan dengan baik. Salah satu sebabnya karena kemampuan mengingat materi pelajaran dan kapasitas kemampuan anak tidak berimbang. Kalau memang si kecil dirasa kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah umum, dan tahun ini anak tidak naik kelas, ibu sepertinya harus mulai mencari sekolah alternatif.

Seperti memilih sekolah umum yang berkelas kecil, sekolah khusus anak slow leaner, atau home schooling. Sebelum memutuskan mana yang dipilih sebaiknya ibu mencari informasi mengenai dua lembaga tersebut. Dengan demikian, ibu lebih paham dan bisa memilih sekolah yang sesuai dengan keadaan keuangan, kondisi anak, dan situasi yang memungkinkan.

Lebih baik, si ibu pikirkan bersama suami agar keputusan yang diambil bisa jadi motivasi ibu dan bapak dalam memaksimalkan potensi si kecil. Dan, tidak lagi menyudutkan anak dengan segala keterbatasan yang dia miliki. Atau, menyalahkan ibu yang dianggap kurang bisa mendidik dengan baik.

Apapun yang terjadi, ibu dan bapak patut bersyukur, meskipun keadaan si kecil seperti saat ini namun secara fisik dia sehat dan bisa berkomunikasi dengan baik. Anak-anak dengan kelambatan belajar butuh ketekunan, kesabaran, dan keuletan dalam memberikan materi pelajaran. Karena, penalaran anak kurang berkembang tetapi dengan latihan terus-menerus, anak bisa mengejar ketertinggalannya.

Tumbuhkan terus motivasinya dan jangan pernah memberikan sansi fisik, hal tersebut hanya membuatnya frustasi.Ibu bisa mencari bakat dan minat anak yang mungkin menurut kita kurang berguna, tapi anak suka dan bisa melakukannya dengan enjoy.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu: (1) Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi. (2) Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar diri si belajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk setiap kasus.

Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa itu sendiri  ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan. Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi itu antara lain, pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan di sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika kondisi emosional siswa sedang labil maka proses belajarpun akan mengalami gangguan. Ketiga, lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang berada di sekitar siswa juga turut mempengaruhi bagaimana seorang siswa belajar.

Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah langkah sebagai berikut:

1.  Mengidentifikasi adanya masalah belajar
2.  Menelaah atau menetapkan status siswa
3.  Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar



3.2  Saran

Kesulitan siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik, siswa dan orang tua di rumah. Karena walau bagaimanapun juga sebagian waktu anak lebih banyak dihabiskan di rumah dari pada di sekolah di bawah pengawasan orang tua.

Dalam hal ini pendidik dalam hal ini guru di sekolah dan orang tua di rumah dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi oleh siswa atau anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik mempu memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.

                                                     
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UNJ

Nirwana, Herman dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud berkerjasama dengan Rineka

Sofah, Rahmi. 2005. Bahan Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.

Anonim. Tanpa Tahun. http://belajarpsikologi.com/gejala-kesulitan-belajar-siswa/. Diakses tanggal 13 Desember 2013





Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

 

JADWAL SHALAT

PENGUNJUNG

CONTACT US


 
Cara Seo Blogger