Senin, 13 Januari 2014

Model Personal


Print Friendly and PDF

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Personal

Model personal (personal family) merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingkungannya.

Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual.

Tujuan model pembelajaran personal adalah untuk meningkatkan kesehatan mental dan emosional anak-anak, dan keterlibatan anak-anak dalam menentukan/memilih apa yang ingin dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, sehingga ada kesesuaian yang tinggi antara bahan belajar dengan kebutuhan anak, mengembangkan pemahaman diri ( self-consept), kreativitas, dan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri dengan lebih baik. Model personal dan sosial dapat diterapkan untuk mencapai tujuan sosial dan akademis, akan tetapi masing-masing model memiliki kekuatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

2.2 Jenis - Jenis Model Personal

1.      Model Pembelajaran Tanpa Arahan (Non Direktif Teaching)

·         Pengertian

Model Pembelajaran Tanpa Arahan adalah model yang berfokus pada upaya memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Hebatnya guru dalam pengajaran bukan-direktif adalah pada peranan guru tersebut sebagai fasilitator bagi pertumbuhan dan perkembangan pelajar. Didalam peranan ini, guru akan membantu pelajar untuk mencari idea-idea baru tentang kehidupannya, baik yang berkaitan dengan sekolah mahupun dalam kehidupannya sehari-harian. Model ini beranggapan bahwa pelajar perlu bertanggung jawab atas proses belajarnya dan kejayaannya sangat bergantung kepada keinginan pelajar dan pengajar untuk berkongsi idea secara terbuka dan berkomunikasi secara jujur dan terbuka dengan orang lain.

·         Orientasi Terhadap Model non-direktif

Model pembelajaran non-direktif menumpukan kepada fasilitator belajar. Tujuan utamanya adalah untuk membantu pelajar dalam mencapai integrasi serta melakukan penilaian sendiri yang realistik. Model ini menggambarkan konsep yang dikembangkan oleh Carl Roger untuk konseling bukan-direktif, di mana upaya pelanggan untuk melayani kehidupannya secara konstruktif sangat ditekankan. Dengan demikian, didalam pengajaran bukan-direktif guru sangat menumpukan kemampuan pelajar untuk mengenal pasti masalahnya dan merumuskan penyelesaiannya.

Pembelajaran non-direktif cenderung bersifat menumpukan kepada pelajar di mana fasilitator berusaha untuk melihat dunia sebagaimana pelajar melihatnya. Hal ini akan menciptakan suasana komunikasi yang empati dimana pengendalian diri pelajar boleh dipupuk dan dikembangkan. Guru juga berperanan sebagai benevolent after ego, di mana ia menerima semua perasaan dan pemikiran, bahkan dari pelajar yang mempunyai pendapat keliru. Disini guru secara tidak langsung berkomunikasi dengan pelajar bahawa semua pendapat dan perasaan boleh diterima.

Teknik utama untuk mengembangkan hubungan yang fasilitatif adalah dengan wawancara non-direktif, yaitu suatu rangkaian pertemuan face to face antara guru dengan pelajar. Selama wawancara, guru meletakkan dirinya sebagai kolaborator didalam proses eksplorasi diri pelajar dan penyelesaian masalah. Wawancara sendiri direkam untuk menumpukan kepada keunikan individu dan kepentingan kehidupan emosional pada semua aktivitas  manusia.

Selain itu dalam wawancara non-direktif, guru menginginkan pelajarnya agar melalui empat tahap pertumbuhan personal:

(1) pelepasan perasaan,
(2) pemahaman,
(3) tindakan, dan
(4) integrasi.

Pendekatan non-direktif sangat membantu  karena merupakan cara-cara yang paling efektif dalam mengungkap emosi yang mendasari suatu  masalah adalah dengan mengikuti pola perasaan pelajar ketika mereka dibebaskan untuk berekspresi. Bukannya diminta untuk memberikan soalan langsung, guru akan cenderung memilih untuk membiarkan pelajar untuk mengikuti aliran pemikiran dan perasaan. Jika pelajar mengekspresikan dirinya secara bebas, maka masalah dan emosi yang mendasarinya akan muncul. Proses ini disokong dengan refleksi perasaan pelajar, yang oleh karenanya akan membawa mereka ke dalam kesedaran dan tumpuan yang lebih tajam.

·         Aplikasi Pembelajaran non-direktif

Pengajaran non-direktif mungkin digunakan untuk beberapa jenis situasi permasalahan: personal, sosial, dan akademik. Di dalam sebuah masalah personal, individu melibatkan perasaannya tentang dirinya sendiri. Di dalam masalah sosial, dia melibatkan perasaannya tentang hubungannya dengan yang lain, dan menyiasati bagaimana perasaannya tentang dirinya sendiri mungkin mempengaruhi hubungan - hubungan ini. Di dalam masalah akademik, dia melibatkan perasaannya tentang kompetensi dan ketertarikannya.

Untuk menggunakan Model Pengajaran non-direktif secara berkesan, seorang guru harus mempunyai keinginan untuk menerima bahwa seorang pelajar dapat memahami akan dia dan kehidupannya sendiri.  Guru tidak berusaha untuk menghakimi, menasihati, menenangkan, atau membesarkan hati pelajar. Guru tidak berusaha untuk mendiagnosis permasalahan. Pada model ini, guru menentukan fikiran dan perasaan personal sementara dan merefleksikan fikiran dan perasaan yang dimiliki pelajar. Dengan melakukan ini, guru menyampaikan pemahaman yang mendalam dan menerima perasaan yang dimiliki pelajar.

Implementasi Model Pembelajaran tanpa arahan ada 5 fase :
  • —  Membantu siswa mendefinisikan sesuatu
  •   Menemukan masalah
  • —  Mengembangkan pemahaman siswa
  • —  Merencanakan dan merumuskan keputusan
  • —  Integrasi dimana para siswa mengembangkan tindakan-tindakan positif

2.      Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Rasa Percaya diri (EnhancingSelf Esteem)

a.      Model Pembelajaran Latihan Kesadaran (Awareness Training)

·         Orientasi Model

Model ini merupakan suatu model pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini dikembangkan oleh Milliam Schutz. la menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai sarana peningkatan kesadaran pribadi (pemahaman diri individu). Mengapa demikian? Karena ia percaya bahwa ada empat tipe perkembangan yang dibutuhkan untuk merealisasikan potensi individu secara utuh, yaitu:
  1. fungsi tubuh,
  2. fungsi personal, termasuk di dalamnya akuisisi pengetahuan dan pengalaman, kemampuan berpikir logis dan kreatif dan integrasi intelektual,
  3. perkembangan interpersonal dan
  4. hubungan individu dengan institusi-institusi sosial, organisasi sosial dan budaya masyarakat.

Kunci utama prosedur pengajaran model ini didasarkan atas teori encounter. Teori ini menjelaskan metode untuk meningkatkan kesadaran hubungan antar-manusia yang didasarkan atas keterbukaan, kejujuran, kesadaran diri, tanggung jawab, perhatian terhadap perasaan diri sendiri atau orang lain, dan berorientasi pada kondisi saat ini.

·         Aplikasi pembelajaran latihan kesadaran

Sampai saat ini, masih sangat sedikit sekolah atau guru yang menerapkan model ini. Permainan-permainan sederhana dapat dilakukan untuk keperluan ini. Model ini juga dapat dilakukan sebagai selingan yang tidak memakan waktu terlalu banyak. Dalam pelaksanaan diskusi, keterbukaan dan kejujuran menjadi sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ini dapat meningkatkan perkembangan emosi. 

ΓΌ  Prosedur pembelajaran pelatihan kesadaran hanya meliputi dua tahap, yaitu:

1.      Menyampaikan tugas dan menyelesaikannya dan
2.      Mendiskusikan atau menganalisis



b.      Model Pengajaran Pertemuan Kelas (Classroom Meeting Model)

·         Pengertian Model Pembelajaran Pertemuan Kelas

William Glasser sebagai tokoh model Pertemuan Kelas ini bertolak dari pandangan psikologis, yang berasumsi bahwa kekacauan psikologis yang dialami seseorang karena adanya campur tangan budaya atas kebutuhan vital biologis manusia berupa sex dan aggression. Kebutuhan  kebutuhan vital psikologis manusia yang paling esensial ialah mencintai dan dicintai. Ketidakpuasan dalam hal cinta ini menimbulkan ber bagai sindrom seperti gejala takut tanpa alasan, depresi, dan sebagainya. Di dalam kelas cinta itu menjelma dalam bentuk tanggung jawab sosial, yaitu suatu tanggung jawab untuk membantu individu-individu lainnya. Tanggung jawab ini akan membawa kepada suatu penilaian diri sendiri dan merasakan sebagai pribadi yang capable.

Pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan akan tanggung jawab sosial. Pendidikan untuk tanggung jawab sosial ini mencakup berpikir, pernecahan masalah, dan pengambilan keputusan baik sebagai individu maupun kelompok tentang pokok-pokok yang berkaitan dengan siswa itu. menurut Glasser terdapat 3 (tiga) tipe perternuan kelas itu yakni sebagai berikut: (1) perternuan pemecahan masalah, (2) pertemuan open-ended, (3) perternuan diagnosis pendidikan.  Ketiga tipe tersebut di atas masing-masing berbeda fokusnya. tipe pertemuan pernecahan masalah menyangkut diri sendiri dengan masalah tingkahlaku dan masalah social, tetapi dapat pula mengenai persahabatan, kesendirian dan pilihan jurusan.

·         Orientasi Model Pembelajaran Pertemuan Kelas

Orientasi pertemuan selalu positif yang menuju kepada pemecahan dan bukan pada mencari kesalahan. Adapun pada tipe pertemuan open-ended pebelajar diberikan pertanyaan-pertanyaan pemikiran provokatif yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Mungkin pula pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berhubungan dengan kurikulum kelas. Perbedaan antara pertemuan open-ended dengan diskusi kelas ialah bahwa pada pertemuan open-ended pertanyaan guru secara khusus tidak mencari jawaban-jawaban faktual.

Model pertemuan (diskusi) kelas terdiri atas enam tahap, yaitu :

(1) menciptakan ikiim (suasana) yang kondusif,
(2) menyampaikan permasalahan diskusi,
(3) membuat penilaian pribadi,
(4) mengidentifikasi alternatif tindakan solusi,
(5) membuat komitmen, dan
(6) merencanakan tindak lanjut tindakan.


Terdapat beberapa bentuk pertemuan kelas,yaitu;
  1. Pertemuan untuk memecahkan masalah sosial. Dalam kegiatan ini biasanya siswa mencoba membagi tanggung jawab,belajar serta bertindak dengan cara memecahkan masalah mereka di kelas.
  2. Pertemuan yang tidak hanya terbatas bagi siswa, dimana di dalamnya para peserta terlibat di dalam mendiskusikan berbagai masalah kehidupan sosial.
  3. Pertemuan sebagaimana bentuk pertama dan kedua,namun para siswa terikat untuk membahas  sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang sedang dipelajari di dalam kelas.

·         Aplikasi Model Pembelajaran Pertemuan Kelas

Guru membuat komitmen bersama untuk melaksanakan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut. Bila perlu membuat aturan bersama berikut sanksi bagi yang melanggarnya. Pada pertemuan berikutnya, setelah langkah-langkah yang disepakat dilaksanakan guru mengevaluasi efektivitas pelaksanan tersebut. Model pertemuan kelas ini dapat dilakukan maksimal tiga kali dalam sehari. Tapi, biasanya sekali sehari sudah cukup tergantung dari permasalahan yang dihadapi.

Pembelajar hanya menstimulasi berpikir mengenai apa yang pembelajar tahu atas subjek yang didiskusikan. Sedangkam pertemuan diagnosis pendidikan dikaitkan dengan apa yang sedang dipelajari di kelas. Tujuannya untuk mendapatkan apakah kelas tidak memahami pelajaran. Dalam hal ini bukan untuk menilai pelajar, melainkan untuk menemukan apa yang mereka tahu dan mereka tidak tahu. Jadi pembelajar tidak menilai dalam diskusi-diskusi. Pembelajar boleh menyampaikan pendapat dengan bebas dan menarik kesimpulan tentang apa yang dianggapnya tepat. Meskipun Glasser mengemukakan 3 (tiga) tipe pertemuan kelas yang berbeda, namun mempunyai mekanisme yang sama.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari berbagai model-model yang terdapat dalam model pembelajaran personal tersebut , guru diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran tersebut secara efektif. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa-siswa di kelas dan harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model tersebut dalam proses pembelajaran. Salah satunya pada model pembelajaran personal yaitu model pembelajaran yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional.

3.2 Saran

Kita sebagai sebagai peserta didik, calon pendidik maupun para pendidik hendaknya perlu memperhatikan setiap pemilihan model pembelajaran yang akan kita gunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri  terutama pada model pembelajaran personal ini.




DAFTAR PUSTAKA

Dr. Aunurrahman . 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Rusman.2010. Model-Model Pembalajaran .PT. Raja Grafindo:Jakarta.





Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

 

JADWAL SHALAT

PENGUNJUNG

CONTACT US


 
Cara Seo Blogger