Senin, 13 Januari 2014

Model Interaksi Sosial


Print Friendly and PDF

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Model Pembelajaran

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial.

Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005).Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM).

Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan penerapan kurikulum KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka Guru harus pula mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani berinovasi dan beradaptasi dengan metode pembelajaran PAIKEM seperti Talking Stick, Example non Example, Think Pair Share dan tidak hanya terpaku pada Metode Ceramah saja. Untuk memperjelas mengapa model pembelajaran perlu dikembangkan secara berkesinambungan, kita harus kembali pada  pengertian model pembelajaran  secara umum.

Dalam makalah ini akan membahas tentang model pembelajaran yang termasuk dalam bagian model interaksi sosial.


A.  Kerja Kelompok

1.    Pengertian

Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran,mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama.

Jadi, metode kerja kelompok ialah kerja kelompok dari beberapa individu yang bersifat pedagogik yang didalamnya terdapat hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu   yang saling mempercayai.


2.    Adapun pengelompokkan itu didasarkan pada :

a.     Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya
b.     Pengelompokan berdasarkan kemampuan belajar
c.     Pengelompokkan berdasarkan minat individu
d.    Memperbesar partisipasi siswa
e.     Pemberian tugas atau pekerjaan
f.      Kerja efektif


3.    Kerja kelompok dibagi menjadi 3 macam yaitu

a.     Kerja kelompok berjangka pendek
b.    Kerja kelompok berjangka panjang
c.    Kerja kelompok Campuran


4.    Kelebihan dan Kekurangan Kerja Kelompok

·         Kelebihan metode kerja kelompok
  •  Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka
  • Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa
  • Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah
  • Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan ketrampilan berdiskusi.

·         Kelemahan metode kerja kelompok
  • Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
  • Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri
  • Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan daya guna mengajar yang berbeda pula.

B.  Pertemuan Kelas

1.    Pengertian

            Model pertemuan kelas adalah model pembejaran yang terjadi didalam kelas yang melibatkan pendidik dan peserta didik didalamnya yang bekerja sama untuk menciptakan suasana belajar yang hangat dan damai didalamnya demi terciptanya pembelajaran yang optimal.

Model pertemuan kelas ini guru dituntut untuk bersikap hangat, sabar kepada peserta didik, terampil dalam mengelola hubungan interpersonal dan berkepribadian yang baik demi terciptanya suasana kelas yang baik. Keterlibatan pendidik dengan penuh kehangatan dan bersifat pribadi yang memungkinkan para siswa berperilaku realistik.

2.  Model pertemuan (diskusi) kelas terdiri atas enam tahap, yaitu :

a.       menciptakan  iklim yang mengundang keterlibatan
b.      menyampaikan permasalahan diskusi
c.        Mengembangkan pertimbangan nilai personal
d.       mengidentifikasi alternatif tindakan
e.       Merumuskan kesepakatan
f.       merencanakan tindak lanjut prilaku


3.  Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran Classroom Meeting:

·         Kelebihannya
  • Dapat mengetahui karakteristik masing-masing siswa.
  • Dapat membuat siswa senang karena bisa berkumpul dengan teman-teman yang belum dan yang sudah mereka kenal.
  • Siswa dapat menanyakan secara langsung jika ada yang tidak dimengerti kepada guru.
  • Dapat memecahkan masalah secara langsung

·         Kekurangannya
  • Membutuhkan tenaga yang lebih banyak.
  • Terkadang ada ketidak cocokan antara siswa dan guru.
  • Terkadang terjadi perselisihan antara siswa dengan siswa
  • Tidak ada guru maka proses belajar dan mengajar tidak bisa terlaksana.
  • Harus menentukan waktu dan tempat untuk proses belajar mengajar

C.  Sosial Inquiry

1.    Pengertian

Inquiry merupakan pendekatan pembelajaran di mana siswa menemukan, menggunakan variasi sumber informasi dan ide untuk lebih memahami, suatu permasalahan, topik, atau isu. Hal ini tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan tetapi juga melalui investigasi, eksplorasi, mencari, bertanya, meneliti, dan mempelajari. (Kuhlthau, 2007 yang dikutip dalam Sumarmi, 2012: 17).

Sanjaya menyatakan, ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi model pembelajaran Inquiry (inkuiri).

  1. Pertama, model pembelajaran Inquiry (inkuiri) menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
  2. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam model pembelajaran Inquiry (inkuiri) menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan.
  3. Ketiga, model pembelajaran Inquiry (inkuiri) adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inquiry siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

2.  Langkah-langkah metode pembelajaran Inquiry
  1. Merumuskan masalah. Dalam hal ini, kemampuan yang dituntut yakni kesadaran terhadap masalah, melihat pentingnya masalah, dan merumuskan masalah.
  2. Mengembangkan hipotesis. Dalam hal ini kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis yakni menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh, melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis, dan merumuskan hipotesis.
  3. Menguji jawaban tentative. Dalam hal ini, kemampuan yang dituntut antara lain
  • merakit peristiwa yang terdiri atas mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, mengevaluasi data, dan mengklasifikasi data;
  • analisis data yang terdiri atas melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasi trend, sekuensi, dan keteraturan.

   4.      Menarik kesimpulan. Dalam hal ini, kemampuan yang dituntut yakni
  • mencari pola dan makna hubungan; sekaligus
  • merumuskan kesimpulan

 5.      Menerapkan kesimpulan dan generalisasi (Sumarmi, 2012: 18)

   

  3.       Kelebihan dan Kekurangan

·       Kelebihan metode pembelajaran inquiry

  •   Mengembangkan keteramapilan sosial, bahasa, dan membaca
  •   Mengonstruksi pemahaman mereka.
  •   Membuat siswa mandiri dalam riset dan pembelajaran.
  •  Termotivasi untuk membentuk pengalaman tingkat tinggi.
  •  Memiliki strategi belajar dan terampil mentransfer pada proyek inquiry yang lain (Kuhlthau, 2007)

·      Kekurangan metode pembelajaran inquiry
  • Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri.
  • Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.
  • Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
  • Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik.

4.    Bermain Peran

1.    Pengertian

Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain.

Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi.

Bermain peran (role playing) merupakan sebuah permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditetapkan dan ditentukan, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permaian. .

Jadi dapat diambil kesimpulan Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

2.Tujuan Metode Bermain Peran ( Role Playing )

Ali (2000 : 84) menyatakan bahwa tujuan bermain peran adalah menggambarkan suatu peristiwa masa alampau atau dapat pula cerita dimulai dengan bebagai kemungkinan yang terjadi baik kini maupun mendatang kemudian ditunjuk beberapa siswa untuk melakukan peran sesuai dengan tujuan cerita. Pemeran melakukan sendiri peranannya sesuai dengan daya imajinasi tentang pokok yang diperankannya.

Sudjana (1989 : 90) mengemukakan bahwa tujuan bermain peran adalah:

  1.     Agar siswa dapat menghayati perasaan orang lain.
  2.     Dapat belajar sebagaimana membagi tanggung jawab.
  3.     Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
  4.     Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Lain halnya dengan Hamalik (2002 : 138) yang mengatakan bahwa tujuan bermain peran adalah menciptakan kembali gambaran historis masa silam, peristiwa yang mungkin terjadi pada masa mendatang, peristiwa-peristiwa sekarang yang berarti atau situasi-situasi bayangan pada suatu tempat dan waktu tertentu.

Sudjana (2000 : 90) menjelaskan bahwa tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat menghargai dan menghayati perasan orang lain, memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.

3.    Karakteristik  dalam Metode Bermain Peran

Terdapat lima karakteristik bermain peran, yaitu:

  • Merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak.
  • Didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi anak melakukan kegiatan itu atas kemauannya sendiri.
  • Sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak merasa bebas memilih apa saja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan bermainnya.
  • Senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secara fisik maupun mental.
  • Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampian berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.

4      Kelebihan dan kekurangan metode role playing

·      Kelebihannya:

  • Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
  • Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
  • Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
  • Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
  • Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya
  • Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.

·         Kekurangannya:
  • Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif.
  • Banyak memakan waktu.
  • Memerlukan tempat yang cukup luas.
  • Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan     penonton/pengamat.



E.  Simulasi Sosial

1.    Pengertian

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

Model pembelajaran ini diterapkan didalam dunia pendidikan dengan tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses sibernetika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator.


2.     Tujuan Model Pembelajaran Simulasi

Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk:

Ø  melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari,
Ø  memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip,
Ø  melatih memecahkan masalah,
Ø  meningkatkan keaktifan belajar,
Ø  memberikan motivasi belajar kepada siswa,
Ø  melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok,
Ø  menumbuhkan daya kreatif siswa, dan
Ø  melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.



  3.  Prinsip dalam Proses Pelaksanaan Simulasi

Proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru, yakni sebagai berikut:

Ø  Pertama adalah penjelasan.
Ø  Kedua adalah mengawasi (refereeing).
Ø  Ketiga adalah melatih (coaching).
Ø  Keempat adalah diskusi.


4. Yang Harus Dilakukan Guru/ Fasilitator Dalam Pembelajaran Simulasi

          Dalam permainan simulasi, yang harus dilakukan oleh guru adalah,

  • Mempersiapkan siswa yang menjadi pemeran simulasi,
  • Menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa terhadap aturan, peran, prosedur, pemberi skor (nilai), tujuan permainan dan lain- lain.
  • Melaksanakan simulasi, siswa berpartisipasi dalam permainan simulasi dan guru melakukan peranannya sebagimana mestinya.( (Hamzah B Uno,2007:30)

5. Fungsi Model Pembelajaran Sosial

Fungsi model pembelajaran sosial adalah:

Ø  untuk menggali perasaan siswa,
Ø  memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan persepsi,
Ø  mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan
Ø  mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.



6. Aplikasi/ Penerapan Model Pembelajaran Simulasi

  • Permainan simulasi dapat merangsang berbagai bentuk belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan dan lain-lain.
  • Namun demikian, model simulasi agak berbeda dengan model-model lain. Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang, (sistem analis, programer dan lain-lain), perusahaan komersial, guru atau kelompok guru dan lain-lain.
  • Dewasa ini, dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi, seperti komputer dan multimedia, telah banyak permainan simulasi dihasilkan untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik dari berbagai disiplin ilmu (mata pelajaran)

7. Sintak (Prosedur/ langkah - Langkah) Pembelajaran Simulasi

       Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Udin (2001:66), model ini memiliki 4 tahap sebagai berikut:

1.    Tahap  Orientasi
  • Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan diintegrasikan dalam proses simulasi.
  • Menjelaskan prinsip Simulasi dan permainan.
  • Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.

2.    Tahap Latihan bagi peserta

  • Membuat skenario yang berisi aturan, peranan, langkah, pencatatan, bentuk keputusan  yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.
  • Menugaskan para pemeran dalam simulasi
  • Mencoba secara singkat suatu episode

3.    Tahap Proses simulasi

Ø  Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan tersebut.
Ø  Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap performan si pemeran.
Ø  Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional
Ø  Melanjutkan permainan/simulasi


4.    Tahap Pemantapan dan debriefing

Ø  Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul selama simulasi.
Ø  Memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan  dan wawasan para peserta.
Ø  Menganalisis proses
Ø  Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
Ø  Menghubungkan proses simulasi dengan  isi pelajaran.
Ø  Menilai dan merancang kembali simulasi.


8.     Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Simulasi

Wina Sanjaya (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar.

Kelebihan Model pembelajaran ini di antaranya adalah:
  1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
  2. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
  3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
  4. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
  5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.

·         Kelemahan model pembelajaran ini, di antaranya adalah:
  1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
  2. Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,  sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
  3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005).Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Dengan penerapan kurikulum KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka Guru harus pula mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini. Guru harus berani berinovasi dan beradaptasi dengan metode pembelajaran PAIKEM seperti Talking Stick, Example non Example, Think Pair Share dan tidak hanya terpaku pada Metode Ceramah saja. Untuk memperjelas mengapa model pembelajaran perlu dikembangkan secara berkesinambungan, kita harus kembali pada  pengertian model pembelajaran  secara umum.

B.Saran

   Dalam pembuatan makalah ini masih banyak lagi kekurangan,baik dari segi isi,analisis,maupun pembuatanya,diharapkan kepada pembaca agar memberi kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.dan dengan membaca makalah ini,mudah-mudahan akan menambah pengetahuan kita semua.



DAFTAR PUSTAKA

Arikunto; Sukardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Charin, Arthur. 1993. Theaching Science Through Discovery. New York: Mcmilan Publishing Company.

Dahar. 1996. Konstruktivisme dalam Pendidikan Bahasa Indonesia. Makalah dalam forum komunikasi integrasi vertikal pendidikan sains di cisarua bogor.

Depdiknas. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas.

Oemar Hamalik. 2004. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bhakti.

Helen. 2003. Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.

Hernawan. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas       Terbuka.





Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

 

JADWAL SHALAT

PENGUNJUNG

CONTACT US


 
Cara Seo Blogger