Senin, 13 Januari 2014

Teori Belajar


Print Friendly and PDF

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Teori Deskriptif dan Prespektif

1.1   Pengertian Teori Deskriptif dan Prespektif

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.

Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan.

Jadi Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.


Ada beberapa pendapat teori belajar deskriptif dan preskriptif menurut :

  • Menurut Bruner
Teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.

  • Menurut Reigeluth
Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untk memberikan hasil.

Jadi teori deskriptif merupakan teori belajar, teori belajar yang mendeskripsikan adanya proses belajar, sedangkan teori prespektif merupakan teori pembelajaran yang mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal yang dapat mempermudah proses belajar.

Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan antara variable-variabel yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.

Hasil pembelajaran yang diamati dalam pengembangan teori preskriptif adalah hasil pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan lebih dulu, sedangkan dalam pengembangan teori deskriptif, yang diamati adalah hasil pembelajaran yang nyata (actual outcomes), hasil pembelajaran yang mungkin muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil pembelajaran yang diinginkan.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa teori pembelajaran preskriptif berisi seperangkat preskripsi guna mengoptimalkan hasil pembelajaran yang diinginkan di bawah kondisi tettentu, sedangkan teori pembelajarn deskriptif berisi deskripsi mengenai hasil pembelajaran yang muncul sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu di bawah kondisi tertentu.


1.2 Proposisi Teori Deskriptif dan Teori Prespektif

Proposisi teori deskriptif menggunakan struktur logis “bila,, maka,, “ sedangkan proposisi teori prespektif menggunakan struktur “agar,, lakukan ini” (Landa dalam degeng 1999)

Contoh :

Teori Deskriptif :

“Bila isi atau materi pelajaran (kondisi) diorganisasikan dengan menggunakan metode elaborasi (metode) maka perolehan belajar dan retensi (hasil) akan meningkat.”

Teori Prespektif :

“Agar perolehan belajar dan retensi (hasil) menigkat, organisasilah isi atau materi  pelajaran (kondisi) dengan menggunakan model elaborasi (metode).”

Jadi, perbedaan antara deskriptif dan prespektif yaitu :

Ø Teori Deskriptif : kondisi + metode = hasil
Ø Teori Prespektif : hasil + kondisi = metode



2.    Teori Belajar Behavioristik

Pertama kali teori ini dicetuskan oleh Gage dan  Berliner yaitu tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori Belajar Behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekan pada tingkah laku manusia. Teori belajar behavioristik merupakan teori yang mengacu kepada tingkah laku siswa sebagai akibat dari adanya interak sisiswa atau pelajarantara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan ( input ) dan keluaran ( ouput) yang berupa respon.

Sebagaicontoh : Seorang guru menggunakan teori behavioristik, seorang belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia berusaha giat, dan gurunya telah mengajarnya dengan baik, tetapi seorang tersebut belum mempraktekkan perkalian, maka tersebut belum bias dianggap belajar, karena ia belum bias menunjukkan perubahan  prilaku sebagai hasil belajar. Dari contoh di atas : stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, misalnya perkalian, atau cara – cara tertentu untuk membantu belajar siswa. Sedangkan respos adalah reaksi stimulus yang diberikan guru tersebut.

Dari beberapa tokoh salah satu diantaraanya yaitu :

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Bahwa dengan  menerapkan  strategi  ternyata individu  dapat  dikendalikan  melalui  cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara  individu  tidak  menyadari  bahwa  ia  dikendalikan oleh  stimulus yang berasal dari luar dirinya . Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan

Contoh :Anjing

Dari eksperimen Pavlov

Setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.

Peran Guru
  •  Menyusun bahan pelajaran dlm bentuk yg sudah siap (modul, instruksidll)
  •  Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat diikuti contoh-contohdilakukan sendiri / simulasi)
  • Bahan pelajaran disusunsederhanamenuju kompleks.
  • Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu.
  • Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
  • Kesalahan harus segera diperbaiki

Peran siswa
  • Meniruperilaku yang dicontohkan
  • Mengikutiaturan-aturan yang ditetapkan  (positif–diulangi, negatif-dihilangkan)
  • Berlatihmelaluipengulangandanpembiasaan
  • Menguasaiketrampilandasarsebagaipersyaratanpenguasaanketrampilanselanjutnya

Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu :
  • Mementingkan pengaruh lingkungan
  • Mementingkan peranan reaksi.
  • Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon.
  • Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya,
  • Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
  • Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan



3.    Teori Belajar Kognitivistik

3.1  Pengertian Teori Belajar Kognitivistik

Pembelajaran yang lebih menekankan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik. Juga menekankan pada proses belajar dari pada hasil belajar .

Teori ini menekankan pada proses belajar dari pada hasil belajar, jadi pada teori belajar ini tidak hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa, keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya.

Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, yaitu:
  1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks (Budiningsih, 2005:34)
  2.  Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.

3.2  Teori Pembelajaran kognitif menurut para ahli

  • Teori Pembelajaran kognitif  menurut Piaget

Menurut Piaget individu berkembang menuju kedewasaan maka ia akan mengalami adaptasi dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan kualitatif dalam struktur kognitifnya.  Tahapan – tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget :

1.    Tahapan Sensori Motor (0-2th)

Usia 2th pertama anak dapat sedikit memahami lingkungannya dengan cara melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.

2.    Tahapan  Pra – operasinal (2-7th)

Pada tahap ini telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupn masih sangat sederhana.

3.    Tahapan Operasi Konkrit (7-11th)

Dalam tahap ini anak sudah mengembangkan pikiran logis.  Dalam upaya memahami lingkungan sekitarnya anak tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datangnya dari pancaindra.

4.    Tahapan Operasional Formal (11-15th)

Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan opersai formal ini sudah dapat  memikirkan beberapa alternatif pemecahan suatu masalah.


  • Teori Belajar Kognitif Bruner

Teori Bruner di kenal free discovery learning, yang menyatakan bahwa proses belajar  akan berjalan dengan baik jika pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didiknya untuk menemukan  suatu konsep, teori , aturan atau penambahan melalui contoh – contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. 3 tahapan cara melihat lingkungan:

  1. Tahapan Enaktif : dalam memahami dunia disekitarnya anak mengunakan pengetahuan motorik.
  2. Tahapan Ikonik: dalam memahami dunia disekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpaan & perbandingan.
  3. Tahapan Simbolik: kemampuan dalam berbahasa, logika, matematika sangat  mempengaruhi ide-ide abstrak.

  • Teori Belajar Kognitif Ausubel

Dalam teori ini, teori belajar dimaknai sebagai belajar  bermakna. Pembelajaran bermakna yaitu suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep – konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.


3.3 Implikasi Teori Kognitivistik dalam Dunia Pendidikan

Implementasi terhadap pendidikan yaitu bahwa keaktifan dalam belajr itu sangat penting. Peserta didik yang belajar secara aktif dan bisa optimal proses asimilasi dan akomodasi antara pengetahuan dan pengalaman akan terjadi dengan baik.


3.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Pembelajaran Kognitif

Kelebihan:

•   Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik  untuk memecahkan suatu masalah.
•  Dapat meningkatkan motivasi.
•  Membantu peserta didik untuk memahami bahan belajar dengan lebih   mudah.

Kekurangan:

•     Keberhasilan pembelajaran didasarkan pada kemampuan peserta didik.
•     Pendidik dituntut mengikuti keaktifan peserta didiknya.
•     Fasilitas harus mendukung.


4.    Teori Belajar Humanistik

4.1  Pengertian Teori Belajar Humanistik

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia”.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.


4.2  Tokoh Teori Humanistik

  • Rogers

Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.

Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif .

  • Maslow

Maslow melihat individu sebagai sesuatu yang berintergrasi dan penyusuan keseluruhan. Teori Maslow ini ada berkaitan dengan personaliti, dan menitikberatkan beberapa andaian yang berkaitan dengan motivasi. Beliau menekankan keseluruhan diri individu bergerak, bukan hanya sebahagian daripada individu.

Maslow menganggap motivasi sebagai sesuatu yang kompleks, dimana tingkah laku luaran yan diperlihatkan oleh manusia. Beliau juga menganggap, individu akan terus bermotivasi oleh kerana sesuatu matlamat. Matlamat ini dianggap sebagai keperluan yang perlu dipenuhi oleh semua manusia tanpa mengambil kira budaya, persekitaran dan perbedaan generasi.


4.3 Prinsip Teori Belajar Humanistik

Ada beberapa prinsip Teori Humanistik, yaitu sebagai berikut:
  1. Manusia mempunyai belajar alami
  2.  Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
  3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
  4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
  5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh cara.
  6. Belajar yang bermakna  diperolaeh jika siswa melakukannya
  7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
  8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
  9. iKepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
  10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar

4.4  Implikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran

Peran Guru sebagai Fasilitator, Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator.
  1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
  2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
  3.  Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
  4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
  5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.

4.5  Kelebihan & Kekurangan Teori Humanistik

Kelebihan Teori Belajar Humanistik
  1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
  2.  Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
  3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

Kekurangan Teori Belajar Humanistik

1.    Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
2.    Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.



5.    Teori belajar konstruktivisme

5.1    Pengertian

Pandangan konstruktivisme tentang hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ’’pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan dari hasil pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Sebelum anak mampu menyusun skema baru, ia akan dihadapkan pada posisi ketidak seimbangan yang akan mengganggu psikologi anak.

5.2 Pandangan konstruktivisme tentang belajar

Konsep konstruktivisme memahami bahwa hakekat balajar ialah belajar sebagai kegiatan manusia dalam membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara memberi makna pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan sendiri itu bersifat rekaan dan tidak stabil. Oleh sebab itu, pemahaman yang diperoleh manusia senantiasa bersifat tentatif dan tidak lengkap. Pemahaman manusia akan semakin mendalam dan kuat apabila diuji dengan pengalaman-pengalaman  tersebut.

Belajar menurut teori konstruktivisme ialah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit dan pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah untuk diambil atau diingat saja, melainkan dari pengetahuan itu, manusia mampu untuk memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Dalam proses belajar mengajar, siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan ide-ide baru. Sesunggunya proses belajar dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses mencari, bukan menerima pengetahuan saja.

Oleh sebab itu, dalam proses belajar dan pembelajaran siswa dituntut aktif. Dan siswa menjadi pusat kegiatan dari proses belajar tersebut. Guru bukan hanya memberikan informasi atau pengetahuan kepada siswa, melainkan guru juga harus mampu memberi dorongan bahkan memotifasi siswa untuk menemukan atau mengaplikasikan gagasan mereka sendiri, dan ikut aktif dalam proses belajar mengajar tersebut. Dan dari sanalah siswa akan menyadari akan strategi belajar mereka sendiri.

5.2    Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

  • Proses Belajar Konstruktivistik
Disini akan dibahas tentang proses belajar dipandangan dari pendekatan kognitif, bukan karena perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dinilai dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas. Proses tersebut yakni berupa, ’’Pemberian makna yang terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun luar kelas’’. Oleh sebab itu, pengolahan pembelajaran harus diutamakan pada pengolahan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengolahan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijazah, dan sebagainya.

  • Peran Siswa (Si Belajar).

            Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang harus dipelajari. Guru memang dapat dan harus cara untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar.

  • Peranan Guru

Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan dengan lancar. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

  • Sarana Belajar

Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.

  • Evaluasi Belajar

Pandangan konstruktivtik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman dan ini memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik. pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pemikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya. Ada perbedaan penerapan evaluasi belajar antara pandangan behavioristik (tradisional) yang objektifitas dan konstruktif. Pembelajaran yang diprogramkan dan didesain banyak mengacu pada objektifitas, sedangkan tugas-tugas belajar discovery lebih mengarah pada knstruktivistik. Objektivis mengaku adanya rehabilitas pengetahuan, bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi.

5.4 Strategi Belajar Konstruktivisme

            Pendekatan belajar konstruktivisme memiliki beberapa strategi, dintaranya adalah:
  1. Top Down Processing. Dalam pembelajaran konstruktivisme, siswa belajar dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menghasilkan atau menemukan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya, siswa diminta untuk menulis kalimat-kalimat, kemudian dia akan belajar untuk membaca; belajar tentang tata bahasa kalimat-kalimat tersebut, dan kemudian bagaimana menulis titik dan komanya.
  2. Cooperative learning. Yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi. Dalam strategi cooperative learning, siswa belajar dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling membantu memecahkan problem yang dihadapi. Cooperative learning ini lebih menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh individu.
  3. Generative Learning. Strategi ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh oleh skemata. Sehingga dapat menggunakan pendekatan generative learning diharapkan siswa menjadi lebih melakukan proses adaptasi ketika menghadapi stimulus baru. Selain itu juga, generative learning, ini mengajarkan sebuah metode yang untuk melakukan kegiatan mental saat belajar, seperti membuat pertanyaan, kesimpulan, atau analogi-analogi terhadap apa yang sedang dipelajari.

5.5    Langkah-Langkah Pembelajaran Konstruktivisme

           Dalam pembelajaran dikelas, pembelajaran konstruktif muncul dalam lima langkah:
  1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
  2. Pemerolehan pengetahuan baru. Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan keseluruhan, tidak dalam paket-paket yang terpisah. Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari sesuatu secara keseluruhan dulu, baru kemudian detailnya.
  3. Pemahaman pengetahuan. Dalam memahami pengetahuan, siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang mungkin dari pengetahuan baru. Siswa harus membagi-bagi struktur prior knowledgenya kepada siswa-siswa lainnya untuk dikritik agar strukturnya semakin jelas dabenar.
  4.  Menerapkan pengetahuan yang diperoleh. Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus struktur pengetahuannya dengan cara menggunakannya secara otentik dengan menggunakan problem solving
  5.  Melakukan refleksi. Jika pengetahuan sepenuhnya harus dipahami dan diterapkan secara luas, maka pengetahuan itu harus dikontekstualkan, dan hal ini memerlukan refleksi.

BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan

Teori belajar merupakan teori yang dikemukakan oleh para peneliti dalam upaya mendeskripsikan bagaimana manusia belajar. dengan demikian akan membantu manusia dalam memahami karakteristik serta pendekatan-pendekatan dalam proses belajar. Secara garis besar terdapat empat  teori belajar, yaitu: Deskriptif dan Prespektif, Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme dan  Humanistik.

Teori-teori belajar dan pembelajaran merupakan panduan untuk kita mengajar atau melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Akan tetapi tidak sepenuhnya seorang guru hanya menggunakan satu teori pembelajaran saja, semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga seorang guru hendaknya dapat memadukan semua teori tersebut sehingga dapat tercipta sebuah inovasi pembelajaran dengan metode serta teori baru yang diciptakan sendiri.

Pada dasarnya semua teori itu tidak ada yang sama, hanya saja penerapannya dalam pembelajaran serta pandangan terhadap peserta didik yang berbeda. Jadi penggunaan teori belajar dan pembelajaran dalam proses pembelajaran merupakan acuan dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas agar tercipta kondisi sesuai yang diinginkan.

3.2      Saran

Teori Belajar dan  Implikasinya dalam praktek Pembelajaran di sekolah dan Perguruan Tinggi  hendaknya dipahami oleh  para pendidik  agar dapat diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai.



DAFTAR PUSTAKA

ü  Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka cipta.
ü  Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung : Yrama Widya
ü  Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka cipta.
ü  http://pendidik-istimewa.blogspot.com/2013/02/teori-pembelajaran-humanisme.html





Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

 

JADWAL SHALAT

PENGUNJUNG

CONTACT US


 
Cara Seo Blogger