Senin, 13 Januari 2014

Model Pemrosesan Informasi


Print Friendly and PDF

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Model Pemprosesan Informasi

Model pemprosesan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara- cara memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya. Beberapa model dalam kelompok ini memberikan kepada para siswa sejumlah konsep, sebagian lagi menitikberatkan pada pembentukan konsep dan pengetesan hipotesis, dan sebagian lainnya memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Beberapa model sengaja dirancang untuk memperkuat kemampuan intelektual umum.

Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.

Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan motorik.

2.2   Macam-Macam Model Pemprosesan Infarmasi

1.      Inductive thinking (Berfikir Induktif)

Model pembelajaran ini beranggapan bahwa kemampuan berpikir seseorang tidak dengan sendirinya dapat berkembang dengan baik jika proses pembelajaran dikembangkan tanpa memperhatikan kesesuaiannya dengan kebutuhan berpikir seseorang.

Joyce, Weil dan Calhoun (2000: 140), mengemukakan beberapa strategi berpikir induktif yang sekaligus juga menggambarkan langkah-langkah pengembangan kemampuan berpikir induktif. Strategi pertama adalah pembentukan konsep, meliputi tahap perhitungan dan pendaftaran, tahap pengelompokan dan pemberian label atau kategorisasi. Strategi kedua adalah interpretasi data yang meliputi tahap mengidentifikasi hubungan antara data atau masalah. Strategi ketiga adalah aplikasi prinsip yang maliputi tahap memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena-fenomena dan menguji hipotesis.

Model berpikir induktif dapat membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi dan mengujinya secara ilmiah (dengan tahap perkembangan usia dan berpikir peserta didik) dengan teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi konsep-konsep tersebut. Apabila digunakan secara bertahap, model thinking inductively juga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik  untuk membentuk konsep-konsep secara efisien dan meningkatkan jangkaian perspektif dari sisi mana mereka memandang suatu informasi tertentu.

2.      Concept Attainment (Pencapaian Konsep)

Model pencapaian konsep merupakan salah satu model pembelajaran kelompok pengolahan informasi. Model pencapaian konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Model pencapaian konsep bermanfaat untuk memberikan pengalaman metode sains kepada para siswa dan secara khusus menguji hipotesis. Model ini memiliki pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut mampu membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan suatu konsep dengan kemampuannya sendiri.

Penerapan model pencapaian konsep dalam pembelajaran meliputi tiga tahap pokok, yaitu: Tahap pertama, prsentasi data dan identifikasi konsep, yang meliputi kegiatan: (1) guru mempresentasikan contoh-contoh nama, (2) siswa membandingkan ciri positif dan negatif dari contoh yang dikemukakan, (3) siswa menyimpulkan dan menguji hipotesis, (4) siswa memberikan arti sesuai dengan cirri-ciri esensial. Tahap kedua, menguji pencapaian konsep yang meliputi beberapa kegiatan: (1) siswa mengidentifikasi tambahan contoh yang tidak memiliki nama, (2) guru mengkonfirmasikan hipotesis, konsep nama dan definisi sesuai dengan ciri-ciri esensial. Tahap ketiga, menganalisis kemampuan berfikir strategis, yang meliputi: (1) siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran mereka, (2) siswa mendiskusikan hipotesis dan atribut-atribut, (3) siswa mendiskusikan bentuk dan jumlah hipotesis.

3.      Memorization (Memorisasi)

Model memorisasi ini diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa menyerap dan mengintegrasikan informasi sehingga siswa-siswa dapat mengingat informasi yang telah diterima dan dapat me-recall kembali pada saat yang diperlukan. Penerapan model memorisasi di dalam proses pembelajaran dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: (1) mencermati materi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara menggarisbawahi bagian yang penting, member tanda pada bagian yang diperlukan, (2) mengembangkan hubungan, yaitu menemukan hubungan antara materi-materi yang memiliki keterkaitan, dengan menggunakan kata kunci, kata yang bergaris atau dengan melingkar kata tertentu, (3) mengembangkan sensori image, dengan menggunakan teknik-teknik yang lucu atau mungkin dengan kata-kata yang berlebihan sehinggga lebih mudah diingat, (4) melatih re-call dengan memperhatikan tahapan sebelumnya dan hal ini harus dipelajari secara terus menerus.

4.     Picture Word Inductive Model (PWIM)

Picture Word Inductive Model (PWIM) adalah suatu pendekatan mengajar untuk pembelajaran membaca dengan menggunakan gambar-gambar yang berisikan obyek-obyek, tindakan-tindakan, atau peristiwa-peristiwa yang familiar (akrab) untuk memancing siswa mengeluarkan kata-kata dari kosa kata siswa sendiri selama pembelajaran membaca atau menulis.hingga mampu menguji dan mengelompokkan secara fonetik bahkan prinsip-prinsip struktur kebahasaan yang ada pada kata-kata tersebut. Strategi ini dirancang untuk membantu siswa melatihkan kemampuan berpikir induktif mereka. model pembelajaran induktif – gambar kata (picture word inductive model - PWIM) dapat diterapkan secara klasikal, kelompok-kelompok kecil, berpasangan, bahkan secara individual. Siswa kemudian dibimbing untuk berinkuiri terkait kata-kata yang mereka temukan dari gambar, baik tentang penambahan perbendaharaan kosakatamereka, hingga penyusunan kalimat dan paragraf.

Tujuan Menggunakan Model Pembelajaran Induktif – Gambar Kata (Picture Word Inductive Model - PWIM) mengembangkan penguasaan kosakata siswa, konsep-konsep tentang struktur kata-kata, konsep-konsep tentang struktur kalimat-kalimat, konsep-konsep tentang struktur paragraf-paragraf melalui bacaan dan pada materi pembelajaran. Sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran induktif, model pembelajaran induktif – gambar kata (picture word inductive model - PWIM) telah terbukti melalui berbagai penelitian, efektif digunakan baik pada pembaca pemula (siswa kelas rendah) hingga pembaca tingkat lanjut (siswa kelas tinggi).

Langkah-langkah Model Induktif Kata Bergambar :

  1. Memilih gambar.
  2.  Mintalah siswa mengenali apa yang mereka lihat dalam gambar.
  3. Tandai bagian gambar yang diidentifikasi. (Gambar garis dari objek atau daerahyang diidentifikasi, mengucapkan kata, menulis kata, meminta siswa untuk mengeja kata keras dan kemudian mengucapkannya).
  4. Membaca dan meninjau grafik gambar kata dengan suara keras.
  5. Mintalah siswa untuk membaca kata-kata (menggunakan garis-garis pada grafik jika perlu) dan untuk mengklasifikasikan kata-kata ke dalam berbagai kelompok. Identifikasi konsep umum (misalnya, mulai konsonan, kata-kata berima) untuk menekankan dengan seluruh kelas.
  6. Membaca dan meninjau grafik gambar kata (mengucapkan kata, mengejanya, mengatakannya lagi).
  7. Tambahkan kata-kata, jika diinginkan, dengan grafik gambar dan kata ke bank kata.
  8. Mengarahkan siswa untuk menciptakan sebuah judul untuk bagan kata gambar. Mintalah siswa memikirkan mengenai informasi tentang grafik dan apa yang ingin mereka katakan tentang hal itu.
  9. Mintalah siswa untuk menghasilkan sebuah kalimat, kalimat, atau paragraf tentang bagan kata gambar. Mintalah siswa untuk mengklasifikasikan kalimat, model yang menempatkan kalimat menjadi paragraf yang baik.
  10. Membaca dan meninjau kalimat dan paragraf.

5.      Scientific Inquiry (Penelitian Ilmiah)

Model penilitian ilimiah ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa di dalam menyalasaikan masalah melalui suatu penelitian dengan membandingkan masalah tersebut dangan kondisi nyata pada areal penelitian, membantu siswa di dalam mengidentifikasi konsep atau metode pemecahan masalah pada kawasan penelitian dan membantu mereka agar mampu mendisain cara-cara mengatasi masalah. Pengembangan model penelitian ilmiah dalam proses pembelajaran dilakukan melalui beberapa tahap; (1) menyajikan area penelitian kepada siswa, (2) siswa merumuskan masalah, (3) siswa mengidentifikasi masalah di dalam kegiatan penelitian, (4) siswa menemukan cara-cara untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya.

Struktur dalam model pengajaran penelitian ilmiah ini memiliki banyak bentuk. Pada dasarnya, hal ini meliputi elemen-elemen atau tahapan-tahapan seperti berikut ini, meskipun unsur-unsur atau tahapan-tahapan tersebut bisa saja dijalankan dalam suatu rangkaian pengajaran yang cukup lama. Joyce & Weil (1980) mengemukakan pembelajaran model scientific inquiry memiliki empat tahapan pokok, yaitu:

1.       Siswa Disajikan Bidang Penelitian

Menyajikan suatu bidang penelitian kepada siswa, yang meliputi metodologi-metodologi yang digunakan dalam penelitian tersebut.

2.        Siswa Mendesain Masalah

Masalah mulai disusun sehingga siswa dapat mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian tersebut. Pada tahap ini, bisa saja siswa akan mengalami beberapa kesulitan yang harus mereka atasi, seperti  interpretasi data, generalisasi data, kontrol ujicoba, atau pembuatan kesimpulan.

3.      Siswa Mengidentifikasi Masalah Dalam Penelitian

Siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah tersebut; sehingga mereka dapat mengidentifikasi kesulitan dalam proses penelitian.

4.      Siswa Memperkirakan Cara-Cara Untuk Memperjelas Kesulitan Dalam Penelitian.

Siswa diminta untuk berspekulasi tentang cara untuk mengatasi kesulitan tersebut, dengan merancang kembali ujicoba, mengolah data dengan cara yang berbeda, mengeneralisasikan data, mengembangkan konstruk, dan sebagainya. Untuk lebih lebih jelas tentang struktur pengajaran pada model penelitian ilmiah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.



6.      Inquiry Training (Latihan Penelitian)

Model ini diarahkan untuk mengajarkan siswa suatu proses dalam rangka mengkaji dan menjelaskan suatu fenomena khusus. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi.

Model inquiry ini dikembangkan melalui beberapa langkah sebagai berikut; (1) mempertentangkan suatu masalah, (2) siswa melakukan pengumpulan data serta melakukan klasifikasi, (3) siswa melakukan pengujian hipotesis, (4) siswa mengorganisasikan data memberikan penjelasan, (5) siswa melakukan analisis strategi inquiry dan mengembangkan secara lebih efektif.

7.      Advance Organizer

Model mengajar Advance Organizer adalah salah satu model dalam rumpun pemprosesan informasi yang dikembangkan oleh David Ausubel (1963).

David Ausubel dalam Joyce, et al (2009:208) mengemukakan teorinya menyangkut tiga hal :

  1. Bagaimana ilmu itu diorganisasikan artinya bagaimana seharusnya isi kurikulum itu di tata.
  2. Bagaimana proses berpikir itu terjadi bila berhadapan dengan informasi baru.
  3. Bagaimana guru seharusnya mengajarkan informasikan baru itu sesuai dengan teori tentang isi kurikulum dan teori belajar.

Advance Organizer mempunyai tujuan memperkuat struktur kognitif dan menambah daya ingat informasi baru. Ausubel menjelaskan Advance Organizer sebagai pengantar materi yang dipresentasikan terlebih dahulu dan berada pada tingkat observasi yang tertinggi sehingga dapat menjelaskan, mengintegrasikan dan menghubungkan materi baru dengan materi yang telah dimiliki sebelumnya dalam struktur kognitif siswa. Pengorganisasian yang paling efektif adalah dengan menggunakan konsep dan proposisi yang telah dikenal sebelumnya oleh siswa. Pengorganisasian memperlihatkan gambaran dari isi materi yang harus disampaikan berupa konsep, proposisi, generalisasi, prinsip dan hukum-hukum yang terdapat dalam kajian bidang studi.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model pembelajaran pengolahan informasi pada dasarnya menitikberatkan pada cara- cara memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengordinasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya.

Model-model yang termasuk dalam rumpun ini antara lain adalah; Model Berpikir (Inquiry Training Model), Inkuiri Ilmiah (Scientific Inquiry), Perolehan Konsep (Concept), Model Advance Organizer (Advance Organizer Model), dan Ingatan (Memory), serta The Picture Word Inductive Model .

3.2 Saran

            Diharapkan para pembaca dapat memahami tentang model pembelajaran pemprosesan informasi beserta rumpun model yang termasuk di dalamnya. Hal ini berguna untuk menambah wawasan dan sekaligus dapat dijadikan sebagai referensi untuk menerapkan model-model tersebut dalam pembelajaran

                                                                          

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, 2010. Belajar dan PembelajaranI. Bandung : Alfabeta

http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/01/models-of-teaching-scientific-inquiry.html

http://mawax.wordpress.com/tag/pemandu-awal/

http://fisika21.wordpress.com/2009/12/09/model-pembelajaran-edvance-organizer/





Artikel Terkait:

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar

 

JADWAL SHALAT

PENGUNJUNG

CONTACT US


 
Cara Seo Blogger